tiga

18.9K 530 28
                                    

"Kita di mana?" Serenia turun dari gendongan Seokjin, tubuhnya telah terbalut busana yang lengkap dan jauh lebih tertutup ketimbang pakaian tidur tipis yang ia kenakan sebelumnya, ia mengerutkan dahinya menatap rumah tua yang sudah lapuk dan hancur di sana-sini, bahkan semak-semak liar dan tanaman rambat pun tumbuh tak beraturan disekitarnya, juga ada sebagian yang telah masuk merambat ke dalam rumah. Rumah itu tampak hitam seperti bekas terbakar, juga sangat menyeramkan bagai rumah hantu dalam film-film horor yang sering ditonton Serenia dengan adiknya.

Jika ditilik lebih jauh lagi rumah yang  ada dihadapan Serenia saat ini sepertinya bukan rumah penduduk biasa tapi lebih menyerupai rumah seorang bangsawan seperti dirinya.

Tapi entah siapa Serenia tak tahu.

"Ini bekas castle bangsawan Xiveria Anhartan, castle ini terbakar 100 tahun yang lalu, seluruh penghuninya meninggal dunia, tak ada yang bisa menolong mereka dari kebakaran dahsyat itu. Dan sejak saat itu tempat ini jadi angker, hingga penduduk tak berani mendekat, bahkan mereka memilih untuk meninggalkan desa dan membiarkan seluruh daerah ini menjadi desa mati."

Serenia manggut-manggut mencoba mencerna setiap ucapan Seokjin "Lalu  apa penyebab kebakaran itu? Apa ada yang sengaja membakarnya? Atau karena kecelakaan biasa?"

"Pangeran Xiveria mengingkari perjanjiannya, jadi aku melahap semua jiwa yang tertinggal di rumah ini."

Pada awalnya Serenia sedikit terkejut mendengar jawaban Seokjin, namun sesaat kemudian ia tampak tak perduli.

Seokjin melirik ke arahnya sambil menyeringai iblis. "Kenapa? kau takut? Tapi sayangnya perjanjian kita sudah tak bisa dibatalkan."

Serenia mendecakkan lidahnya, seperti biasa tampak angkuh dan bermartabat, dengan sorot matanya yang tajam ia mengambil langkah perlahan masuk ke pekarangan rumah yang berantakan "Aku justru lebih takut jika tidak bisa membalas dendam." sarkasnya yang membuat Seokjin tersenyum puas.

"Lalu apa maksudmu membawaku kemari, ingin menakutiku? Atau mengancam agar aku tak berhianat?"

Seokjin terkekeh "Aku ingin memberimu tempat tinggal."

Kemudian satu tangan kiri Seokjin terangkat menyapu ke udara. Seketika  rumah hancur itu bercahaya dan kemudian berubah kembali ke bentuk semula saat rumah itu masih berdiri dengan kokoh dan megah. Serenia terdiam sesaat membiarkan sihir Seokjin bekerja. Hingga tak butuh waktu lama tempat itu tampak kembali indah dan mempesona.

Seokjin tersenyum puas, menatap keajaiban yang dibuat untuk Serenia, tapi sayang Serenia tak perduli. Setelah sihir itu berhenti bekerja ia malah melangkah masuk dengan acuh.

"Bagaimana tuan putri apa kau menyukai tempat tinggalmu yang baru?" tanya Seokjin sembari menyusul langkah majikannya.

"Aku tak perduli, yang aku butuhkan hanya tempat tidur dan makanan agar bisa istirahat sampai aku bisa membalaskan dendam keluargaku."

Kembali lagi Seokjin terkekeh ringan mendengar jawaban acuh sang majikan. Ia pun melangkah menyusul majikan barunya. "Tapi sebagai putri bangsawan kau butuh tempat tinggal yang layak."

"Terserah kau saja, kau pelayanku jadi kau urus saja apapun yang menurutmu itu perlu." Seokjin tersenyum iblis, selama hampir 10.000 tahun hidupnya baru kali ini ia mengikat perjanjian dengan seorang manusia yang begitu acuh, angkuh namun anggun dan bermartabat, juga sexy, panas dan liar dalam waktu yang bersamaan. Dia menyukainya.

"Putri aku ingin bertanya."

"Katakan saja."

"Namaku rasanya aneh, apa ini nama seorang bangsawan atau nama seorang pria tampan?"

"Bukan, itu nama anjingku."

"A..an...anjing?!" Seokjin menganga tak percaya jika Serenia berani memberikan nama seekor anjing padanya. Padahal tadi ia sempat merasa puas dengan nama itu sambil membayangkan wajah tampan seorang pria yang pernah memiliki nama yang sama.

"Bibiku yang tinggal di Korea memberikan anjingnya padaku, jadi aku memberinya nama Kim Seokjin dan dia mati dipenggal para penduduk sialan itu." ucap Serenia acuh sambil terus berjalan menuju lantai dua, ia ingin mencari satu kamar yang nyaman untuknya.

Sementara disisi lain Seokjin merutuki dirinya yang seorang penguasa di alam bawah malah diberi nama seekor anjing oleh seorang manusia yang baru menginjak dewasa. Ini kegilaan namanya, bagaimana jika seluruh rakyatnya tahu jika raja mereka diberi nama seekor anjing yang mati dipenggal pula?

"Buatkan aku makan malam Seokjin, aku lapar."

"Dan bawa ke kamarku!" perintah Serenia sambil terus melangkah, mengabaikan Seokjin tampak syok mendengar asal-usul namanya.

Hingga kemudian dari sudut matanya Serenia dapat melihat Seokjin membungkuk hormat dengan pasrah "Baik yang mulia, tunggulah, lima belas menit lagi saya datang dengan makan malam anda."

Serenia menyeringai iblis, cukup puas mempermainkan sang raja iblis "Siapa suruh kau menyetubuhiku seenaknya, dasar anjing!"

Jangan lupakan fakta bahwa Seokjin itu adalah iblis, hingga sangat mudah baginya mendengar apapun yang ada dalam hati dan fikiran sang putri, hingga kemudian gumaman Serenia dalam hatinya membuat Seokjin ingin tertawa lebar, namun ditahannya, hingga hanya senyum iblisnya yang tampak samar. "Tapi sayang kau sekarang milikku putri dan aku akan membuatmumendesah lebih banyak lagi." ucap Seokjin samar, yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri, sambil tetap berdiri di tempat yang sama hingga terdengar bunyi pintu kamar yang tertutup dan tubuh Serenia yang menghilang dibalik pintu.

Seokjin pun kembali tersenyum mengerikan "Akan sangat menarik saat aku memakan jiwamu kelak putri Serenia. Dengan begitu banyak dendam di dalam jiwamu, kau pasti akan terasa sangat lezat. Aku suka." desisnya sambil menjulurkan lidahnya menjilati bibir atas dan bawahnya bergantian.

Lima belas menit kemudian seperti perkataannya tadi Seokjin kini sudah berada di dalam kamar Serenia. Wanita itu duduk menselojorkan kedua kakinya di atas ranjang dengan meja kecil didepannya yang mengapit kedua pahanya dan nampan berisi berbagai jenis makanan tersaji di atas meja beserta segelas teh camomile.

"Lumayan, kau memasak atau menyihirnya?" tanyanya setelah memasukkan beberapa suap makanan yang tersaji.

"Saya kurang pandai memasak yang mulia."

"Cih. Jadi kau memberikan makanan sihir padaku?"

"Maafkan, saya putri."

"Hhh..sudahlah." Serenia menghela nafas, lalu menghabiskan makanannya dengan cepat "Aku tak masalah, mau kau memasak atau menyihir sekalipun, tapi sebagai butler kau harus menyamarkan kemampuan iblismu, kau mengerti maksudku, kan?"

"Iya putri."

"Kalau begitu mulailah belajar memasak. Karena setelah itu aku ingin kau menemaniku mengunjungi seseorang."

Seokjin tersenyum dalam hati kala menangkap pancaran kebencian di mata indah Serenia, kemudian ia membungkuk hormat "Sesuai perintah anda tuan putri."

"Satu lagi." Seokjin terdiam menunggu apa yang akan dibicarakan majikannya. "Jangan membaca pikiranku sembarangan, atau aku akan bunuh diri dan kau tak akan mendapatkan apapun atas jiwaku."

"Jiwa orang mati baik itu yang bunuh diri atau tidak tetap bisa kumakan putri."

"Aku tau, tapi rasanya tak akan sama dengan jiwa yang dipenuhi dendam dan hasrat membunuh."

Sekali lagi Seokjin membungkuk "Baiklah tuan putri, akan kulaksankan sesuai perintah."

Tbc.

Terus terang aku agak ragu bikin cerita ini. Ini pertama kalinya aku ambil gendre fantasy entah apakah nanti karakternya bakal dapat atau ndak, tapi aku akan berusaha.

Kalau soal bacaan aku juga jarang baca yang gendre fantasi ya, aku lebih sering baca yang triller makanya imajinasiku soal ini jadi agak gimana gitu..hahahaha....

Tapi aku masih berharap kalian bisa menyukainya, coz aku akan kerahkan segenap jiwa dan raga untuk menista Kim Seokjin.

Akhir kata don't forget vote, koment and share ya.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang