Bagian 34

2.4K 179 0
                                    

Happy Reading !😊😘

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa !

Vote dari kalian adalah penyemangatku untuk menulis ^_^
Please, komen kalau ada typo !😙😙

Stay healty, stay happy ! And don't forget to smile !!!😊😘

"Sahabat itu layaknya mata dan tangan. Saat mata menangis, tangan mengusapnya. Dan saat tangan terluka, mata menangis !"

~Karen Bradley~

***
Ale mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan rumah mereka. Senyum pahit terlukis di bibir mungilnya. Menghiasi wajahnya yang tampak kecut dan sedikit pucat.

Apakah itu adalah untuk yang terakhir kalinya ia melihat rumah itu ?

Apakah hari itu adalah saat terakhir kalinya ia menginjakkan kakinya di sana ?

Rumah impiannya yang telah memberikan sejuta kenangan indah di dalam hidupnya. Rumah yang telah menemani perjalanan hidupnya bersama Karen yang semakin sempurna dengan kehadiran Jason di tengah-tengah mereka.

Rumah itu telah menjadi saksi bisu kebersamaan Ale dan Karen. Menjadi saksi atas kebahagiaan rumah tangga mereka. Menjadi bukti cinta Karen kepada Ale.

Semuanya terukir indah di sana. Tempat bernaung yang Ale sebut rumah itu telah memberinya banyak kebahagiaan. Yang sayangnya, semua mungkin hanya akan menjadi sebuah kenangan.

Apakah Ale harus meninggalkan rumah itu bersama berjuta kenangan indah yang telah mereka ukir di sana ?

Inikah saatnya dia pergi bersama sembilu yang bersarang di dadanya ?

Menyedihkan sekali !

"Are you ready, baby ?" tanya seseorang.

Ale menoleh ke arah sumber suara itu. Ujung bibirnya terangkat menyunggingkan seulas senyum pada pria dengan wajah menawan yang sedang menggendong pria kecilnya.

"Ehmm...yes !" jawab Ale singkat.

"Aku butuh waktu sendiri untuk memikirkan semuanya. Thanks for everything, Karen !" senyum miris menghiasi wajah sendu Ale.

Ale meletakkan undangan pernikahan Karen dengan Desi di atas meja makan bersama secarik kertas kecil bertuliskan memo singkat di atasnya. Tentu saja itu untuk Karen.

Sejak kemarin Karen tidak ada di rumah. Ia sedang keluar dan Ale tidak tahu kemana perginya pria itu. Karen hanya mengatakan ada urusan kantor di luar. Dan kemungkinan sore nanti baru pulang.

Untunglah ! Ale bisa pergi tanpa harus ketahuan Karen. Setidaknya mereka bisa pergi tanpa harus melewati drama penolakan bersama suaminya.

Urusan kantor, yaa ?

Bukankah waktu itu Karen juga mengatakan hal yang sama. Katanya sibuk dengan urusan kantor tapi nyatanya dia sibuk dengan persiapan pernikahannya dengan Desi.

Apa kali ini juga sama ?

Karen bukannya sibuk dengan urusan kantor melainkan sibuk dengan Desi ? Bisa jadi seperti itu, kan ?

Ohh, jangan salahkan Ale yang berpikiran ke sana ! Karena Karen-lah yang membuatnya berpikiran seperti itu. Karen yang membuatnya berpikiran negatif kepada suaminya sendiri.

Ahh, tapi bukankah itu wajar ? Istri keduanya sedang hamil. Ale bisa mengerti dengan perasaan Desi. Ia pasti menginginkan kehadiran suaminya di sampingnya.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang