dua puluh lima

5.6K 310 9
                                    

Seperti biasa sebelum baca vote dulu ya gais.

Makasi.

Happy Reading.
.
.
.
.
.

Seokjin melangkah pelan memasuki kamar putri Serenia. Kosong.

Tak ada lagi keberadaan Serenia di sana. Terhitung sudah sebulan ia kehilangannya, dan ia merindukannya.

"Kakak, aku sudah memeriksa kediaman Vien, tapi tak ada tanda keberadaan Serenia di sana, selain Mamuzi Altera...jadi...kemungkinan...dia ...sud__"

"Tidak aku tau Serenia tak akan semudah itu menyerah pada kematian."

"Tapi kak, aku lihat Vien sedang bercinta ditaman dengan Serenia, tapi..aura yang kurasakan bukan lagi milik Serenia, itu milik Altera."

Seokjin terdiam.

"Altera mungkin telah memakannya." tegas Joonatrius seakan menghantam jiwanya.

Tidak.

Sampai kapan pun Seokjin tak akan pernah menerima kebenaran dari ucapan sang adik. Ia harus mencari tau sendiri. Dan satu-satunya pilihan yang ia punya kala itu adalah mengikuti semua intruksi Joonatrius agar dirinya bisa segera sembuh, dan bisa kembali ke dunia manusia.

Hingga di sinilah sekarang ia berada.

Ini adalah rumah yang ia berikan untuk Serenia setelah perjanjian mereka tercipta. Dan Ruangan yang di pijaknya saat ini adalah kamar sang putri. Semua hal tentang kamar ini masih sama dengan yang dulu, sepertinya beberapa iblis yang ia tempatkan untuk menjaga dan merawat rumah ini bekerja dengan sangat baik.

Tungkainya melangkah menuju lemari pakaian, ia membuka dan melihat pakaian Serenia yang beragam dan tergantung dengan rapi di sana. Itu adalah baju-baju kesukaan sang putri.

Perlahan ia kembali berjalan menyentuh meja rias dengan ukiran indahnya dan satu cermin besar. Ditariknya satu kursi ukir dekat dengan meja rias itu. Seketika fikirannya pun merotasi kejadian-kejadian ketika ia tengah mendandani Serenia yang duduk di kursi menghadap ke cermin.

Sorot matanya yang tajam sama sekali tak menggambarkan keceriaan. Serenia menatap cermin dengan raut datar, seolah ia hanyalah boneka tak bernyawa. Kecuali pancaran amarah dan dendam, tak ada lagi yang bisa di tangkap dari ekpresinya.

Helaan nafas ringan terdengar dari arahnya. Seokjin pun melangkah kembali dan mendudukan dirinya di tepi ranjang.

"Keluarlah." usir Serenia, padahal Seokjin hanya ingin menunggui majikannya karena kemarin malam sang majikan tiba-tiba terjaga dari tidurnya dan bergetar ketakutan. Ia menangis, menekuk kedua kakinya ke atas dan membenamkan wajahnya di sana. Ini pasti karena ia trauma dan mimpi buruk menghampirinya.

Dengan lembut Seokjin merengkuh Serenia dalam pelukannya, mengusap punggungnya hingga wanita itu tidur kembali dengan derai air mata yang membasahi wajah cantiknya.

"Kau yakin memintaku keluar 'putri?" bantah Seokjin.

"Jangan banyak bicara, jika kuperintahkan keluar kau keluar saja."

"Baiklah putri." sesuai perintah Seokjin melangkah keluar, mematikan semua lampu dan menutup pintu. Tapi saat itu ia tak langsung pergi, melainkan berdiri di depan pintu mendengarkan Serenia yang mulai menangis semalaman.

Dirabanya pembaringan sang putri. Meski sudah lama berlalu, ia masih bisa merasakan aura Serenia menguar di sana.

Bodohnya dirinya.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang