🌸🌸🌸
Sesuai pengumuman kepala sekolah SMA Antana semalam, hari ini kelas sebelas dan dua belas IPA ataupun IPS akan menjadi supporter tim mereka di pertandingan final futsal di GOR SMA Perkasa.
Hari ini Alina berangkat bersama Riksa seperti kemarin. Bahkan Bintang dan Arinda mengundang laki-laki itu untuk sarapan bersama. Kini mereka telah berada di lapangan basket sekolah menunggu kendaraan yang mengantar mereka ke SMA Perkasa.
"Baiklah anak-anak sebelum menaiki kendaraan. Saya akan menyebutkan pasangan sebangku kalian selama dalam bus. Siapapun yang saya panggil harap berbaris sesuai urutan membentuk dua bershaf."
"Kali ini aturannya XI IPA sebangku dengan XII IPS begitupula sebaliknya. Pasangan kalian ditentukan sesuai absen. Misalnya XI IPA 1 absen pertama sebangku dengan XII IPS 1 absen pertama begitupula sebaliknya."
"Jadi kita mulai sekarang. Abelia Randiva dari kelas XI IPA 1 dengan Adelia Fadira kelas XII IPA 1. Silakan berbaris!" ucap Bu Melisa.
"Lo udah bawa roti bakar cokelat yang gue minta kemarin, kan?" tanya Riksa dibalas anggukan Alina. "Udah, gue jadi penasaran nanti sebangku sama siapa pas di bus," ucap Alina antusias.
"Pastinya nanti lo satu bus sama kelas gue. Emang absen lo berapa?" tanya Riksa. "Enam," jawab Alina membuat Riksa terbelalak. "Serius?" Alina mengangguk. "Emang siapa absen enam?"
Riksa tersenyum. "Nanti lo tau sendiri," ucapnya.
"Alina Clarissa Auristella kelas XI IPA 2 dan Antariksa Adnan Andromeda kelas XII IPS 2 silakan masuk ke barisan," ucap Bu Melisa membuat Alina terkejut. Gadis itu menatap kesal kakak kelasnya sementara yang ditatap hanya tersenyum tanpa dosa.
"Ayo baris keburu Bu Markisa ngomel," ucap Riksa lantas melangkah ke barisan meninggalkan Alina yang kesal karenanya.
"Dasar es batu pedas."
🌸🌸🌸
Sepanjang perjalanan Alina yang cerewet tidak terdengar lagi ocehannya. Gadis itu memilih untuk menatap ke luar jendela daripada berbincang dengan laki-laki sebelahnya.
"Tumben diem, sakit gigi, ya?" tanya Riksa membuat Alina mendecih.
"Apa sih?" tanya Alina kesal.
"Ipi sih? PMS ya lo?" tanya Riksa lagi.
"Kepo," kesal Alina.
"Kok lo nyolot sih? Gue kan gak ngapa-ngapain."
"Berisik," kesal Alina lagi. Gadis itu masih enggan menatap laki-laki di sebelahnya. Entah mengapa sekarang ia merasa kesal mendengar atau melihat kakak kelasnya.
Riksa tersenyum penuh arti. Ia mengambil kotak bekal gadis di sampingnya tanpa ijin lalu mengambil sepotong roti bakar cokelat. "Hei roti, cewek samping gue kenapa sih? Marah ya sama gue? Emang kan cowok serba salah sementara cewek serba terserah, gak jelas pula. Kalau lo jadi gue bakal lo apain cewek kayak dia?" tanya Riksa membuat Alina sedikit tersenyum.
Riksa mendekatkan sepotong roti bakar pada telinganya seolah roti itu berbicara. "Jadi lo bakal browsing tips biar cewek gak ngambek lagi?"
"Gila," cibir Alina masih enggan menatap Riksa. Sebenarnya dalam hati ia ingin menertawakan sikap aneh laki-laki itu.
Riksa tersenyum tipis. "Okay, gue lakuin saran lo." Riksa menyalakan ponselnya lantas mengetikkan sesuatu. "Cara balikin mood cewek yang menurun. Ikuti tips ini untuk membujuk pasangan-anjir dia bukan pasangan gue gimana dong roti?"
Lagi-lagi Riksa mendekatkan roti itu ke telinganya. "Apa? Tembak aja? Mati dong. Gue cari tips lain aja kali ya?" Saat Riksa hendak mendekatkan sepotong roti bakar itu pada telinganya, Alina terlebih dahulu menyahut dan melahap habis makanan itu.
"Gue bikin roti bakar buat dimakan bukan diajak ngobrol, es batu pedas," cibir Alina tapi membuat Riksa tersenyum.
"Yang penting lo gak puasa ngomong lagi," ucap Riksa lantas mengambil sepotong roti bakar cokelat dan memakannya. Saat laki-laki itu berniat memakan satu potong lagi, bus melewati polisi tidur dan sedikit terguncang membuat cokelat dari roti itu mengenai pipi Riksa.
Alina terkekeh geli melihat wajah Riksa saat ini. "Saking pengennya jadi manis sampai-sampai melumuri wajah sama cokelat?" tanya gadis itu meledek.
"Manis sih tapi nanti yang nyamperin semut bukan cewek," sambung Alina membuat Riksa mendecih. "Tuh makan yang manis-manis," ucap laki-laki itu seraya menjejalkan roti bakar pada mulut Alina.
"Dwasar ews bwatu pwedas!" kesal Alina kesusahan karena mengunyah roti yang memenuhi mulutnya. "Nyenyenye," ledek Riksa seraya membersihkan cokelat yang menghiasi pipinya.
🌸🌸🌸
Enam bus pengangkut supporter SMA Antana tiba di halaman parkir khusus mobil SMA Perkasa. Satu-persatu siswa mulai menuruni bus menuju gedung olahraga SMA Perkasa atas instruksi guru BK juga guru olahraga yang mendampingi anak didiknya.
Alina terperangah melihat gedung olahraga tempat kakaknya bertanding sangat luas dan megah. Ia menghampiri kakaknya yang melakukan pemanasan bersama pemain futsal lainnya. Tentu dengan ditemani seorang Antariksa Adnan Andromeda.
"Kak Nanta!" panggil Alina membuat sang kakak menoleh. Laki-laki itu tersenyum melihat kedatangan adik kecilnya.
"Eh adik kecil udah datang. Sama pendampingnya pula," ucap Nanta membuat Riksa mendecih.
"Kak Nanta tanding lagi jam berapa?"
"Bentar lagi, doain Kakak ya?"
Alina mengangguk. "Pasti Kak, Alina selalu dukung Kakak."
Nanta tersenyum seraya mengelus lembut puncak kepala Alina.
"Oi Nanta, gaswat Nan gaswat!" Mike datang dengan wajah cemasnya. Jangan lupakan gaya alay laki-laki itu.
"Gawat apaan?"
"Bentar, gue mau sapa Dedek emesnya Abang Mike dulu. Hai Dedek!" sapa Mike seraya mengedipkan matanya membuat Alina bergidik sementara Riksa berdecak.
"Apanya yang gawat oi?" tanya Nanta lagi seraya memukul punggung rekan satu timnya.
"Itu, si Edgar gak bisa datang. Mana pertandingannya sepuluh menit lagi," ucap Mike membuat Nanta berpikir keras.
"Gak ada cadangan lagi?" tanya Nanta dibalas gelengan Mike. Alina turut merasa cemas melihat kakaknya.
"Riksa, lo mau gantiin Edgar?"
TBC
Dipublikasi : 07/06/20
skyflowral
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDREAMABLE ( SELESAI )
Fiksi Remaja*** Kalau emang gak kuat nahan masalah sendiri, ya jangan ditahan. Seorang penyemangat juga butuh disemangati 'kan? *** Jangan biarkan lentera kebahagiaan dalam diri lo padam hanya karena cowok brengsek seperti dia. Bukan cuma gue, kita pantas bahag...