🌸🌸🌸
Mendung dan bumi, keduanya saling berkaitan. Bumi selalu bersedia menerima beban yang dimiliki mendung. Ia tak pernah mengeluh, selalu setia menemani mendung.
Jadikanlah aku bumi-mu. Maka akan kutemani engkau untuk selamanya. Lagipula, tak selamanya masalah itu kau pendam sendiri bukan?
•Undreamable•
🌸🌸🌸
Aksa mengucek matanya. Ia sempat bingung akan keberadaannya sekarang. Namun sesaat kemudian, ia ingat akan tragedi yang menimpanya.
"Lina mana?"
"Lina, kepala Aksa sakit."
Aksa tak henti-hentinya meracau menyebutkan nama Alina. Hingga pintu ruang rawat terbuka, menampakkan sosok yang tak ingin ditemui cowok itu.
"Ngapain Nenek di sini?"
Aksa membalikkan tubuhnya membelakangi Anika--neneknya. Lagi-lagi ia terisak, membayangkan cacian apa lagi yang akan diutarakan Anika.
"Mulai sekarang, jauhi cewek itu. Kamu tau, gara-gara dia kamu di sini. Gara-gara dia, nenek keluar uang banyak buat pengobatan kamu," ucap Anika angkuh.
"Jangan harap!" Aksa masih enggan menatap wajah Anika.
"Kamu itu ya, udah baik saya ijinin kamu tinggal di rumah tapi ini balasanmu? Kalau aja saya dulu nggak janji sama Hervan, saya nggak sudi tinggal satu atap sama kamu. Dasar cowok aneh pembawa sial!" ucap Anika penuh amarah.
Tangan Aksa mengepal. Perlahan ia membalikkan tubuhnya menghadap Anika. "JANGAN DEKET-DEKET AKU, JAUHI AKU! AKU CUMA MAU LINA BUKAN NENEK!"
"DASAR CUCU ANEH NGGAK TAU DIUNTUNG!"
Tangan Anika terangkat, bahkan Aksa sudah bersiap menerima sebuah tamparan dari neneknya itu. Tapi seperti biasa, keberuntungan berpihak padanya. Tentunya, ia tak merasakan apapun.
"Sebelum Anda menampar keponakan saya, lebih baik Anda urusi saja bisnis besar yang Anda agungkan itu."
Pak Reza menahan tangan Anika. Untung saja Alina tadi berinisiatif untuk menghubungi beliau. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi.
"Aksa nggak papa?" tanya Alina, dengan mata sembabnya.
Aksa menggelengkan kepala. "Aksa nggak papa kok. Selama Lina sama Aksa, Aksa selalu baik. Kan Lina pahlawannya Aksa."
"Oke kalau itu mau kamu, mulai sekarang anak aneh itu nggak boleh lagi tinggal sama saya. Kamu urus dan tanggung saja semua kebutuhan anak aneh itu. Semoga kamu bisa membiayainya." ucap Anika penuh keangkuhan lantas beranjak meninggalkan ruang rawat Aksa bersama dua bodyguardnya.
"Aksa, maafin Lina, ya? Harusnya Lina nggak nyuruh kamu pulang tadi. Maafin Lina, gara-gara Lina kamu kayak gini. Maafin Lina ya Aksa?" ucap Alina dengan air mata yang menetes.
Aksa tersenyum lantas mengusap air mata Alina. "Jangan nangis, cengeng. Aksa udah maafin Lina kok. Jangan sedih, ya?" ucapnya lembut.
Alina menganggukkan kepala.
"Lina, Aksa pengen pulang. Nggak enak di sini, bau obat. Aksa nggak suka."
Penuturan Aksa membuat Pak Reza termangu. Ia tak tau apa yang harus dilakukan. Bagaimanapun Aksa tidak boleh tinggal bersama Anika lagi. Tapi ia juga tak kuasa membawa anak itu pulang. Karena kondisi ekonominya juga tidak mencukupi.
"Aksa mau pul-"
"Aksa pulang sama kita, Alina." Suara bariton itu berhasil membuat sudut bibir Alina serta Aksa menaik.
"Papa!" pekik Alina lantas memeluk Bintang. Rupanya Arinda telah menceritakan segalanya pada suami tercintanya itu.
"Iya, Sayang. Oh iya Aksa, mulai saat ini kamu bisa tinggal sama kami. Kamu mau kan?" tanya Bintang disambut dengan anggukan bahagia Aksa.
"Iya Om Bintang, Aksa mau. Hore Aksa bisa tinggal sama Lina. Aksa bisa main sepuasnya sama Lina. Aksa bisa belajar bareng Lina. Aksa senang banget!" pekik Aksa tanpa menurunkan sudut bibirnya.
"Pak Bintang, saya benar-benar berterima kasih atas kebaikan bapak. Sebelumnya, saya nggak tau harus bagaimana." ucap Pak Reza.
"Sama-sama Pak. Lagipula, ini demi kemanusiaan serta kebahagiaan Alina sendiri. Bagaimanapun kalau putri saya bahagia, saya juga bahagia. Saya janji, akan melindungi serta menjaga keponakan Bapak. Terlebih ada Alina."
"Terima kasih Pak, terima kasih banyak."
🌸🌸🌸
Seperti perkataan Bintang tadi, Aksa sudah dibolehkan untuk pulang. Kini, cowok itu tengah menikmati pemandangan senja di rooftop rumah Alina.
"Aksa."
"Iya?"
"Mana yang Aksa suka, senja, fajar, atau lainnya?" tanya Alina.
"Kenapa Lina nanya gitu?"
"Nggak papa, Lina penasaran aja."
"Aksa suka mendung."
"Kenapa?" Alina penasaran menunggu penjelasan Aksa.
Aksa tersenyum. "Soalnya mendung itu kuat, dia bisa menghadapi masalahnya sendiri. Gak peduli berapapun berat air yang ia kandung, tapi mendung tetep ada di langit."
"Tapi, ada kalanya mendung meluapkan beban yang dimiliki. Mendung gak selamanya menyimpan masalahnya sendiri. Dia punya bumi. Bumi selalu bersedia menerima beban yang dimiliki oleh mendung," ucap Alina menatap nanar pemandangan di depannya.
"Bumi rela menjadi basah karena air yang ditumpahkan mendung. Walaupun kayak gitu, bumi gak pernah ngeluh. Dia selalu setia menemani mendung sampai kapanpun," sambung Alina.
Alina menatap Aksa yang tengah menatapnya lekat. "Anggap aja Lina bumi, Aksa bisa cerita semua masalah Aksa sama Lina. Lina nggak akan ninggalin Aksa lagi. Lina akan selalu menjadi pendengar setia seperti bumi kepada mendung," ucap gadis itu disertai senyum yang merekah.
Aksa menganggukkan kepala. "Mulai saat ini, Aksa nggak akan nyimpen masalah Aksa sendiri. Lina juga gitu, jangan sungkan buat cerita ke Aksa. Aksa juga mau jadi buminya Lina."
"Tentu, Lina sayang Aksa."
"Aksa juga sayang Lina."
Sore itu, senja menjadi saksi akan kisah mendung dan bumi yang mereka rajut dengan penuh senyuman. Namun sore itu juga, senja menjadi saksi atas kebencian yang tiada berganti.
🌸🌸🌸
TBC
🌸🌸🌸HAI GAIS DOUBLE UPDATE NEH BUAT KALIAN 😀👍
SEMOGA KALIAN SUKA YA?
AKU SANGAT BERTERIMA KASIH PADA KALIAN YANG MENYEMPATKAN DIRI UNTUK MENGUNJUNGI LAPAK INI
TERIMA KASIH JUGA KEPADA KALIAN YANG BISA MENGHARGAI SEGALA KARYAKU
TETAP BAHAGIA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA!
LOVE YOU🤗25/12/19
skyflowral
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDREAMABLE ( SELESAI )
Teen Fiction*** Kalau emang gak kuat nahan masalah sendiri, ya jangan ditahan. Seorang penyemangat juga butuh disemangati 'kan? *** Jangan biarkan lentera kebahagiaan dalam diri lo padam hanya karena cowok brengsek seperti dia. Bukan cuma gue, kita pantas bahag...