🌸🌸🌸
Tiupan peluit oleh wasit mengawali pertandingan futsal antara tim tuan rumah SMA Perkasa melawan SMA Antana. Sorakan penuh semangat terdengar dari berbagai penjuru sesekali memekik ketika pemain masing-masing berhasil menjebol gawang lawan.
Pertandingan kali ini Alina amat senang karena menyaksikan secara langsung kakak sekaligus es batu pedasnya berada dalam satu tim. Setelah Mike memberitahu jika Edgar tidak bisa datang, terpaksa Nanta memilih Riksa sebagai pemain pengganti. Beruntung pelatih sekolah masih membawa kaos futsal beserta perlengkapan cadangan lainnya.
Babak pertama berakhir dengan kekalahan SMA Antana karena kebobolan di detik akhir. Nampak kekecewaan dari tribun penonton. Tapi raut itu tidak berselang lama, setelah penonton ketar-ketir di babak sebelumnya. Babak kedua berlangsung dengan baik. Hingga peluit panjang kembali dibunyikan, SMA Antana berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 3 : 1.
Alina menuruni tribun bersama suporter lainnya. Gadis itu menghampiri kakak dan es batu pedasnya yang mencetak gol untuk sekolah mereka. Sebenarnya ia masih tidak menyangka jika seorang Antariksa Adnan Andromeda bisa dibilang pemain futsal yang handal meskipun gaya mainnya berlawanan dengan Nanta.
"Selamat! Kakak keren banget tadi," puji Alina membuat Nanta menyisir rambut berbangga.
"Kakak emang keren, makasih juga udah dukung."
"Pedenya mulai, sama-sama deh." Alina beralih menatap Riksa yang duduk di pinggir lapangan. Melihat permainan laki-laki itu, tidak sedikit siswi SMA Antana ataupun tuan rumah yang menghampiri. Tapi tidak sedikit pula yang kecewa lantaran tidak dihiraukan.
"Kalau mau bilang selamat, ya samperin. Jangan dilihat doang!" cibir Nanta seraya tersenyum menggoda adik kecilnya. Alina mendengus, tapi tetap menghampiri es batu pedasnya.
"Gue baru tau kalau selain jago ngomong pedas sama ngelawak tapi garing, nyanyi sambil curcol, lo juga jago main futsal," ucap Alina setelah duduk di samping laki-laki itu.
"Johan lebih jago, kalau lo tau," kata Riksa seraya meneguk air mineral hingga ludas lantas membuang botolnya ke sembarang arah.
"Anak TK aja tahu kalau buang sampah sembarangan itu dilarang," cibir Alina.
"Gue bukan anak TK."
Empat kata dari mulut seorang Riksa berhasil membuat gadis itu kesal. "Terserah," ucap Alina membuat Riksa tersenyum tipis lantas memungut botolnya tadi.
"Botol-botol, kenapa cewek moodnya selalu turun setiap saat? Padahal yang gue omongin gak salah. Gue udah SMA, masa dibilang masih TK sih? Iya gue tau kalau baby face unyu-unyu gitu. Tapi sia-sia dong gue sekolah kalau dibilang anak TK?"
Alina tersenyum sekilas, sebelum memasang wajah juteknya lagi. "Cewek emang selalu gitu, ya? Gue tau tadi dia senyum tapi ditutup. Jadinya masang wajah jutek lagi deh. Apa gue harus ngomong sama lo tiap hari biar dia senyum? Nanti gue dikira orgil gimana? Masa ganteng-ganteng gila?"
Alina tertawa, ia tidak tahan dengan tingkah konyol Riksa. "Lo emang gila. Gue jadi heran, kenapa dulu bisa suka sama lo. Padahal lo gila, gak jelas, pedes, es batu, jutek, plus gak peka lagi," ucap Alina seraya menatap langit-langit seolah ia memikirkan jawaban.
"Salah, ada yang salah dari ucapan lo." Riksa melempar botol kosong di tangannya ke tong sampah. "Lo dulu gak suka gue." Ia menatap netra Alina. "Sampai sekarang lo masih suka gue," ucapnya membuat Alina berpikir keras mencerna ucapan Riksa.
"Maksud lo?"
Riksa memutar bola mata malas. Ia bangkit dari tempat duduk lantas meninggalkan Alina. "Percuma, lagi lemot," jawab laki-laki itu membuat Alina mengejarnya.
"TUNGGU WOI DASAR ES BATU PEDAS!"
🌸🌸🌸
Bus berisikan suporter SMA Antana telah berada di parkiran sekolah. Satu persatu dari mereka mulai menuruni kendaraan beroda empat itu. Sementara Riksa masih bingung apakah harus membangunkan gadis itu atau menggendongnya sampai ke kelas?
"Kenapa belum turun?" Bu Melisa yang sedari tadi memerhatikan gerak-gerik Riksa, menghampiri. Wanita itu tersenyum melihat siswinya masih tidur.
"Alina, bangun udah sampai," ucap Bu Melisa lembut seraya menepuk pipi Alina. "Lima menit lagi Kak, Alina masih ngantuk," ucap gadis itu seraya menepis tangan Bu Melisa.
"Alina, ayo bangun. Kamu mau di sini sampai pulang?" tanya Bu Melisa lagi. "Pulang kemana Kak? Alina kan udah di rumah, kalau pulang ke hatinya sih gak papa," igau Alina.
Bu Melisa geleng kepala dengan siswinya yang satu ini. Sementara Riksa terkekeh mendengar jawaban adik kelasnya. "Sendirinya suka curcol malah nyalahin orang," gumam laki-laki itu.
"Riksa, tolong kamu gendong dia ke kelas atau UKS. Habis ini bus harus mengantar peserta lomba teater," ucap Bu Melisa membuat Riksa berpikir.
"Tolong, ya Riksa, terima kasih," ucap Bu Melisa lantas beranjak meninggalkan dua pelajar itu. Mau tak mau Riksa harus menggendong seorang gadis yang terlelap di kursi penumpang.
Mau tak mau, setelah ini akun Instagram laki-laki itu akan diganggu ribuan fans yang menanyakan hubungannya dengan Alina. Mau tak mau, ia harus menanggung semua kerugian maupun gangguan yang gadis itu sebabkan.
"Dasar cewek, bisanya tidur di sembarang tempat. Untung masih normal, kalau ngiler kan kasian yang mau duduk," gerutu Riksa seraya menggendong gadis itu seperti koala tetapi tidak menghindarkannya dari beberapa siswi yang memotret mereka.
"Berasa artis gue."
TBC
Dipublikasi : 08/06/20
skyflowral
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDREAMABLE ( SELESAI )
Novela Juvenil*** Kalau emang gak kuat nahan masalah sendiri, ya jangan ditahan. Seorang penyemangat juga butuh disemangati 'kan? *** Jangan biarkan lentera kebahagiaan dalam diri lo padam hanya karena cowok brengsek seperti dia. Bukan cuma gue, kita pantas bahag...