tiga puluh empat

5.5K 289 3
                                    

Thx reader karena work aku ini udah nyampe 50k lebih, sungguh tak disangka banget. Aku yang amatir dengan tulisan yang gaje dan banyak typo ini bisa nyampe angka segitu dalam waktu yang singkat. Aku jadi terhura😭😭😭

Meskipun masih banyak sidersnya aku tetap berterimakasih pada kalian karena sudah mampir.

Bahkan work aku pernah nyampai rank #1 di fantasy yang memang susah ditembus karena banyak banget cerita-cerita bagus di genre itu. 😭😭😭😭😭.

Dan sebagai ucapan terimakasih ku yang tulus buat kalian kali ini aku up lagi.

Semoga kalian makin suka and makin rajin meminggalkan bintang di tiap chapternya.😍😍😍😍

Yang sudah begitu rajin ninggalin jejak dan komentnya thx banget, kalian selalu bikin aku bisa semakin semangat buat terus berimajinasi. 😘😘😘

Tak panjang kata lagi.

Happy reading.
.
.
.
.
.

Wajah Joonatrius benar-benar ditekuk sekarang. Lipatan-lipatan kulitnya bahkan tercetak jelas di dahinya.

Bagaimana bisa ceritanya jadi serumit itu?

Dia tengah duduk di ruang tengah castle putri Serenia yang diberikan Seokjin padanya. Kala mendengar semua cerita Sebastian yang berkunjung ke sana beberapa jam lalu.

Seminggu setelah pernikahan mereka. Seokjin memutuskan untuk hidup di dunia manusia agar lebih memudahkannya mengusut kembali kasus pembantaian keluarga Arandia.

Seokjin bahkan meminta bantuan Sebastian dan Joonatrius untuk melakukan penyelidikan. Ia tak ingin istrinya terus menerus diliputi dendam dan rasa penasaran atas semua halyang menimpanya.

Sang pemilik rumah sedang pergi ketika pembicaraan aneh itu dimulai.

Setiap kata-kata yang keluar dari mulut Sebastian sontak membuat Joonatrius jadi semakin tercengang, tak percaya.

Rasanya bahkan dunia bawah yang dihuni para iblis tak pernah ada kisah sebiadab itu. Tapi anehnya para manusia malah sering kali mengkambing hitamkan para iblis sebagai pelaku tindak kejahatan dan sadisme yang terjadi diantara mereka.

Manusia memang aneh. Selalu suka saling membantai satu sama lain. Dan disaat yang sama juga melempar kesalahannya pada bangsa lain. Khususnya bangsa iblis yang selalu jadi sasaran empuk buat dijadikan tameng.

Bahkan sejauh yang Joonatrius ingat, mereka para iblis selalu bisa hidup damai di alam bawah. Tapi para manusia sendiri yang malah memanggil mereka, menawarkan berbagai macam imbalan asal para iblis mau mengikat perjanjian untuk bisa membunuh manusia yang lainnya.

"Kau kenapa?" sedikit terheran dengan wajah Joonatrius yang ditekuk begitu rupa akhirnya membuat Sebastian bertanya padanya.

"Kau yakin yang kau ceritakan barusan  itu benar?" tanya Joonatrius memastikan..

"Haah!" Sebastian menghela nafas panjang, kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kayu ukir "Itulah kenapa keluarga Khartan dituduh penghianat."

"Jadi benar Raja Tanzara? Dia sekejam itu pada putrinya?"

"Ya." tegas Sebastian "Karena Yang Mulia Zenisa membawa lari tuan putri maka sang Raja tak ingin ada orang lain yang memanfaatkan kelebihan sang putri. Maka perintah untuk kematiannya diturunkan."

"Selain keluarga Khartan, masih ada bangsawan Kalagra dari Manwa dan bangsawan Sikenza dari Alsekra yang menolak perintah itu." lanjut Sebastian "Dua bangsawan itu dihukum dengan mencabut gelar kebangsawannan mereka dan seluruh keluarga mereka dijadikan budak. Aku tak tau mereka sekarang ada di mana dan ada berapa orang yang tersisa."

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang