🌸🌸🌸
Alina tercengang melihat sebotol lemon tea di hadapannya. Bukan tidak percaya, melainkan gadis itu penasaran kapan Aksa membuatkan minuman itu untuknya.
"Aksa dapat dari mana?"
Aksa nampak tersenyum lantas berkata, "Dari rumah. Tadi pagi Aksa udah siapin itu spesial buat Lina."
"E-eh? Aksa serius?"
Aksa menganggukkan kepala lantas menuangkan lemon tea itu pada gelas antik yang sengaja ia bawa dan ia buat untuk Alina.
"Jangan nanya lagi, buruan diminum katanya mau lemon tea buatan Aksa?"
"Iya iya," ucap Alina lantas meneguk habis segelas lemon tea itu. Alina terlihat sangat menikmatinya. Terlebih rasa lemon tea buatan Aksa tak kalah enak dengan lemon tea buatan Marvel. Ia sangat menyukainya.
"Makasih Aksa, padahal Lina tadi cuma bercanda hehe," ucap Alina lantas menunjukkan deretan giginya.
Aksa tersenyum lalu duduk di sebelah Alina. Keduanya kini tengah menikmati sejuknya rooftop sekolah. Merelakskan pikiran dari kebisingan lomba.
"Kepada seluruh peserta lomba cipta puisi diharap untuk menuju aula karena pengumuman juara akan dilaksanakan. Terima kasih."
Suasana hati Alina menjadi sangat berdebar mendengar pengumuman dari speaker sekolah. Keduanya beranjak menuruni tangga untuk menuju aula. Tentu tanpa gandengan tangan yang terlepas.
🌸🌸🌸
"Jangan takut, Aksa yakin Lina pasti menang. Aksa tau kalo Lina bisa jadi juara. Lina harus yakin. Lina gak boleh pesimis, Lina pasti bisa." Aksa menenangkan Alina. Ia dapat melihat jika ada kecemasan yang tersirat dalam bola matanya.
"Makasih Aksa, tapi Lina takut," cicit Alina.
"Jangan takut, Lina. Kamu pasti bisa. Aksa yakin sama kemampuan Lina. Jadi Lina juga harus yakin sama diri sendiri."
Alina mengambil nafas lantas mengangguk. Gadis itu beranjak memasuki aula tanpa Aksa karena harus dipanggil ke ruang guru. Suasana sangat canggung dan menegangkan, hingga Johan sang ketua OSIS menaiki panggung pertanda jika pengumuman juara cipta puisi akan dilaksanakan.
"Selamat siang semuanya. Gimana kabar kalian? Pastinya deg-degan bukan gara-gara bentar lagi juara cipta puisi bakalan gue bacain. Oh, ya, sekedar mengingatkan, untuk pemenang lomba ini bakal nampilin musikalisasi puisi besok dan tentunya berdua gue dong. Jadi, setelah pengumuman ini siapapun pemenangnya harus mempersiapkan diri. Terlebih untuk lebih lama sama ketos kalian yang ganteng bin cerdas ini."
Johan menyisir rambut dengan tangannya. Tentu tak terlepas dari jeritan siswi SMA Antana kerena terpesona dengan ketampanan sang ketos kecuali Alina. Jantung gadis itu bahkan semakin berdebar kencang. Tak sabar ingin mengetahui hasilnya.
"Oke daripada berbelit. Gue bakal bacain juaranya mulai dari juara tiga yaitu dari kelas ... X IPA 2! Selamat buat Alisya Melinda!"
Alina memperhatikan sosok adik kelas berambut panjang tergerai yang tengah berjalan menaiki panggung. Ia keheranan mengapa ekspresi wajah gadis itu terlihat muram padahal jelas-jelas puisinya terpilih. Lumayan gitu juara tiga.
"Segitu pengen jadi juara pertama biar bisa duet musikalisasi puisi sama Kak Johan," gumam Alina.
Hingga Johan membacakan siapa yang mendapatkan juara dua dan pertama cipta puisi tahun ini.
"Saat yang ditunggu-tunggu hampir tiba. Tapi sebelumnya gue mau nanya. Sebenarnya motivasi kalian buat ikut cipta puisi ini apa sih kalo boleh tau? Apa gara-gara kalian mau duet musikalisasi puisi sama gue?" tanya Johan lagi.
"IYA!"
Sorakan dari penggemar ketua OSIS cogan itu terdengar dari penjuru aula. Bahkan Alina terlihat menutup kedua telinganya karena kebisingan. Johan yang tak sengaja menangkap itu, pun turun dari panggung. Dengan gayanya yang cool, ia menghampiri Alina.
"Jadi, motivasi kamu buat ikut lomba cipta puisi ini apa? Dari tadi saya lihat kamu tidak nyaman karena teriakan fans saya yang menggema," ucap Johan lalu menodongkan microphone kepada Alina.
"Sebenarnya saya hanya ingin menyalurkan hobi saya dari sekolah dasar di bidang sastra dan bahasa. Itu saja," jawab Alina.
Johan nampak sedikit terkejut. "Klasik banget ya, gue kira lo juga pengen duet musikalisasi puisi bareng gue kayak lainnya." ucap Johan jujur.
"Tentu tidak, bahkan saya tidak mengetahui jika ada penampilan musikalisasi puisi setelahnya."
Johan tersenyum, membuat seisi aula terpesona. Lain halnya dengan Alina. Gadis itu hanya tersenyum singkat hingga Johan kembali menaiki panggung.
"Oke guys, setelah perbincangan itu. Gue bakal umumin siapa juaranya. Tapi agar kalian lebih penasaran. Kali ini gue bakal adain hal yang berbeda dari sebelumnya."
"Jadi, nanti anak OSIS bakal ngasih pin yang berisi nama kalian sebagai peserta dan penutup mata. Setelah gue aba-aba kalian harus pakai tutup mata itu. Nanti gue gak akan nyebutin siapa juaranya tapi gue bakal bawa juara itu ke atas panggung dengan mata yang tertutup. Setuju?"
"SETUJU!"
"Oke kita mulai saja."
Pengurus OSIS memberikan pin beserta penutup mata untuk tiap peserta. Beberapa saat kemudian Johan mengambil ancang-ancang untuk membawa juara pertama.
"Oke jangan ada yang ngintip sebelum gue kasih aba-aba buat buka penutup kepala. Ngerti?"
"NGERTI!"
Alina merasa aneh ketika tangan seseorang menyentuhnya. Gadis itu merasakan jika ia tidak menapak alias tengah digendong seseorang. Bahkan ia dapat mendengar degup jantung orang itu. Ia mulai berpersepsi, apakah ia pemenangnya? Mungkin saja hingga Alina merasa diturunkan di panggung aula.
"Silakan dibuka!"
Semua peserta lomba cipta puisi terkejut melihat sosok Alina yang berdiri di atas panggung. Bahkan Alina lebih terkejut dari mereka. Jadi kesimpulannya,
"Pemenang lomba cipta puisi sekaligus pasangan gue di musikalisasi puisi adalah ALINA CLARISSA AURISTELLA DARI KELAS 11 IPA 2!"
TBC
22/02/20
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDREAMABLE ( SELESAI )
Teen Fiction*** Kalau emang gak kuat nahan masalah sendiri, ya jangan ditahan. Seorang penyemangat juga butuh disemangati 'kan? *** Jangan biarkan lentera kebahagiaan dalam diri lo padam hanya karena cowok brengsek seperti dia. Bukan cuma gue, kita pantas bahag...