Part 30 || Rahasia Johan

29 4 0
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Alina tertegun mendengar ucapan Johan. Bagaimana mungkin dia tau jika Alina butuh seorang penyemangat? Apakah Alina terlihat sangat miris?

"Kadang gue suka iri sama lo Alina. Lo selalu ketawa walaupun gue tau hati lo nggak sejalan. Lo rapuh, lo butuh sandaran. Gue tau itu." Johan membuka pembicaraan.

"Jangan sok tau."

"Gue gak sok tau. Kenyataan yang bilang gitu. Lo emang butuh penyemangat. Gue tau semua, gue tau kalo setiap malam sebelum tidur air mata itu selalu turun. Bahkan ketika lo ketawa sampe nangis pun hati lo masih nggak bisa nerima semuanya."

Alina terpaku.

"Al, gue pernah di posisi lo sekarang. Bahkan lebih buruk. Di saat gue terpuruk dan gagal, mama gue yang harusnya ngasih semangat malah sebaliknya."

Johan terlihat serius. Sebenarnya ia malas mengingat penderitaan yang ia alami tiap kali menginjakkan kaki di rumah. Tapi, entah mengapa ia ingin mencurahkannya pada Alina.

"Dia gak mau denger dan liat kegagalan gue karena malu. Dia cuma mau kalo gue sukses. Gue belajar mati-matian agar gue gak dipukuli sama mama gue. Tapi Dia nggak pernah puas sama hasil yang gue peroleh. Dimarahi, dipukul, ditampar, dicaci, dihina. Cuma itu yang gue dapat ketika pulang ke rumah. Sampe sekarang."

Johan terlihat menitikkan air mata. Alina yang berada di sana turut prihatin. Gadis itu tidak menyangka kalau ketua OSIS idola SMA Antana memiliki hari-hari yang buruk.

"Kak Jo," panggil Alina lirih.

Johan menatap Alina sendu. Matanya menjadi sembab karena menangis. Lelaki itu tersenyum miris. "Gue cengeng ya Al?"

Alina menggelengkan kepala cepat. "Kak Jo nggak cengeng, Kak Jo kuat. Kak Jo hebat, Kak Jo nggak lemah."

Johan tersenyum. "Makasih ya Al," ucapnya tulus.

"Makasih buat apa?"

"Makasih udah jadi Alina yang kuat. Gue sayang sama lo, jangan tinggalin gue." Johan memeluk Alina erat seakan tak ingin gadis itu pergi. Sementara Alina hanya mematung dan terdiam seribu bahasa.

"Gue antar pulang yuk?"

Alina mengangguk. Mereka tak tau jika ada hati yang terluka melihat kejadian itu. Seseorang yang takut tersingkir dari hati gadisnya.

"Lina lupa sama Aksa?"

🌸🌸🌸

Johan mengantarkan Alina hingga di pekarangan rumah gadis itu. Arinda--yang menunggu putrinya dari tadi-- menghampiri dengan sedikit terkejut. Pasalnya ia tak tahu siapa yang mengantarkan anak gadisnya. Alina dan Johan bergantian bersalaman dengan Arinda membuat wanita paruh baya itu tersenyum.

"Siapa dia, Alina?"

Johan tersenyum manis. "Saya Johan Tante, kakak kelas Alina sekaligus ketua OSIS SMA Antana. Maaf Alina baru pulang sekarang, tadi habis latihan musikalisasi puisi sama saya." ucapnya sopan.

"Ohh Nak Johan, mampir dulu ayo?"

"E-eh lain kali aja Tante, saya pulang aja udah mau Maghrib soalnya." tolak Johan halus.

"Justru karena itu kamu mampir dulu aja. Gak baik Maghrib di jalan. Sekalian sebagai tanda terima kasih karena udah nganterin Alina pulang kamu ikut makan malam bareng kami ya?" pinta Arinda lembut. Mau tak mau Johan menuruti ucapannya.

"Iya deh Tan, makasih."

"Sama-sama, mari masuk!"

Johan mengangguk lalu berjalan di belakang Alina dan Arinda. Rumah Alina sangat luas, rapi dan bersih. Banyak foto keluarga yang terpajang di dindingnya. Sangat berlainan dengan rumahnya yang bahkan tak ada satupun foto keluarga yang terpajang.

"Nak Johan, kamu mandi dan ganti baju dulu gih di kamar tamu. Pinjem baju Nanta aja. Nanti biar Alina aja yang antar," ucap Arinda.

"Ayo, Kak."

Johan mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Alina. Langkah mereka terhenti tepat di depan pintu bertuliskan "Mr. Handsome LA".

"Kak Nanta buruan keluar, Kak Jo mau numpang mandi!"

"Ini kamar Nanta?" tanya Johan sedikit berbisik.

Alina mengangguk. "Iya ini, kenapa?"

"LA itu Los Angeles?" tanya Johan polos.

Alina terkekeh. "Bukan, LA itu inisial nama Kak Nanta. Leonanta Arneady, dia emang sok kegantengan makanya dinamai gitu."

Johan hanya ber-oh-ria menanggapi ucapan Alina. Meskipun ia sempat terpana melihat tawa gadis itu.


Pintu kamar Nanta terbuka menampakkan sang empu dengan muka bantal dan rambut acak-acakan. Tapi kenapa gitu gantengnya masih nempel?

"Kenapa sih Dek teriak-teriak," ucap Nanta sambil mengelap air liurnya.

"IH KAK NANTA JOROK BURUAN MANDI! INI KAK JO MAU PINJEM BAJU KAK NANTA!"

🌸🌸🌸

Makan malam di rumah Alina menjadi lebih ramai karena kehadiran Johan. Terlebih sifat Johan yang mudah akrab terhadap orang baru membuatnya bisa nyambung berbincang dengan Nanta.

Tak hanya itu, Bintang yang baru pulang dari peresmian cabang baru Kedai Dewa Malam pun turut menanyakan banyak hal kepada Johan. Mulai dari sudah punya pacar atau belum, hubungan dengan Alina apa, hingga rencana kuliah.

Kini Johan berpamitan kepada orang tua Alina karena hari benar-benar sudah malam. Sebenarnya ia masih ingin singgah di rumah Alina tapi karena ia mau gadis itu istirahat jadi kapan-kapan saja.

"Tan, Om, saya pulang dulu."

Johan menyalami Bintang dan Arinda secara bergantian lalu berjalan menghampiri Alina. "Gue pulang dulu, besok pagi gue jemput ke sekolah. Abis ini lo langsung istirahat biar nggak ngantuk kalau tampil besok."

Alina mengangguk. "Hati-hati."

Johan tersenyum lalu memakai helmnya. Cowok itu menyalakan mesin motornya lalu meninggalkan pekarangan rumah Alina.

"Jangan lupa mampir!"

Arinda menghampiri putrinya. Entah mengapa raut mukanya menjadi berubah. "Aksa tadi nyariin kamu terus nyusul ke sekolah. Kamu nggak ketemu dia?"

Pertanyaan itu membuat Alina cemas.

TBC.

29/02/20

UNDREAMABLE ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang