🌸🌸🌸
Alina memasuki kamarnya perlahan. Ia melihat sesuatu yang menggunung di balik selimutnya. Perlahan ia mendengar isak tangis yang berasal dari mulut kakak kelasnya.
Alina menyingkap selimut berwarna putih menampakkan Riksa meringkuk memeluk lututnya. Alina memegang pundak Riksa perlahan. Tanpa diduga, laki-laki itu memeluk Alina.
"Adnan gak mau jadi kayak Kakak. Adnan gak mau jadi juara kelas. Adnan gak suka kalau disorot banyak orang. Adnan gak suka." Laki-laki itu menangis dalam pelukan Alina. Masa lalu yang kelam telah mempengaruhi kondisi psikisnya.
"Jangan pukul Adnan. Adnan tau Adnan gak pintar. Tapi Adnan janji bakal jadi orang yang sukses. Walaupun Adnan gak bisa jadi Kakak. Jangan pukul Adnan lagi, sakit."
Alina mengelus lembut punggung Riksa guna menenangkan kakak kelasnya. "Gak ada yang bisa mukul kamu lagi selama aku di sini. Jangan takut ya?"
Riksa melepas pelukannya. Laki-laki itu menatap Alina nanar sebelum kembali bersuara. "Maaf," ucapnya singkat.
"Maaf kenapa?"
"Gue nyusahin lo. Gue masih gak bisa lepas dari trauma itu."
"Bukan gak bisa, tapi belum bisa." Alina menatap lekat netra kakak kelasnya. "Semua butuh waktu dan proses, gue yakin lo bisa atasi semuanya."
"Bantu gue, Lin?"
Alina mengangguk. "Pasti gue bantu. Sekarang, ayo keluar ada yang mau orang tua kita omongin. Tadi gue lihat orang tua lo ngerasa bersalah. Sepertinya mereka sudah berubah."
"Lo yakin?"
Alina mengangguk. "Selama gue di sini, gak ada yang bisa sakiti lo," ucapnya membuat Riksa termangu.
"Ferdian, cukup! Kasian putramu. Jangan pukul dia lagi!"
"Nek, papa jahat. Kenapa papa selalu pukul Adnan? Padahal Adnan udah mau turuti ucapan papa. Tapi kenapa papa masih pukul Adnan? Papa gak sayang Adnan ya Nek? Papa cuma sayang kakak kan? Adnan juga mau disayang papa."
"Papa kamu gak jahat Adnan. Papa juga sayang banget sama kamu. Sabar ya Sayang, lusa kamu ikut Nenek pulang. Nenek tau kamu cucu yang paling kuat."
"Kenapa lusa? Adnan mau sekarang aja. Adnan takut papa pukul Adnan lagi."
"Adnan, selama nenek di sini. Gak akan ada yang bisa pukul kamu. Ayo sini, nenek obati luka kamu."
"Nenek baik, Adnan sayang Nenek."
"Nenek juga sayang Adnan. Jangan nangis lagi ya?"
"Iya Nek."
"Kak Riksa."
Riksa mendongak. Lagi-lagi ia teringat akan almarhumah neneknya. Satu-satunya wanita yang bisa menghargainya disaat orang tua dan kakaknya membenci.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDREAMABLE ( SELESAI )
Teen Fiction*** Kalau emang gak kuat nahan masalah sendiri, ya jangan ditahan. Seorang penyemangat juga butuh disemangati 'kan? *** Jangan biarkan lentera kebahagiaan dalam diri lo padam hanya karena cowok brengsek seperti dia. Bukan cuma gue, kita pantas bahag...