empat puluh tujuh

3.7K 243 24
                                    

Happy reading.

Jangan lupakan vote ya.
Makasi
.
.
.
.
.

Entah sudah berapa banyak buku yang ia baca, hingga kedua matanya terasa begitu lelah tapi Serenia masih enggan untuk menyudahi kegiatannya membaca dan mencari-cari satu buku yang dikatakan Sebastian.

Tumpukan buku-buku tebal itu masih  belum dikembalikan ke tempatnya semula. Serenia menoleh ke arah beberapa dayang yang bersamanya, mereka semua sudah tertidur pulas.

Kembali Serenia bergerak diantara koleksi buku-buku kuno milik kerajaan. Satu buku yang berbicara tentang sihir mengusik hatinya. Ia mengambilnya. Tapi, sesaat kemudian ia meletakkannya kembali lalu menghela nafas lelah. "Dimana? Mereka menaruh buku itu dimana?" sungutnya mulai kesal. Bahkan bayi dalam perutnya pun ikut kesal dan memukulkan tinjunya ke perut ibunya.

"Aww!" Serenia mengelus perut buncitnya "Kau marah juga, heum? Baiklah ayo kita cari sekali lagi, sayang. Kita pasti bisa menemukannya, menemukan cara untuk menyembuhkan ayahmu, jadi kita bisa bersama lagi. Sekarang kau bantu ibu ya. Diam dan jangan nakal, biarkan ibu berkonsentrasi." senyum manis kini mengembang di wajah cantiknya saat bayi dalam kandungannya bisa sedikit tenang dan ia bisa kembali mencari buku kuno yang dikatakan Sebastian. Sebuah buku tentang bagaimana cara mengatasi racun ular mamuzi.

Sekali lagi Serenia menghela nafas "Kenapa susah sekali menemukannya." gumamnya pelan, ia mulai meragu "Apa buku itu benar-benar ada?"

"Kau yakin apa yang kau katakan itu benar Sebastian?"

Anggukan kepala Sebastian sudah cukup membuatnya merasa bersalah pada Seokjin. "Kalau Joonatrius tak menceritakannya aku pun tak akan tau."

Saat itu mereka tengah berbincang di taman istana. Atas permintaan Serenia, sang kakak Raja Taeran mengizinkan Sebastian Khartan untuk menginjakkan kakinya di istana. Biar bagaimanapun Sebastian sudah dicap sebagai pengkhianat negara, sudah cukup ia dan seluruh keluarganya masih diizinkan untuk menyandang gelar ksatria.

Sementara Serenia, sejak ditemukan di Mahaya, sang kakak tak mengizinkan adiknya untuk kembali pulang ke kediamannya, dengan alasan karena Taeran tak ingin Seokjin kembali mekukai adiknya. Lagi pula phoenix langit yang ia cari-cari juga ada dalam kurungan Raja Taeran di istananya. Maka begitulah sejak tujuh bulan terakhir sang putri memutuskan untuk tinggal di istana.

Serenia kembali menghela nafas.

Jika apa yang diceritakan Sebastian tentang bagaimana Seokjin bisa berubah adalah karena ulah Altera dan racunnya maka Serenia bertekad akan melakukan apapun demi suaminya.

Serenia jelas saja tak ingin Seokjin terjebak selamanya dengan ular itu, atau pun tersiksa dengan racun ular brengsek yang reaksinya hanya bisa diredam oleh si Altera.

Membunuh ular itu bukan lah jawabannya jika menurut Sebastian. "Scrates bisa saja membunuh Altera dengan mudah, tapi itu berarti racun itu akan tetap menyiksanya seumur hidup dan tanpa ada yang meredakannya setiap kali itu bereaksi maka bisa kau bayangkan bagaimana tersiksanya Scrates jika itu sampai terjadi."

Sebastian benar.

Karena saat racun ular itu bereaksi maka Seokjin hanya akan mengenali dan menurut pada Altera. Tapi jika Altera mati lalu apa yang akan Seokjin alami? Serenia tak berani membayangkannya.

"Ada satu buku yang memuat cerita tentang bagaimana mengatasi racun ular mamuzi yang sudah memiliki kemampuan setingkat para bangsawan dunia bawah. Dulu sekali. Kabarnya salah seorang leluhur raja istana pernah mengalami kejadian serupa dengan Scrates, dan setelah bertahun-tahun hidup dalam jeratan salah satu siluman ular itu, akhirnya beliau bisa terbebaskan."

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang