tiga puluh sembilan

4.2K 219 26
                                    

Don't forget tinggalkan jejak.

Aku double up buat yang rajin koment.

Biarpun ndak sesuai target tapi aku tetep up buat kalian ya.

Semoga suka.

Happy Reading.

Hati-hati banyak typo belum direvisi.

.
.
.
.
.

Serenia mulai meraung histeris hingga tiga pengawalnya yang sedang sibuk mengumpulkan jenazah korban jadi berhamburan ke kamar sang wanita.

"Nyonya ada apa? apa anda baik-baik saja?" tanya seorang dari mereka yang tampak sangat khawatir. Tentu saja ia khawatir. Ia tau benar siapa wanita yang kini meraung di hadapannya, juga siapa suaminya. Dan mereka tidak akan pernah mau berurusan dengan sang Raja jika berkaitan dengan hukuman yang harus diterimanya nanti. Maka mereka pun ikut duduk bersimpuh. Scarlet sang prajurit wanita bahkan sudah memeluk tubuh Serenia yang menepekur gemetar di atas lantai yang sangat kotor.

"Nyonya....."

"Scarlet...sebenarnya Rajamu itu seperti apa?"

Tiga prajurit saling pandang. Mereka tak mengerti apa maksud pertanyaan Ratunya. Bukankah mereka sudah terikat hubungan darah, jadi harusnya sang Ratu sudah mengenal Rajanya dengan baik bukan? "Mmmm...Nyonya apa yang harus aku katakan tentang Yang Mulia Raja?"

"Rajamu..apa dia pria yang haus akan kekuasaan?"

Scarlet dan tiga temannya kembali saling tatap "Itu...Yang Mulia memang sering menginvansi kerajaan-kerajaan lain di dunia bawah, tapi itu untuk menyelamatkan mereka dari kepemimpinan yang tirani dan diktator dari Raja mereka. Jadi kurasa itu bukan kategori haus kekuasaan, bukan?"

Serenia tersenyum tipis mendengar jawaban Scarlet. Apakah itu artinya ia dianggap berada dalam kekuasaan seorang tirani hingga harus diselamatkan?

Tidak. Fikiran bodoh mana yang telah mempengaruhi sudut pandangnya pada Seokjin. Tidak mungkin semua yang dilakukan dan diucapkan Seokjin selama ini adalah kebohongan. Seokjin bahkan bilang pernah memanggil arwah Nylaria saat ia akhirnya mendapatkan jawaban bahwa Jiminlah yang akhirnya melaksanakan perintah kejam sang ayah.

Disamping itu, Seokjin bahkan melibatkan Sebastian dan Joonatrius untuk melibatkan diri mengungkap tentang kebenaran kasus itu, jadi bukankah tidak mungkin jika semua orang berbohong padanya.

Ya, Serenia kembali meyakinkan dirinya bahwa semua cerita Jimin itu palsu. Tidak mungkin semua hal yang mereka alami selama ini adalah rencana Seokjin untuk mengambil simpatinya. Tidak mungkin Seokjin rela mengorbankan dirinya demi sebuah kebohongan. Tidak. Ia akan tetap mempercayai suaminya.

Serenia menghapus air matanya. Kemudian ia tersenyum. "Ayo Scarlet. Lupakan semua pertanyaan bodohku tadi." tungkainya pun melangkah keluar dari kamar itu bergerak menuju lantai dasar. "Kalian sudah mengumpulkan semua abu jenazah?"

"Sudah nyonya."

"Itu bagus. Kalau begitu ikutlah ke ruang bawah bersamaku."

"Baik nyonya." jawab ketiga prajurit bersamaan.

Segera Serenia sudah sampai di ruang bawah tanah. Ia menyalakan obor yang ternyata masih bisa berfungsi dengan sangat baik.

Dengan cahaya itu Serenia mulai menyusuri ruangan bawah tanah itu. Sembari mengingat-ingat masa kecilnya, siapa tau ia bisa menemukan apa yang sedang mengganjal di hatinya.

Serenia melangkah ke sisi kanan ruangan. Kemudian berdiri menatap sebuah lukisan yang terasa asing namun juga familiar.

"Nyonya apakah itu Yang Mulia Seniza?"

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang