Happy reading !😉😙😙
"Semua pertanyaan pasti membutuhkan jawaban. Dan jawaban atas setiap pertanyaan memang berharga. Namun sayang, tidak semua jawaban itu indah."
~Alexy Bonhan~
***
Suasana ballroom yang tadi sempat ricuh kini sudah kembali tenang. Semua melanjutkan kegiatan masing-masing seperti tidak terjadi apa-apa. Azka pun sudah disuruh pulang karena dianggap mengganggu acara. Apalagi semua sudah tahu bagaimana tabiat seorang Azka.Saat ini Ale dan yang lainnya sedang duduk di meja bundar bersama. Menikmati hidangan yang menggugah selera. Semua tampak menikmati makanannya kecuali Ale.
Entah mengapa, melihat hidangan itu malah membuatnya mual. Jadinya, ia tidak memakan apapun selain kue coklat dari Dio tadi.
Ale merogok tas kecilnya dan mengeluarkan ponselnya. Ia melirik Gilang sekilas sebelum mengetik sesuatu di layar ponselnya. Sedetik setelah Ale menekan tombol send ponsel Gilang berdenting tanda ada pesan masuk. Gilang membaca pesan itu dan membalas tatapan Ale dengan sebuah anggukan kecil.
"Aku mau ke toilet dulu !" ucap Ale kemudian bangkit dari kursinya.
"Aku antar, yaa !" Karen menahan tangan Ale.
"Nggak usah, Ren ! Toiletnya dekat kok" Ale tersenyum untuk meyakinkan Karen. Hingga akhirnya Karen mengangguk sebagai jawaban.
Gilang bangkit dari duduknya beberapa saat setelah kepergian Ale. Ia tidak mau membuat Ale menunggu terlalu lama. Semua langsung menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Aku mau ke toilet. Mau ikut ?" kata Gilang dengan wajah datarnya bahkan sebelum mereka bertanya.
"Ogah !" seru semuanya kompak.
Gilang berlalu dengan langkah santai. Tidak ingin membuat yang lain merasa curiga. Sebenarnya ia bertanya-tanya, mengapa Ale memintanya untuk memberikan undangan itu secara diam-diam.
Itu hanya undangan pernikahan Linda temannya, kan ?
Kenapa Ale harus merahasiakannya dari yang lain terutama suaminya ?
Sebut saja dia bodoh karena dia bahkan tidak mau repot-repot untuk membuka dan membaca nama yang tertera di atas lembaran undangan itu. Yang ada di pikirannya, itu adalah undangan pernikahan Linda. Teman Ale yang kebetulan bertetangga dengannya. Apalagi ia dengar-dengar Linda memang akan segera menikah.
"Sorry membuatmu menunggu lama !" ucap Gilang. Ia mengeluarkan undangan berwarna hijau lumut itu dari saku jasnya.
"It's okay, Gilang ! No problem ! Harusnya aku yang minta maaf karena sudah merepotkanmu" Ale menerima undangan itu dengan tangan bergetar.
Ale menghela napas panjang sebelum membukanya. Jantungnya sudah menggila sejak tadi. Ia sangat ingin segera melihat undangan itu dan memastikan semuanya.
Namun di sisi lain, Ale juga merasa ketakutan. Takut jika semua ketakutannya selama ini ternyata benar. Ale sangat berharap itu bukanlah Karen suaminya.
Undangan itu adalah satu-satunya harapan Ale. Semua jawaban atas pertanyaannya akan terjawab dari undangan itu.
Gilang menautkan alisnya melihat perubahan ekspresi Ale. Hadis itu terlihat pucat dan...shock. Air matanya bahkan tiba-tiba mengalir deras. Gilang ingin bertanya tapi gadis itu terlihat sangat kacau. Itu bukanlah Ale yang Gilang kenal.
Sebenarnya ada apa ?
Apa yang salah dengan undangan itu ?
Ale masih menatap lurus lembaran undangan itu meski pandangannya sudah memudar oleh genangan air matanya sendiri. Dunia seakan runtuh dan tempatnya berpijak seakan amblas tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE [END✅]
RomanceAlexy Bonhan. Saat dia terbangun dari tidurnya, tiba-tiba 7 tahun telah berlalu. Tiba-tiba dia sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia menikah dengan pria yang paling dia benci sekaligus pria yang paling dia ci...