🌸🌸🌸
Bel istirahat berbunyi. Sesuai perkataan Bu Darida, kini Alina bersama Riksa dan Rian masih berada di ruang musik untuk latihan satu kali lagi. Penampilan mereka masih sempurna seperti latihan pertama tadi bahkan lebih sempurna membuat Bu Darida terpukau.
"Permainan keyboard Rian sudah sangat bagus. Saya tidak meragukan itu, chemistry kalian mulai terbentuk tapi tetap harus latihan terus biar tambah ngefeel ya! Lomba ini penting untuk sekolah kita, dari tahun ke tahun sekolah kita selalu menorehkan juara di ajang ini. Jadi saya harap kalian benar-benar bekerja keras untuk memenangkannya," ucap Bu Darida dibalas anggukan tiga anak didiknya.
"Saya kira cukup sekian latihan hari ini. Kalian boleh istirahat, sampai jumpa besok!" ucap Bu Darida seraya meninggalkan ruang musik.
Diam-diam Rian menghampiri Riksa yang asyik memandangi gadis di sampingnya. "Kalau mau, ya tembak dong jangan cuma dilirik doang," ucap laki-laki itu dihadiahi tatapan tajam Riksa.
"Alina, gue ada satu rahasia. Lo mau tau gak?" tanya Rian membuat dahi Alina juga Riksa mengernyit.
"Apa?" tanya dua insan bersamaan.
"Cie barengan, gue tanya Alina bukan lo es batu pedas," ucap Rian seraya melirik Alina bermaksud menyindir gadis itu. Tidak lupa dengan ekspresi menjengkelkan.
"Jadi rahasianya itu ... "
"Apa?"
"Jadi rahasianya ... "
Alina berdecak bukan lagi Riksa turut kesal dengan tingkah temannya itu. "Cepat bilang atau pulang tinggal nama," ucap Riksa membuat Alina bergidik sementara Rian malah tersenyum jahil.
"Jadi rahasianya ... Riksa ... dia ... suka sama lo dari jaman SMP sampai sekarang, Alina!" ucap laki-laki kelahiran Jepang itu seraya berlari secepat kilat sebelum habis dihajar temannya.
"Anjir lah Rian comber," gumam Riksa namun dapat didengar Alina.
"Apa Kak?" tanya gadis itu dibalas gelengan Riksa.
"Gak papa, kantin ayo! Gue gak sabar makan roti bakar buatan lo."
"Ayo!"
🌸🌸🌸
"Diberitahukan kepada siswa-siswi SMA Antana kelas sebelas dan dua belas IPA dan IPS untuk berkumpul di lapangan basket sekarang juga karena ada pengumuman dari kepala sekolah. Terima kasih."
Suara dari speaker pengumuman sekolah itu membuat Riksa berdecak. Waktu makan siangnya menjadi terganggu karena itu. Alina sedikit tersenyum melihat kekesalan di wajah kakak kelasnya.
"Abisin dulu baru ke sana," ucap gadis itu membuat netra Riksa melebar. Percaya atau tidak es batu pedas Alina salah tingkah karena perkataannya.
"Lo gak makan?"
Alina menggeleng. "Liat lo makan aja gue udah kenyang. Mana belepotan lagi," jawabnya seraya mengambil tissue dari saku. Ia membersihkan ujung bibir Riksa membuat jantung masing-masing berdegup lebih kencang. Mereka sempat beradu pandang sebelum Rian mengacaukan segalanya.
"Pacaran enggak mesra iya. Gak dengar pengumuman tadi?" ucap laki-laki itu seraya mencomot satu potong roti bakar dari kotak bekal Alina.
"Punya gue itu anjir!" ucap Riksa kesal.
"Masa? Emang lo yang bikin? Enggak, kan? Jadi boleh dong gue makan, Alina?" tanya laki-laki itu dibalas senyum juga anggukan Alina.
"Makan aja," jawab Alina membuat Riksa mendengus. "Ke lapangan ayo! Ada jones di sini. Ganggu mulu," ucap Riksa seraya mengambil kotak bekal Alina lantas menarik sang pemilik meninggalkan kantin.
"GUE JOMBLO BERKUALITAS YA! ENAK AJA JONES. KALAU GUE MAU SIH GUE BISA PACARIN SEMUA CEWEK DI SEKOLAH INI."
"Oh iya? Ke lapangan sekarang!"
Rian menelan salivanya dengan susah payah melihat guru BK paling killer SMA Antana berdiri di hadapannya. "Gak dengar saya bilang? Atau harus pakai speaker juga?" tanya Bu Melisa.
"Riksa sialan," gumam laki-laki itu tapi didengar Bu Melisa.
"Kamu ngomong apa barusan?" tanya guru itu seraya menajamkan tatapannya.
"E-enggak Bu, saya permisi."
🌸🌸🌸
"Saya mengumpulkan kalian di sini dengan tujuan untuk memberitahu jika tim futsal sekolah kita lolos ke final. Jadi, besok kelas sebelas dan dua belas IPA dan IPS akan mendukung mereka dengan menjadi supporter di gedung olahraga SMA Perkasa."
"Sehubungan dengan itu baik siswa ataupun siswi dari kelas yang sudah saya sebutkan untuk memakai seragam olahraga sekolah. Tidak perlu membawa baju ganti ataupun buku pelajaran. Selesai jadi supporter, kalian kembali ke sekolah untuk menerima beberapa arahan dari wali kelas."
"Saya kira sekian untuk sekarang. Silakan melanjutkan aktivitas kalian. Terima kasih," ucap kepala sekolah SMA Antana seraya meninggalkan lapangan basket diikuti dengan siswa-siswi yang membubarkan diri.
"Yang tanding besok, timnya Nanta?" tanya Riksa dibalas anggukan Alina. "Iya, udah lama gak nonton Kak Nanta tanding. Padahal dia kalau mau nyetak gol bikin greget," jawab Alina antusias.
"Greget gimana?"
"Dia kalau bawa bola santai banget padahal musuhnya udah hadang di depan. Dia benar-benar tenang kalau main bola tapi tetap bisa nyetak gol," jawabnya lagi.
"Lo sayang banget ya sama Nanta?"
"Banget, dia selalu tau apapun yang paling baik buat gue. Tentang Sandra ataupun Aksa dia pernah minta buat gak terlalu percaya tapi gue gak pernah dengar dia. Kalau tentang Johan, Kak Nanta juga pernah curiga tapi gak gue anggap serius. Alhasil ya gitu," jawab Alina.
"Berarti gue harus minta izin sama dia dulu?"
"Minta izin buat apa?" tanya Alina balik. Ia tidak mengerti maksud ucapan Riksa.
"Gue suka lo."
"Ha?" Gadis itu terlihat terkejut sekaligus tidak mengerti ucapan kakak kelasnya. Entah mengapa otaknya mendadak error do saat yang seperti ini.
"M-maksud gue, roti bakar cokelat buatan lo. Gue suka roti bakar cokelat buatan lo. Besok bawain lagi ya," alibi laki-laki itu. Ia sungguh merasa malu atas perkataannya. Dasar mulut gak bisa diajak kerja sama.
TBC
Dipublikasi : 06/06/20
skyflowral
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDREAMABLE ( SELESAI )
Teen Fiction*** Kalau emang gak kuat nahan masalah sendiri, ya jangan ditahan. Seorang penyemangat juga butuh disemangati 'kan? *** Jangan biarkan lentera kebahagiaan dalam diri lo padam hanya karena cowok brengsek seperti dia. Bukan cuma gue, kita pantas bahag...