Di sore hari ini nampaknya cuaca tidak mendukung,awan terlihat kelabu,tak sedikitpun membiarkan cahaya matahari menembusnya.Aku dan Imelda sedang menunggu bus di halte,sepertinya aku harus mengirim pesan kepada bunda kalau aku akan pulang terlambat karena harus mengikuti kelas menari.
Sedari tadi kulihat Imelda yang asik bercengkrama dengan seorang nenek tua disampingnya,aku hanya menyela beberapa pembicaraan mereka yang menurutku Imelda buat buat.
"Nek,kau tau tidak,sahabatku ini seperti orang bisu.Sulit sekali untuk diajak berbicara,bahkan ia sama sekali tak mempunyai teman selain diriku,"ujarnya kepada nenek yang ditanggapinya dengan kekehan.Benar-benar sialan kau Imelda,berani sekali berbicara seperti itu dihadapanku.
"Lalu kenapa kau mau berteman dengannya,bahkan sepertinya kalian sahabat akrab,"kata nenek tersebut menanggapi ucapan Imelda.
"Ya,hanya dia yang mengerti aku dan hanya aku yang mengerti dia,"jawab Imelda mengerlingkan mata kearahku.
"Tapi aku bisa melihat kalau temanmu ini tulus berteman denganmu, Melda,"katanya kemudian.
Aku tersenyum simpul,nenek ini berpihak kepadaku sepertinya.
"Aku malas berbicara karna dia selalu mengoceh tanpa henti bila aku menanggapinya,Nek."Belaku.
"Ishh,bilang saja kau memang malas berbicara denganku,"rutuk Imelda.
"Bukan begitu Imel--"
"Sudah-sudah kenapa kalian jadi bertengkar,kalian tidak melihat bus sudah datang?"sela Nenek yang memisahkan perdebatan antara aku dan Imelda.
Aku kembali menatap jalanan,nampaknya bus akan segera datang.
Kami masuk bersama sama dengan menggandeng tangan Nenek karna ia terlihat kesusahan saat menaiki bus.
Didalam Bus terlihat padat dengan penumpang,aku jadi tidak tega melihat nenek yang berdiri mengapit lenganku juga lengan Imelda agar bisa menjaga keseimbangan.
Kutolehkan kepala menghadap ke arah lelaki yang duduk menatap jendela sambil mengangguk anggukkan kepala,sepertinya dia sedang mendengarkan musik.Aku berniat untuk berbicara dengannya supaya bisa berbagi tempat duduk dengan nenek.
Menyentuh pundaknya dengan perlahan,takut kalau sampai ia terkejut,nampak ia menoleh kearahku.Oh,dia kakak seniorku yang tadi di perpustakaan.Segera aku berkata padanya,"bisakah kau tukar tempat dengan nenekku?sepertinya kakimu lebih kuat dibanding kaki nenekku untuk berdiri,"ucapku sopan,namun sedikit menyinggungnya.
Ia nampak menatap datar kearahku,lalu beranjak berdiri dan mempersilahkan nenek duduk dikursi penumpang tersebut.
Kali ini nenek tersenyum kearahku,membelai lembut lengan tanganku.Imelda yang tidak sadar lalu melihat nenek sudah duduk di bangku penumpang,ia tersenyum lega,lalu tatapannya mengarah ke lelaki di belakangku,aku yang berada dibelakang Imelda mewanti wanti agar ia tidak melakukan kerusuhan lagi.Imelda Menghela napas pasrah,lalu fokus kedepan.
Dibelakangku,aku bisa merasakan gerakan lelaki tadi yang hampir menabrak punggungku kalau saja aku tidak cepat cepat menahannya,bus bergerak lebih cepat dari biasanya,mungkin sang supir tahu kalau hari mulai beranjak dengan cuaca yang tidak bersahabat.
○○○
Aku mengganti pakaian kuliahku tadi dengan busana yang lebih santai untuk menari.
Aku membelokkan kakiku keruangan,seperti biasa,aku dapat melihat pantulan diriku di dinding kaca,memantapkan hati untuk benar-benar berlatih karna minggu depan akan ada acara yang menugaskan kelas menari ini untuk mengisi pertunjukan acara.Kak Tari mulai memimpin pemanasan,sebelum melatih gerakan indah dan super rumit yang nanti akan di ajarkan kepada kami.
Tubuhnya yang indah dan lentur membuatku ingin memiliki tubuh sepertinya,paras cantiknya juga sering diidam-idamkan kaum pria,sayangnya ia sudah memiliki kekasih.Betapa beruntungnya lelaki itu bisa memiliki hati Kak Tari.
Setelah berbagai pemanasan dilakukan,kami sebagai penari amatiran berbaris berjajar menghadapnya yang mulai memberi intruksi.Dia menghadap kearah kami.
"Minggu depan ada acara di balai kota,dan kelas menari ini ditunjuk untuk mengisi acara,kalian nanti harus memiliki kelompok masing-masing untuk menentukan tarian yang akan kalian tarikan.Kalian bisa memilih kelompok sesuai hati kalian.Bisa dimengerti?"
Semua bersorak mengiyakan ucapan kak Tari,aku terdiam.Berkelompok?bahkan di kelas menari pun aku tidak memiliki teman.
Lalu kami kembali memulai latihan gerakan-gerakan yang di ajarkan Kak Tari.Setelah selesai,Kak Tari keluar menuju ruang senior.
Mereka semua sudah bergabung dan berkerumun membentuk kelompok masing-masing,hanya aku yang sendiri memegang cardigan dengan gugup,lagi-lagi aku tidak memiliki kenalan dekat disini.
Aku mendesah frustasi,lalu keluar menuju ruang para pelatih senior.Mengetuk pintu segera,lalu terdengar suara orang untuk aku masuk.
Bisa kulihat Kak Tari,Kak Rio,entah siapa aku tidak bisa melihatnya karena ia sibuk membaca majalah,mereka duduk di sofa.
"Bella,ada apa?semua sudah membentuk kelompok?"tanya Kak Tari menghampiriku.
Aku yang tadi menunduk sekarang mendongak,"A-aku,tidak memiliki kelompok."ucapku pelan.
Semua terdiam,lalu Kak Tari terkekeh pelan."Aku akan membujuk mereka supaya kau bisa masuk diantara kelompok mereka,"ujar Kak Tari menenangkanku.
Aku menggeleng.
"Bukan itu maksudku.Aku kesini untuk mengatakan kalau aku tidak ikut acara tersebut kak,"kataku menatap Kak Tari setelah itu menatap Kak Rio yang juga sedang menatapku.
"Karena kau tidak memiliki kelompok?"tanyanya mutlak.
Aku mendesah pelan,lalu aku bisa merasakan usapan dari Kak Rio dipundakku,itu sedikit menenangkan.
"Kau ini gampang sekali menyerah Bella,"ujarnya yang membuat diriku bimbang.
"Aku akan mencarikanmu kelompok,"kata Kak Tari kemudian,menatap ke arah senior lain.
"Di kelas kalian sudah terbentuk kelompok?"tanya Kak Tari kepada Kak Rio dan seseorang itu yang melatih kelas menari.
Mereka berdua menggeleng,aku kembali mendesah frustasi.
"Sebaiknya aku tidak mengikuti acara itu kak,"ucapku pelan lalu segera beranjak dari tempat sebelum mengucapkan salam pamit.
Aku benar-benar tidak ingin merepotkan mereka yang kini sibuk mencarikanku partner menari.
Diriku melangkah keluar dengan wajah datar seperti biasa,aku bisa melihat anak-anak yang lain mulai berlatih bersama kelompok mereka,aku benar benar seperti orang yang dikucilkan.Dengan cardingan yang tadi sempat ku lepas aku menuju ke studio latihan sendirian.
Suasana sepi,lampunya pun mati.Disini adalah tempat untuk para senior,tetapi aku melanggarnya dengan masuk kesini.Karena aku sudah terbiasa disini.
Tanpa menyalakan lampu ruangan aku bisa mendengar sebuah musik berdentam dengan lembut di pendengaran.
Wow,itu lagu yang asik untuk di buat tarian.
Tapi,tunggu.Siapa yang menari di sana?aku melihat lebih dekat,seorang lelaki tampak membelakangi tubuhku.Dengan indahnya dia menari menghayati lagu.Siapakah dia?
Lagu itu sangat familiar di pendengaranku,judulnya troublemaker,seharusnya ada 2 orang untuk menari sebagai pasangan lelaki tersebut,namun dia menarikannya sendiri menghayati gerakannya seolah dia sedang menari dengan pasangannya.
26 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
JUDUL_
Teen Fiction"Tuhan memberikan kita mulut untuk makan,bukan untuk membicarakan keburukan orang lain,tuhan memberikan kita telinga,untuk mendengarkan kata kata yang baik,bukan mendengarkan omong kosong orang lain,tuhan juga memberikan kita tangan,untuk menutup te...