Bagian 8

2.7K 254 4
                                    

Happy reading ! :)

"Dia pikir dia bisa mengatasi amarah Karen. Tapi ternyata dia salah. Pria itu, tidak benar-benar berubah seperti yang dia kira. Sisi gelap Karen yang dulu nyatanya masih tetap ada dalam diri pria itu."

~Alexy Bonhan~

***
"Allahu Akbar ! Ya Rabbi yaa Rasul ! Halo, Re..." kata-kata Gary terpotong oleh suara teriakan membahana Karen.

"Fuck ! Kenapa kau biarkan Vero bicara dengan Ale ? Kenapa kau membiarkan mereka bicara ? Aku teriak-teriak dari tadi menyuruhmu menjauhkan Ale darinya tapi kamu malah mengabaikanku. Kubunuh kau, Gary..." Gary langsung memutuskan sambungan telfon, ia tak sanggup lagi mendengar kata-kata Karen.

Ia membulatkan kedua matanya saat melihat durasi panggilang. 20 menit.

Mampus...

Berarti Karen mendengar semuanya. Ohh, for God sake ! Gary bego. Ia baru ingat. Tadi ia baru saja menjawab telfon dari Karen saat Vero tiba-tiba menyapanya. Ia keasyikan dengan Vero sampai lupa panggilan dengan Karen.

Ohh, Ghost !

Lisa tak kalah terkejut mendengar teriakan Karen. Gery memang langsung mengaktifkan tombol loudspeaker-nya setelah mengingat panggilan dengan Karen. Sementara Ale hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi ketakutan kedua sahabatnya itu.

"Ohh God ! Aku akan membunuh pria tadi kalau Karen sampai menyentuh Gary !" ucap Lisa.

Ia jelas terlihat ketakutan. Mereka memang baru saja keluar dari restoran Vero.

"Ale ! Bagaimana ini ? Sebaiknya makanannya jangan kamu bawa pulang, deh ! Karen akan semakin meledak kalau tau itu dari Vero" nasehat Gary tak kalah takut.

"Santai aja kali ! Lagian yang bakal kena semprot itu aku, bukan kalian. Don't worry ! Semua akan baik-baik saja !" sahut Ale santai masih dengan tawanya.

"Santai, pala lo ! Kamu nggak tau sih gimana seramnya Karen kalau marah !" seru Lisa kesal.

Lisa masih ingat dengan sangat jelas. Dulu ia pernah mengajak Ale jalan-jalan saat awal-awal pernikahan Ale dan Karen. Ale digoda teman Lisa dan itu sampai ke telinga Karen. Memang buka Lisa yang kena dampaknya melainkan Gary, pacarnya. Lisa tidak mau itu terulang lagi.

Ohh, ayolah ! Mereka akan menikah satu minggu lagi.

"Aku janji dia tidak akan ngapa-ngapain kalian !" ucap Ale yakin. Senyumnya menyiratkan keyakinan membuat kedua sahabatnya itu menghela napas lega.

Jam 5 sore mereka akhirnya pulang. Jalanan sore terasa sesak dengan ribuan kendaraan yang saling salip-menyalip. Seakan rumah mereka akan lari dari tempatnya jika mereka terlambat barang sedetik saja. Perjalanan yang seharusnya bisa mereka tempuh dalam waktu tiga puluh menit jadi memakan waktu sampai satu jam.

Mereka sampai di depan rumah Ale tepat saat adzan Magrib berkumandang. Gary mengucapkan ribuan rasa syukur karena Karen tidak ada. Sepertinya pria itu sudah ke mesjid. Gary melajukan mobilnya meninggalkan rumah Ale setelah memastikan Ale dan Jason masuk ke dalam rumah.

Ale meletakkan belanjaanya di atas sofa dan membawa makanan yang diberikan Vero tadi ke meja makan. Ia naik ke lantai dua dengan Jason di dalam gendongannya. Mereka mandi kilat karena Ale takut Jason sampai masuk angin. Mereka kembali turun ke lantai bawah setelah selesai membersihkan diri.

Ada satu hal yang selalu menarik perhatian Ale setiap kali memandikan Jason. Luka goresan di lengan kiri Jason. Ia pernah menanyakannya pada Karen dan pria itu bilang kalau Jason pernah terjatuh dari sepedanya saat masih berumur satu tahunan. Hanya saja, goresan seperti itu rasanya terlalu tidak mungkin di dapat hanya karena terjatuh dari sepeda.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang