Bagian 4

4K 339 12
                                    

Happy reading !😙🤗

"Lisa tahu, ia hanya sedang menunda bom waktu itu meledak. Ia tahu ! Ia tidak bisa menjinakkan bom itu. Tapi, setidaknya ia bisa menundanya meledak. Ia bisa menundanya sedikit lebih lama."

~Lisa~

***
Ale sedang berada di ruang tamu menemani Jason bermain saat Karen menuruni anak tangga dengan sedikit terburu-buru. Penampilannya terlihat rapi. Celana jeans hitam polos dan kemeja biru tua polos serta tas salempang berbahan jeans dengan warna yang mulai memudar yang terpasang di pundaknya. Ia menghampiri pria itu yang kini memakai sepatu.

"Ka-kamu mau keluar ?" tanya Ale heran.

Kalau tidak salah, hari ini hari Sabtu. Bukankah semua pekerja seharusnya libur ? Meski ia tidak tahu apa pekerjaan suaminya itu.

"Iya, sayang. Pak Dodi tiba-tiba memintaku ke kantor sekarang. Aku minta maaf karena harus meninggalkanmu padahal baru kemarin kau keluar rumah sakit. Jangan lupa makan, minum obat, dan jangan sampai capek yaa" jelas Karen panjang lebar.

Membuat Ale tertegun melihat sisi lain seorang Karen. Yang ia ingat hanyalah sikap diktator dan dingin pria itu. Ia hampir saja tertawa melihatnya.

"Bolehkah aku menanyakan sesuatu ?" tanya Ale tiba-tiba.

"Tentu, sayang. Mau tanya apa ?" Ale tahu dia sedang buru-buru tapi tetap meladeninya.

"Apakah...ayahmu merestui pernikahan kita ?" Karen tampak terkejut mendengar pertanyaan Ale. Namun dengan cepat raut wajahnya kembali seperti semula.

"Ayah yang mana yang kamu maksud ? Aku sudah tidak punya orang tua. Kalau yang kamu maksud tuan Vernom Bradley maka kamu salah. Dia bukan ayahku, lagi" jelas Karen.

Ale bisa melihat ada kebencian yang terpancar dari mata suaminya saat mengatakan itu.

"Bisakah kita membahasnya nanti setelah aku pulang, sayang ?" tanya Karen kembali melembut.

Ale langsung mengangguk mengiyakan meski sebenarnya ia sangat penasaran sekarang.

"Ohh yaa, hampir lupa. Nanti Lisa akan datang. Katanya kemarin-kemarin dia tidak sempat datang karena sedang sibuk. Jangan lupa kunci pintu, yaa ! Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku" lagi-lagi Ale mengangguk mengiyakan.

"Hey, son ! Jaga mom selama dad tidak ada yaa ! Aku berangkat yaa, sayang ! Assalaamu'alaikum" Ale sebenarnya masih ingin bertanya tentang banyak hal tapi sepertinya itu bukan waktu yang tepat untuk bertanya.

Mungkin nanti setelah Karen pulang. Atau mungkin ia bisa bertanya tentang banyak hal pada Lisa nanti.

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarokaatuh" Ale mencium punggung tangan Karen sebelum pria itu keluar.

Karen mencium keningnya setelahnya. Dan itu sukses membuat jantung Ale hampir saja melorot. Setelah itu, Karen mencium kedua pipi Jason yang juga mencium punggung tangannya setelah Ale.

Ale butuh beberapa saat untuk sadar dari keterkejutannya. Dan saat kesadarnya sudah kembali, ia mendengar deru mobil yang keluar dari garasi menandakan suaminya sudah berangkat.

Ale menangkup pipinya dengan kedua tangannya. Panas dan ia yakin wajahnya pati sudah sangat merah sekarang. Rasanya seperti kembali ke masa-masa remaja saat pertama merasakan jatuh cinta. Ahh, tapi yang ada di ingatannya sekarang memang hanya tentang dirinya yang masih remaja sih.

Sekitar jam 9 pagi sebuah mobil berwarna merah terang memasuku garasi rumah mereka. Ale tidak begitu tahu tentang merek-merek mobil tapi ia yakin itu adalah mobil mahal yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang berdompet tebal. Ia berlari menuju pintu dan membuknya saat tahu itu adalah Lisa. Sepertinya dia hanya datang sendiri.

PROMISE [END✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang