Bagian 2. Malaikat Kecil

5.5K 435 4
                                    

Happy reading!😙😊

"Kelak, seiring berjalannya waktu. Dia pasti akan menemukan jawaban dari semua pertanyaannya. Dan apapun itu, dia berharap semua akan baik-baik saja."


==============================

Ale menggeliat saat mendengar suara pintu terbuka, membuat tidurnya terusik. Ahh, dia tertidur rupanya. Memangnya berapa lama Karen pergi?

Ale bangkit dari tidurnya. Lalu merapikan rambut panjangnya yang sedikit berantakan.

"Maaf lama, Sayang. Tadi aku harus menjemput Jason dulu. Apa aku membangunkanmu?" Karen meletakkan bubur ayam dan beberap camilan yang dibelinya tadi.

"Kamu makan dulu, ya. Tidurnya bisa dilanjut nanti setelah makan kalau memang masih ngantuk," kata Karen.

Pandangan Ale terus mengikuti kemana Karen berjalan. Matanya mengabsen setiap inci wajah kedua pria itu. Wajah Karen dan pria kecil yang ada di dalam gendongannya.

Mengapa mereka terlihat begitu mirip?

Hidung mancung, rambut hitam legam, alis tebal, bulu mata panjang dan lentik serta mata hitam pekatnya. Benar-benar terlihat seperti hasil copy paste dari Karen.

Tunggu.

Bukannya Karen adalah suaminya?

Itu berarti . . .

"Mommy!" pekik pria mungil itu.

Ale menatap Karen, mencoba mencari jawaban dari pertanyaannya. Memlertanyaan siapa pria mungil itu lewat tatapan matanya. Karen hanya tersenyum simpul sebagai jawaban, disusul anggukan kecil untuk mempertegas. Dan itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Ale.

Seperti ada yang berdesir di hati Ale. Ada denyutan kesakitan di dada Ale melihat wajah itu. Jantungnya berdetak tidak menentu. Seolah kerinduan telah membuncah memenuhi rongga dadanya.

Karen memberikan Jason kepada Ale yang sudah menyodorkan kedua tangannya, yang langsung disambut kegirangan oleh pria kecil itu. Seakan rasa rindu yang dirasakan Ale tak ada apa-apanya dibandingkan rasa rindu yang dirasakan Jason. Pria kecil itu pun langsung memeluk Ale erat. Benar-benar erat hingga tak mampu mencegah perasaan bersalah muncul di hati Ale.

Karenanya, anak sekecil itu sudah harus menanggung sakitnya merindu dan lelahnya menanti.

"Mommy mommy mommy...." Ale balas memeluk tubuh mungil Jason yang kini semakin memeluk erat lehernya. Suara tangisan Jason yang akhirnya pecah terdengar begitu menyayat hati.

Ahh, apa yang sudah Ale lalukan?

Rasanya begitu sesak mendengar jeritan tangis Jason. Kedua tangan mungilnya yang tak jua melonggar memeluk lehernya semakin membuat Ale merasa bersalah.

Rasanya seperti beberapa potongan puzzle yang menyatu dan saling melengkapi satu sama lain. Ale bisa merasakan bahwa Jason adalah anaknya. Dia bahkan sangat yakin 100% bahwa pria kecil itu adalah anak kandungnya. Mungkin itulah yang disebut ikatan batin antara ibu dan anak.

Dengan penuh sayang Ale mengelus lembut punggung Jason. Mencoba menenangkan anak mungilnya yang menangis. Mencoba meyakinkan Jason bahwa sekarang ia baik-baik saja. Ia telah bangun, dan tidak akan kembali tidur lama lagi.

"Don't cry, boy. Anak laki-laki nggak boleh cengeng."

Karen turut mengelus lembut kepala Jason. Mengeluarkan mantra ajaibnya yang selalu mampu membuat Jason seketika berhenti kala meneteskan air mata. Dan benar saja, pria kecilnya itu benar-benar langsung berhenti menangis setelah ia mengatakan itu.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang