dua puluh

6.5K 319 5
                                    

Ingat vote dulu sebelum membaca ya.

Makasi.

Happy reading.
.
.
.
.
.
.

Semilir angin dingin akibat hujan semalam masih membekas di daerah pengasingan itu.

Sebastian telah memperingatkan Serenia dan Seokjin untuk tak berjalan-jalan terlalu jauh meninggalkan desa, karena seringkali terjadi perampokan atau bahkan pemerkosaan yang dilakukan para penjahat yang bersembunyi di hutan di batas desa.

Kondisi lemah Seokjin saat ini pun memaksanya untuk menurut pada tiap peringatan Sebastian. Padahal ia ingin sekali membawa Serenia jalan-jalan lebih jauh melihat-lihat pemandangan di sana yang tampak begitu indah.

Suara air terjun yang tak jauh dari tempat mereka berdiri terdengar jelas "Seokjin boleh ke air terjun tidak?" Serenia menoleh ke arah Seokjin yang kini berjalan dengannya sambil bergandengan tangan.

Seperti tekadnya kemarin, ia memutuskan untuk belajar menerima iblis di sebelahnya, lagi pula ia sudah tak mungkin lagi kembali pada Jimin.

"Ayo."

"Tapi...kau tak apa-apa? Bagaimana kalau kau kelelahan?" Seokjin tersenyum.

"Aku cukup kuat bahkan untuk membuatmu melayang kelangit ke tujuh."

Serenia mendesis, sambil mencubit dada Seokjin "Akh_" Seokjin mengerang kesakitan dengan berpura-pura "Dasar iblis cabul."

"Hahaha..abis kau makin manja, aku suka." "Bagaimana kalau dibawah guyuran air terjun?" Seokjin mengerling nakal. Membuat semburat rona merah di wajah Serenia.

"Bukannya kemarin kau bilang belum sembuh." cibir Serenia.

"Berkatmu, aku bisa sembuh dengan cepat 'sayang."

"Ish. Diamlah. Lihat wajahmu saja masih pucat."

Begitulah, pada akhirnya perjalanan mereka dihiasi pertengkaran-pertengkaran kecil dan juga saling menggoda satu sama lain, hingga mereka berhasil menjejakkan diri didekat air terjun.

"Indah sekali." gumam Serenia sambil memperhatikan debit air yang jatuh dari atas, menerpa bebatuan dibawahnya menimbulkan bias air yang memunculkan pelangi.

"Kau mau mandi?" tanya Seokjin memperhatikan wanitanya yang berbinar penuh kekaguman akan pemandangan di hadapannya.

"Aku takut buaya." jawab Serenia sambil bergidik.

Seokjin terkekeh "Kupastikan tempat ini aman, mata iblisku masih mampu memindai apakah tempat ini ada buaya atau tidak."

"Kalau anaconda?"

"Kau ini." Seokjin mengusrak poni Serenia "Seperti bukan ksatria saja, dimana keberanian yang terpancar di matamu selama ini?"

Serenia hanya menunjukkan cengiran kudanya "Aku geli jika bertemu ular." ia bergerak turun menginjak bebatuan-bebatuan licin di depannya. "Hati-hati." ucap Seokjin memperingatkan yang di jawab dengan anggukan kepala.

Sesaat kemudian Seokjin menyusul langkahnya. Tepat dipijakan kakinya yang kelima, Serenia berhenti. "Kinara?" gumamnya.

"Ada apa?" Serenia menoleh ke arah Seokjin yang berdiri tepat di belakangnya. "Bukan apa-apa."

Dahi Seokjin berkerut, ia merasa kalau Serenia tengah berbohong "Serenia...." ia menatap tajam ke arah wanitanya yang tampak gelagapan. "Jangan bohong padaku katakan ada apa?"

"Sebaiknya kita pergi dari sini." dengan cepat Serenia menarik tangan Seokjin, kembali memutar arah.

"Tap___" akhirnya Seokjin diam saja dan menurut, tapi kemudian langkah mereka kembali terhenti.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang