dua puluh tujuh

5.3K 287 12
                                    

Biasakan pencet bintang sebelum baca. Makasi.

Tak panjang kata, buat kalian yang masih penasaran dan makin greget.

Happy Reading.
.
.
.
.
.

"Serenia?!"

Sebastian dan Joonatrius saling bertukar pandangan. Sama-sama terkesiap dengan apa yang dilihatnya.

Sementara disisi lain Serenia kembali mendesis. Mencabut pedang perak yang tersampir di punggungnya lalu tanpa aba-aba bergerak menerjang.

Lawan melompat menghindar.

Serengan Serenia pun meleset menghantam pohon yang ada di depannya. Pohon itu gemeretak tumbang dengan batangnya yang patah terbelah dua.

Kembali Serenia mengunci pergerakan dua orang lawannya.

Kedua manik matanya berkilat.

"Jangan tatap matanya Sebastian. Berbahaya."

Sebastian mengangguk menanggapi ucapan Joonatrius lalu mengalihkan tatapannya ke bagian tubuh Serenia yang lainnya. Sebelah matanya telah berubah merah. "Kita harus melumpuhkannya tanpa menyakitinya."

"Kau benar. Kita serang sama-sama."

Mereka saling memberi kode ingin menyerang, tapi kalah cepat karena Serenia bergerak lebih dulu. Ia mendesis lalu kembali menebas dengan pedang berkilat-kilat di tangannya. "Sebastian awas!!!"

Sebastian menghindar sambil melepaskan satu pukulan jarak jauh ke arah Serenia.

Sebentuk cahaya biru melesat ke arah Serenia. Wanita itu bergeming, ia malah membiarkan tubuhnya terhempas terkena hantaman kekuatan Sebastian.

Melihat Serenia terkapar, Sebastian segera melompat mendekat, ia harus menangkapnya. "Serenia!" panggilnya  sembari mengulurkan tangan hendak menyentuh tubuh yang tergeletak di hadapannya.

Namun tanpa ia duga Serenia mendesis dan menebasnya dengan pedang yang masih ia genggam erat.

Segera Sebastian melompat mundur, tapi kalah cepat, sabetan pedang Serenia mengenai lengannya. "Akh!" ia menggeram. Darahnya mulai menetes.

Joonatrius mendekat sembari menggeram marah "Kurangajar!! Kau tak apa-apa?"

Sebastian mengangguk "Aku baik-baik saja."

"Kita serang bersama Sebastian. Jika terus mengulur waktu sepertinya ia akan semakin kuat, tapi itu juga akan memperpendek umurnya."

Sebastian tercengang mendengar ucapan sahabatnya "Bagaimana kau bisa tau?"

"Aku memerhatikannya sejak tadi, kau lihat ia beregenerasi dengan cepat, dan aura silumannya meningkat kuat, tapi ia juga tampak kelelahan. Berarti regenasinya itu paksaan. Ya... aku yakin itu...ada sesuatu yang mempengaruhi dirinya untuk beregenerasi padahal tubuh manusianya menolak."

"Kalau begitu kita harus menyelamatkannya. Bagaimana cara membuatnya tidak sadarkan diri."

Joonatrius menggeleng. "Aku juga tidak tau."

Tepat setelah mengatakan itu Serenia kembali mendesis.

Kali ini ia tak menyerang, tapi para penduduk yang tadi bergerak ke atas bukit malah berbalik arah. Kini bergerak cepat ke arah Sebastian dan Joonatrius.

"Sialan bagaimana ini!!" Sebastian mengumpat marah sambil melompat ke atas pohon. Hal yang sama juga dilakukan oleh Joonatrius. "Kita tak mungkin melukai mereka Joon." ucap Sebastian sembari menatap penduduk desa, pria, wanita, tua, muda maupun anak-anak.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang