sembilan belas

6.3K 327 13
                                    

Karena kemarin ceritaku ini bisa masuk rank #1 di fantasi, hari ini aku double up.

Special part Seokjin dan Serenia, semoga kalian suka.

Don't forget vote and koment ya. Makasi.

Happy reading.
.
.
.
.

"Serenia, makanlah dulu." merasa namanya dipanggil ia menoleh ke arah suara. Seorang wanita cantik menghampirinya dengan nampan di tangannya.

Ada soup hangat yang kelihatannya baru saja selesai dimasak, karena mangkuk soup itu masih mengepulkan asap. Juga ada secangkir minuman yang ia yakin adalah teh camomile kesukaannya. "Kak, Narnia..Seokjin bagaimana?"

Narnia tersenyum hangat "Ia sudah membaik, jadi tenang saja."

"Ini salahku." Serenia menunduk.

"Hei jangan salahkan dirimu lagi, siapapun bisa berbuat salah Serenia. Sekarang kau makanlah, dan jika ingin bertemu dengan Seokjin, aku akan mengantarmu."

"Benar?" Narnia mengangguk meyakinkan.

Serenia pun menanggapi nampan yang dibawa Narnia lalu memakan semua makanannya dengan lahap. Tak butuh waktu lama bagi Serenia untuk menghabiskan makanannya.

Maka kemudian sesuai janjinya Narnia membawa Serenia menuju ruang rawat Seokjin. Sampai di depan pintu masuk Narnia membiarkan Serenia masuk ke dalam seorang diri.

Narnia mungkin tak tahu hubungan apa yang tercipta diantara kedua insan itu, tapi nalurinya mengatakan untuk memberikan waktu pada mereka untuk bersama, setelah seminggu mereka dirawat di ruang terpisah.

Tungkai Serenia melangkah pelan memasuki kamar dimana Seokjin dirawat oleh beberapa tabib. Ruangan sedang sepi, dan ia melihat tubuh pria itu tengah terbaring di atas ranjang.

Tak ingin membangunkannya Serenia melangkah lebih pelan dan berhati-hati agar tak menimbulkan suara. Ia menatap Seokjin yang terbaring pucat dibalik selimut. Rasa bersalah kembali mengganggunya. Dengan sedikit canggung ia pun duduk di samping sang iblis. "Oh, kau datang putri?"

Suara berat Seokjin yang terdengar lemah, Serenia pun menatap pria yang tengah mengerjapkan matanya dengan lebih dekat.

Seokjin berusaha untuk duduk dan bersandar di headbad "Kau tak usah paksakan dirimu Seokjin."

Seulas senyum terbit di wajah pucat Seokjin "Aku tak apa-apa."

"Tapi lukamu?"

Pria itu terkekeh "Aku lebih mengkhawatirkanmu Serenia. Racun ular mamuzi bahkan belum sepenuhnya hilang dari tubuhmu. Ditambah luka-luka barumu, kau pasti sangat menderita."

Serenia menggeleng pelan, ia naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya di sebelah Seokjin. Serenia membenamkan wajahnya diperpotongan leher Seokjin, ia mengelus pelan luka di dada Seokjin "Maafkan aku..ini pasti sakit sekali 'kan?"

Seokjin memeluk tubuh Serenia, kemudian menjatuhkan kecupan hangatnya dikening wanitanya "Jika kau bersikap seperti ini, sakitnya langsung ilang."

"Tukang gombal." Serenia memukul dada Seokjin manja, membuat Seokjin kembali terkekeh pelan, digenggamnya tangan Serenia dan ia merubah posisinya hingga bisa menatap manik Serenia dan menguncinya "Mau kumakan sekarang?" tanyanya dengan intonasi yang menggoda.

"Kau sedang sakit bodoh, makan darahku saja, itu akan menyembuhkannya."

"Tidak, kau masih tersegel 'sayang." sang raja mengelus anak rambut Serenia yang sedikit menutupi wajahnya, merapikan dan membawanya kebelakang telinga "Apa kau ingin aku membukanya sekarang?"

"Bisa kau lakukan itu? Aku ingin menyembuhkanmu dengan darahku."

Seokjin mengangguk "Bisa, tapi setelahnya aku mungkin akan mati, karena kelelahan melayanimu."

"Ck. Kau ini menyebalkan. Minggir sana." Serenia pun mendorong tubuh Seokjin yang terasa menghimpitnya. Tapi bukannya menjauh Seokjin malah menidurkan kepalanya dikedua paha sang wanita. Ia memejamkan matanya sembari memeluk pinggang ramping Serenia.

"Jika tau kau akan bersikap semanis ini setelah melukaiku, rasanya aku ingin selalu dilukai olehmu."

"Diamlah! Jangan bicara sembarangan." Serenia memukul pelan bahu Seokjin, menunjukkan kekesalannya akan kata-kata itu, namun Seokjin hanya terkekek.  Tapi tak lama akhirnya tangan Serenia berpindah ke atas kepala dan mengelus kepala Seokjin dengan sangat lembut.

"Seokjin."

"Hmm."

"Aku tau kau tak akan bisa sembuh dengan pengobatan yang dilakukan oleh manusia, jadi..... Kenapa kau tak memanggil Joonatrius dengan telepatimu agar membawamu ke dunia bawah."

Seokjin terdiam sejenak. Ia mengendus aroma tubuh Serenia, sangat wangi dan memabukkan, jika saja ia tak sedang terluka maka ia pasti akan menyetubuhi istrinya sekarang juga.

"Joonatrius sedang terlibat perang dengan kelompok penyamun di daerah pesisir utara. Aku tak mau mengganggunya."

"Selain dia memang kau tak punya pengawal lain yang bisa membantumu?"

Mendengar perkataan Serenia, Seokjin seketika menengadahkan wajahnya dan menatap Serenia yang tengah menunduk memandangi wajahnya "Aku tak mau meninggalkanmu 'Serenia."

"Maksudmu? Bukankah aku bisa ikut denganmu?"

Seokjin menggeleng lemah "Tidak ketika mereka tau kau berniat membunuhku."

"Kau tak bisa lagi datang ke dunia bawah, kecuali aku bisa melindungimu."

Serenia menunduk dalam, air matanya menggenang siap untuk tumpah "Maaf." ucapnya pelan. Membuat Seokjin bangkit dari posisi tidurnya. Ia menghapus setitik air mata yang keluar tanpa permisi dari sudut mata Serenia.

Kemudian satu tangannya menarik tengkuk Serenia hingga ia bisa meraup bibir wanitanya.

Seokjin mulai menyecap bibir itu dengan lembut dan penuh perasaan. Mengalirkan kehangatan dan rasa cinta yang berbeda dihati Serenia.

Hingga beberapa detik berlalu ciuman itu pun terlepas. Kemudian Seokjin kembali merebahkan kepalanya di atas kedua paha Serenia. "Berhenti menyalahkan dirimu Serenia, aku hanya butuh sedikit lagi kekuatan agar bisa membuka segelmu, dan setelah itu aku akan langsung sembuh saat mendapatkan sedikit darahmu."

"Hhmm. Baiklah, aku akan menunggu saat itu tiba, mmmm........ suamiku." ucapnya dengan merona "Sekarang tidurlah." lanjut Serenia

Mendengar kata 'suamiku' dari Serenia, membuat Seokjin tersenyum manis juga sedikit jahil.

"Jadi sekarang kau mengakui aku sebagai suamimu? Bukan pelayan lagi?"

"Kau tetap pelayanku!"

"Terutama di atas ranjang." lanjut Serenia.

Seokjin terkekeh "Kau benar-benar memancingku putri, kata-katamu sangat nakal. Ah ini membuat gairahku meledak, kau menyiksaku putri."

"Apa lagi saat kuingat kata-katamu di dalam goa, rasanya aku ingin__"

"Aww!!" Seokjin meringis kala Serenia menghujaninya dengan cubitan-cubitan menggemaskan.

"Ingin apa 'hah? Ingin apa?"

"Serenia cukup  Aww..ini sakit.."

"Geli..Serenia." Seokjin terus menghindar karena tak hanya mencubit Serenia bahkan menggelitiknya, namun selain itu ia juga berusaha menggapai tubuh Serenia.

Tubuh Serenia pun terhempas ke ranjang, dengan nafas tersengal dan memburu, dadanya turun naik membusung "Seokjin aku..."

Seokjin menindihnya dan mengunci pergerakan kedua tangannya, obsidian mereka saling mengunci "Aku...aku ingin melupakan Jimin, bisakah kau membantuku?"

Senyum termanis Seokjin mengembang, ia mendekatkan wajahnya sembari berbisik "Dengan senang hati 'sayang."

Seokjin pun menundukkan wajahnya lebih dalam dan kembali melumat bibir Serenia yang menerima dan menyambutnya dengan suka-cita.

Hingga waktu berlalu cukup lama, mereka masih menghabiskan waktu berdua dikamar itu.

Tbc.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang