Bagian 12

2.4K 193 7
                                    

Happy reading ! :)

***
Flashback

Karen berjalan dengan langkah lebar menelusuri koridor sekolah. Satu-satunya orang yang ingin dia temui sekarang adalah Desi. Tangannya sudah gatal ingin mencabik-cabik wajah perempuan sialan itu. Tunggu saja ! Dia akan membalas apa yang sudah gadis itu lakukan pada gadisnya.

Karen tampak merogok saku celana abu-abunya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Jari-jarinya tampak mengetik sesuatu di sana sebelum kembali memasukkannya ke dalam saku celananya. Dia berjalan dengan tidak santai menuju taman belakang sekolah.

Karen menyeringai membuat wajahnya yang berubah merah padam terlihat sangat mengerikan. Seringainya terlihat semakin menakutkan saat melihat siapa yang sedang menunggunya di sana.

Karen berjalan mendekat dengan kedua tangan yang sengaja dimasukkan ke dalam saku celananya. Dia semakin menyeringai lebar saat melihat wajah ketakutan perempuan itu. Kedua tangan perempuan itu dipegang kuat oleh Agus dan Abas. Orang yang tadi Karen suruh untuk menangkapnya sebelum perempuan sialan itu kabur.

Desi mencoba memberontak tapi tentu saja kekuatannya kalah talak dari Agus dan Abas. Karen bertepuk tangan tepat di depan wajah Desi membuat gadis itu semakin ketakutan. Dengan kasar Karen mencengkram rahang Desi dengan tangan kirinya.

"Katakan apa saja yang sudah lo lakukan padanya !" pintah Karen mutlak. Wajahnya berubah dingin tanpa ekspresi. Dan itu terlihat sangat menakutkan.

Desi menggeleng kuat membuat Karen semakin terbakar emosi.

"Tampar dia !" teriaknya. Agus dan Abas saling berpandangan.

"Lakukan atau kalian berdua yang akan aku hajar !" teriaknya lagi membuat Agus dan Abas mau tidak mau menuruti keinginan Karen.

Agus memegangi kedua tangan Desi sementara Abas yang menamparnya. Hingga tamparan kelima, Karen baru menyuruhnya berhenti. Karen kembali mencengkram kuat pipi Desi. Menambah bekas merah di sana. Desi mulai menangis. Antara takut dan sakit hati.

"Aku tidak suka bicara dua kali. Jadi katakan sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaranku, sialan !" Desi meringis kesakitan karena Karen memperkuat cengkramannya.

"A-aku...aku hanya, aku melakukannya karena aku mencintaimu ! Aku hanya ingin membantumu !" tutur Desi.

"Cinta ? Membantuku ? Pelac*r kayak lo tidak pantas bilang cinta. Dan gue sama sekali tidak butuh bantuanmu, sialan !" Desi semakin meringin saat kuku-kuku panjang Karen menancap di pipinya.

"Ban sepedanya lo kempesin, bekal makan siangnya lo siram air kran, tasnya lo rendam air got, lo juga ngunciin dia di kamar mandi, bajunya lo gunting-gunting hingga tak berbentuk lagi. Lo bahkan sampai berani menabraknya. Luar biasa ! Lo benar-benar berani ! Dan lo...jelas salah memilih lawan, perempuan jal*ng !" Karen semakin naik pitan.

"Lakukan hal yang sama pada dia ! Aku tidak mau melihatnya besok di sekolah dalam keadaan baik-baik saja ! Pastikan salah satu kakinya patah !" pintah Karen talak. Dia menghempas wajah Desi dengan kasar hingga gadis itu menoleh ke samping.

Karen meninggalkan taman belakang sekolah untuk mencari keberadaan gadisnya. Mungkin dia tidak akan mempercayainya tapi Karen tetap harus menjelaskan apa yang sebenarnya. Gadis itu adalah miliknya. Dan hanya dia yang boleh menyentuh gadisnya. Siapapun yang berani menyentuh gadisnya, maka orang itu akan berurusan dengannya. Siapapun itu !

Karen berlari-lari kecil menuju parkiran sekolah. Gadisnya mungkin saja akan langsung pulang karena dia tidak akan mungkin bisa masuk ke pelajaran-pelajaran selanjutnya tanpa seragam. Sekolah mereka memang sangat ketat melarang siswa-siswinya mengikuti proses belajar-mengajar menggunakan seragam olahraga.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang