Bagian 3. Rumah Impian

5K 388 7
                                    

Hay, semua.✋🏻
Selamat datang di cerita saya. Semoga kalian suka.😉👇👇👇

"Rumah impian dan keluarga idaman."

~Alexy Bonhan~

==============================


Ale menatap rumah berbahan utama kayu di depannya dengan penuh takjub. Ia meneliti rumah itu dari atas hingga bawah dengan kedua mata berbinar. Dan halaman luas yang diperindah berbagai macam bunga hias menambah keindahan rumah itu. Sungguh, itu adalah rumah impiannya.

Terhitung sudah dua minggu sejak Ale terbangun dari komanya. Dia akhirnya diperbolehkan pulang setelah dinyatakan benar-benar sehat dari segi fisik. Meski ingatannya sama sekali belum pulih.

Awalnya Ale merasa heran saat Karen berbelok ke arah jalanan kecil berkerikil. Di kiri kanan jalanan hanya ada pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 km dari jalan utama, Karen akhirnya menghentikan mobilnya.

Dan di sinilah mereka sekarang. Di depan rumah impiannya itu.

Suasananya begitu tenang. Jauh dari keramaian kota benar-benar begitu menenangkan. Tidak ada kebisingan deru kendaraan yang mengusik pendengaran. Tidak ada polusi udara yang menyesakkan dada. Tidak ada aroma tidak sedap sampah berserakan yang mengusik indra penciuman.

Semua benar-benar menangkan.

Yang terdengar hanyalah suara nyanyian burung-burung yang terdengar begitu merdu. Perpadu dengan suara jangkrik yang menambah kesan menenangkan.

Suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin sepoi-sepoi terdengar begitu merelaksasi pikiran. Ale memejamkan kedua matanya. Menghirup udara segar dalam-dalam. Dia bahkan bisa mencium aroma menyegarkan dari tumbuhan-tumbuhan di sana.

"Apa ini rumah kita?" tanya Ale ragu-ragu.

Dia menoleh pada Karen yang berdiri di sampingnya, sibuk menggendong Jason yang sedang tertidur lelap.

"Iya, Sayang. Kamu yang memilihnya dulu." Sebuah senyum cerah terukir di bibir mungil Ale. Dia benar-benar bahagia mendengarnya.

"Ohh, yaa? Aku sangat menyukainya." Karen ikut tersenyum melihat gadisnya yang tampak begitu kegirangan.

Sangat menggemaskan.

Padahal mereka sudah tinggal di sana sejak awal pernikahan mereka. Lucu sekali melihat istrinya yang tampak begitu bersemangat.

Jika diingat-ingat lagi. Reaksi gadisnya terlihat sama persis seperti dulu saat pertama kali pindah ke sana. Dan Karen benar-benar senang melihatnya.

Karen berjalan mengekori Ale yang berjalan lebih dulu. Mengeratkan pelukannya pada Jason yang masih tertidur dalam gendongannya. Salah satu tangannya menenteng tas yang lumayan besar berisi perlengkapan Ale selama di rumah sakit.

"Jangan lari-lari, Sayang. Jalanannya licin," tegur Karen seperti seorang bapak-bapak menegur anak gadisnya saat Ale hampir saja terpeleset akibat berlari-lari kecil mendekati rumah mereka. Yang ditegur hanya tersenyum kecil sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Subuh tadi memang hujan turun lumayan deras. Wajar jika sekarang jalanan di sana masih basah menyisakan genangan dimana-mana.

"Kuncinya ada di saku jaketku. Tolong ambil, Sayang. Di saku kanan."

Ale menoleh, menatap Karen yang tampak kesusahan menggendonng Jason yang tertidur sambil menenteng tas yang lumayan besar dan dia yakin itu pasti berat. Ale jadi merasa bersalah. Tadi ia terlalu bahagia sampai melupakan tas itu. Seharusnya ia membantu Karen membawa Jason atau setidaknya tas itu.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang