Bagian 14

2.2K 182 4
                                    

Happy reading !🤗😉

"Bukankah takdir selalu punya kejutan ? Allah memang selalu punya seribu satu cara untuk menyatukan apa yang memang seharusnya bersama. Dan Allah pun punya seribu satu cara untuk memisahkan apa yang semestinya tidak bersatu."

~Alexy Bonhan~

***
Ale mengecuk pipi Jason lumayan lama. Ia memperbaiki selimut Jason sebelum keluar dari kamar anaknya. Ia berdiri di depan pintu kamar mereka dengan ragu. Antara masuk atau tidak. Sekarang sudah genap dua minggu sejak ia keluar rumah sakit setelah koma selama dua tahun. Sayangnya, ia sama sekali belum mengingat apa-apa.

Kemarin ia sudah keluar rumah sakit setelah dirawat beberapa hari karena tulang rusuk retak. Dan ia berpikir untuk mulai membuka hati. Mulai menjadi istri yang sesungguhnya. Dan lagi, sudah terlalu lama ia membiarkan suaminya tidur sendiri. Setidaknya, mereka harus mulai tidur bersama sebagaimana seharusnya pasangan suami istri yang sebenarnya.

Perlahan Ale membuka pintu kamar mereka. Kamar dengan pencahayaan remang-remang langsung menyambutnya. Lampu utama dimatikan, menyisahkan lampu tidur yang ada di atas meja samping ranjang.

Ale masuk dengan pelan-pelan, tidak ingin membangunkan suaminya yang sedang terlelap. Sepertinya dia sangat lelah beberapa malam menjaganya. Dan siangnya ia harus bekerja seharian.

Ale menaiki ranjang dengan sangat pelan. Ia membaringkan tubuh mungilnya di belakang Karen yang tidur membelakanginya. Ia menarik selimut yang dipakai Karen untuk menutupi tubuhnya. Tangan kirinya memeluk pinggang Karen. Ia menyandarkan kepalanya di punggung kekar Karen. Mencoba mencari posisi ternyaman di sana.

"Sayang ! Kok di sini ?" Karen berbalik menghadap Ale.

"Kenapa ? Nggak boleh ?" Ale bertanya balik. Ia tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya.

"Tentu saja boleh. Hanya saja, kenapa tiba-tiba ? Atau jangan-jangan kamu setuju dengan apa yang tadi Jason minta ?" Ale memukul lengan Karen keras. Dan pria itu malah tertawa.

"Mommy, daddy ! Aku mau punya adik ! Uncle Gary bilang aku bisa minta sama mommy and daddy !"

Ale pikir anak mungilnya itu sudah lupa, tapi ternyata dia salah. Nyatanya Jason masih mengingatnya.

"Haiisss ! Itu semua gara-gara Gary yang mengajarinya !" dumel Ale.

"Tapi...kurasa itu bukan ide yang buruk. Lagian Jason sudah besar, sudah waktunya dia punya adik !" goda Karen. Ia menaik turunkan alisnya membuat Ale salah tingkah.

"Ngomong apa sih, Ren. Sudah ahh, besok kita harus bangun pagi. Tidur, gih ! Jangan sampai besok kita telah ke nikahan Lisa dan Gary !" ucap Ale mencoba mengalikan pembicaraan.

Ale membulatkan matanya saat Karen tiba-tiba menindih tubuhnya. Kedua tangan kekar suaminya memerangkapnya.

"Aku menginginkanmu, sayang !" bisik Karen sensual membuat Ale merinding.

"Ren ! Ka-kmu jangan bercanda yaa ! A-aku..." Ale tidak melanjutkan kalimatnya karena Karen langsung membungkamnya dengan melumat bibir mungil itu.

Ale mencoba melepaskan ciuman itu dengan memukul-mukul dada Karen. Bukannya melepas, Karen malah semakin memperdalam ciumannya. Ia baru melepaskan ciuman mereka setelah merasakan Ale sudah kehabisan napas.

"Ren ! Ren ! Stop ! Be-besok kita harus ke nikahan Lisa dan Gary. Ka-kau bisa melakukannya besok !" Karen yang sedang menciumi leher Ale langsung menghentikan aktivitasnya.

Ia mengangkat kepalanya hingga berada beberapa centi dari wajah Ale yang merona merah. Ia menatap gadisnya dengan tatapan mata berbinar. Benarkah ? Ia bisa melakukannya ? Padahal tadi ia hanya sedang menggoda istrinya.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang