Part 32 || Masa Lalu

14 5 0
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Alina memasuki ruang kelas dengan wajah tanpa ekspresi. Sontak semua penghuni kelas menatap gadis itu dengan tatapan bertanya. Pasalnya, tidak seperti biasa Alina berangkat lima menit sebelum bel masuk berbunyi.

Aneh aja gitu, terlebih setelah Alina memilih duduk di sebelah Rangga. Memang bangku sebelah Rangga kosong. Namun di lain sisi Aksa masih merasa kesal dengan apa yang ia lihat kemarin.


"Tumben duduk di sini? Dulu gue tawarin nggak pernah mau. Katanya enak duduk sama Aksa lah apalah," ucap Rangga heran.

"Jangan berisik, bisa?" ucap Alina tajam.

Rangga kembali terkejut. "Galak amat Neng, gak biasanya gini," ucapnya sambil menggaruk tengkuknya tidak gatal.

"Diem, kepala gue udah pusing jangan buat lebih pusing lagi karena omongan lo yang nggak berfaedah itu," sinis Alina lalu menelungkupkan kepala di atas meja.

Sesaat kemudian Bu Darida memasuki kelas. Membuat seisi kelas yang tadinya seperti pasar pindah menjadi sunyi seketika. Hingga ketua kelas memberi aba-aba memberi salam dan pelajaran dimulai.

🌸🌸🌸

Bel pergantian pelajaran berbunyi. Bu Darida menyampaikan salam dan meninggalkan kelas. Namun sebelum melangkahkan kaki beliau berkata, "Alina, ikut saya ke aula! Kita persiapkan untuk pentas beberapa hari lagi."

Alina mengangguk. Dengan gontai ia mengekori Bu Darida. Asal kalian tau, Bu Darida merupakan guru pengajar Bahasa Indonesia juga pembina club musikalisasi puisi SMA Antana.

"Kamu kenapa lemes gitu?" tanya Bu Darida membuat Alina kelabakan. Ia melamun sejak tadi walau kakinya bergerak. "E-eh nggak kenapa-kenapa kok Bu hehe," jawab Alina seraya tersenyum kikuk.

"Bagus deh kalau nggak kenapa-kenapa. Asal kamu tau, waktu dapat kabar kamu juara pertama saya nggak kaget. Karena apa? Saya yakin kalau kamu bisa. Lagipula ini impian kamu 'kan?" tanya Bu Darida dijawab anggukan Alina juga senyumnya.

"Johan pasti udah ngasih tau kan tentang pentas itu?" Lagi-lagi Alina mengangguk. "Oh ya Alina, tolong panggil Johan sama Riksa di kelasnya ya. Nanti kalian ke aula aja dulu. Saya mau ke ruang guru dulu, nanti saya nyusul," ucap Bu Darida.

"I-iya Bu," jawab Alina seadanya. Bu Darida tersenyum, menepuk pipi Alina pelan lalu melenggang pergi. Menyisakan Alina masih dengan pikirannya. Ia menghela nafas panjang, lalu beranjak ke kelas Johan.

🌸🌸🌸

Alina mengetuk pintu kelas XII IPS 2 dan meminta izin. "Permisi," Guru pengajar kelas itu mempersilakan Alina masuk. Gadis itu bersalaman dengan Bu Arina. "Permisi Bu, saya disuruh Bu Darida untuk memanggil Kak Johan. Ada latihan musikalisasi puisi buat pentas enam hari lagi," ucapnya.

Bu Arina mengangguk paham. "Johan, sini kamu!" panggilnya. Sementara Johan berjalan santai tak lupa dengan senyum ramahnya juga tatapan pada Alina. "Ada apa Bu? Kok ada Alina di sini?" tanya Johan.

"Kamu dipanggil Bu Darida. Ada latihan musikalisasi puisi," jawab Bu Arina. "Oh gitu Bu, terima kasih," ucap Johan sambil bersalaman dengan Bu Arina diikuti Alina kemudian meninggalkan kelas.

"Alina," panggil Johan.

"Apa?"

"Gue doang yang dipanggil? Riksa enggak?" tanya Johan heran. "Sama Kak Riksa juga," jawab Alina membuat Johan menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Alina.

"Riksa itu temen sekelas gue, Alna." jawab Johan direspons oh ria dari Alina.

"Alina, bukan Alna."

"Udah sama aja, ayo!" ajak Johan sambil menggandeng tangan Alina.

"Gak usah gandengan juga Kak. Kita bukan truk, lagipula ngapain putar balik sih? Kan aulanya di sana emangnya udah pindah?" ucap Alina membuat Johan terkekeh.

"Katanya mau manggil Riksa. Nah Riksa kan di kelas gue, Alna. Makanya putar balik."

"Oh iya, kok gue bego, ya Kak?" tanya Alina polos membuat Johan tersenyum lalu mengacak rambut gadis itu. "Kak Johan mah gak asik main acak rambut," kesal gadis itu sambil merapikan rambutnya.

"Iya deh maaf, ayo kalau gitu."

"Iya."

🌸🌸🌸

Alina menggigit bibir bawahnya ketika mengetuk pintu kelas XII IPS 2 untuk kedua kalinya. "P-permisi, Bu," ucapnya dengan hati-hati. Gadis itu memasuki ruang kelas bersama Johan. Melihat perubahan mimik wajah Alina, Johan berbicara.

"Maaf Bu, Riksa juga dipanggil Bu Darida. Tadi kelupaan," ucap Johan direspon gelengan kepala Bu Arina.

"Riksa, sini kamu!"

Raksa menunjuk diri sendiri. "Saya?" tanyanya. Bu Arina memutar bola mata lalu mengangguk. "Iya kamu, siapa lagi yang punya nama Riksa di sini," jawab Bu Arina.

Dengan ekspresi datar, judes, plus dingin Riksa bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Bu Arina. "Ada apa Bu?" tanyanya.

"Kamu dipanggil Bu Darida untuk latihan musikalisasi puisi buat pentas enam hari lagi," jawab Bu Arina.

"Tadi katanya cuma Johan doang, kenapa saya juga?"

"Ya mana saya tahu, Riksa. Udah pergi sana, saya mau lanjut mengajar," usir Bu Arina.

"Males ah Bu yang jadi vokalis baperan," cibir Riksa pedas. Sementara Alina? Ia mematung seraya menahan air mata.

"Liat tuh, belum apa-apa udah mau mewek. Cengeng banget jadi cewek," imbuh Riksa direspons gelak tawa dari penjuru kelas XII IPS 2.

"Maksud lo apa hah?" Johan mencengkeram kerah seragam Riksa membuat beberapa siswi kelas itu mengabadikan bahkan mempostingnya di akun lambe turah SMA Antana. Mengapa? Baru kali ini seorang Johan Angkasa memulai perkelahian untuk adik kelas yang notabenenya baru kenal beberapa hari. Biasanya saja, Johan selalu jadi penengah.

"Apa? Gue salah? Lo nggak terima? Heh Johan dia itu cewek baperan dan murahan. Lo gak tau aja dia dulu kayak gimana," ucap Riksa santai.

"Emangnya dia gimana hah? Lo siapanya sampai-sampai tau seluk-beluk dia?" Johan tersenyum sinis.

"Johan, Riksa udah! Jangan bertengkar! Jangan ganggu jam pelajaran saya dengan drama picisan kalian yang nggak berfaedah!"

"Kak Jo, udah biarin."

"Gak bisa, Alna. Kalau gak dibilangin dari sekarang dia bakal ngelunjak!" ucap Johan kekeuh.

"Lo mau tau gue siapa?" Riksa menyeringai. "Asal lo tau, gue kakel SMP sekaligus cowok yang dia suka sampe-sampe ngemis cinta ke gue! Bahkan dia rela buat jual diri demi itu. Padahal jelas-jelas gue milik sahabatnya." ucap Riksa santai tanpa memedulikan perasaan Alina.

"Alna!"

TBC

27/04/20

skyflowral

UNDREAMABLE ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang