empat puluh empat

3.6K 230 40
                                    

Terimakasih kalian sudah bersedia memfollow akunku tanpa harus memprivat cerita yang kubuat.

Dan karena sudah mencapai 200 followers. Sebagai ucapan terimakasih hari ini aku double up.

Jangan lupakan vote ya gais.

Happy reading.

Warning.

Siapkan tisu sebelum membaca.
.
.
.
.

Apa maksudmu Serenia? Bisa kau jelaskan padaku apa yang kau katakan barusan? Aku mencoba membunuhmu?"

Serenia berjengit mundur. Tangannya langsung menghunus pedang perak pemberian nenek Ester. Nenek bilang pedang itu pedang keramat yang dipakai suaminya saat membasmi makhluk-makhluk imortal yang pernah menyerang desa sepuluh tahun lalu. Itu pedang yang sangat bertuah menurutnya. Sebenarnya Serenia tak mempermasalahkan pedang jenis apapun yang ia bawa. Yang ia butuhkan hanya senjata untuk bisa mempertahankan diri dari serangan makhluk apapun itu. Baik binatang buas ataupun iblis seperti suaminya yang berdiri di hadapannya saat ini.

Melihat adiknya mengambil ancang-ancang untuk melakukan pertahanan maka raja Taeran pun memerintahkan seluruh prajuritnya membentuk barisan pengamanan, dengan ujung tombak dan pedang mereka yang runcing mengarah ke Seokjin.

Sementara Raja Taeran membawa adiknya mundur dan melindunginya di balik badannya.

"Serenia hentikan semua ini. Kita hanya perlu bicara. Dengar aku tak ingin membunuh mereka semua. Jadi hentikan kekonyolan ini dan mari kita bicara." suara bariton Seokjin masih terdengar tenang meski dalam hatinya ada rasa geram karena para prajurit lemah itu merasa seolah begitu perkasa hingga berfikir mereka mampu menghadapi kekuatan iblisnya yang mengerikan. Jika ia mau. Untuk membasmi semua pengawal sang Raja Manusia maka ia tak perlu harus berubah wujud jadi iblis seutuhnya. Ia hanya perlu kekuatan seujung kuku untuk membuat mereka mati seketika.

"Kekonyolan?" amarah sangat jelas terdengar dari suara Serenia. Bahkan Seokjin bisa merasakan aura Serenia berubah jadi penuh kebencian padanya, dan tentu saja itu membuatnya bertanya-tanya tentang kesalahan yang ia perbuat. "Jadi kau anggap membunuhku dan bayiku adalah kekonyolan." Serenia tertawa hambar menertawakan dirinya sendiri. "Aku sungguh bodoh, karena terjebak dalam ilusimu Seokjin. Aku pikir...kau benar-benar tulus saat kau bilang kau mencintaiku tapi....aku baru tau kau hanya memanfaatkanku."

Air mata mulai menetes di wajah Serenia "Aku memang bodoh. Aku sangat bodoh karena aku melupakan fakta bahwa kau adalah iblis."

"Serenia....aku tak me___"

"Seokjin." terdengar bergetar suara Serenia dipenuhi amarah, kecewa dan penyesalan yang dalam "Sekarang aku menyadari satu hal. Bahwa sebaik apapun iblis, dia tak akan pernah jadi malaikat. Pada akhirnya kau hanya akan tetap menjadi iblis."

Serenia mengeratkan genggamannya pada pedangnya. "Mari kita akhiri semuanya. Seokjin!!" setelah itu dengan gesit ia menyerang berbarengan dengan Raja Taeran dan seluruh prajuritnya.

Menghadapi serangan yang dilancarkan secara bersama-sama itu Seokjin memutuskan untuk mundur. Bagamanapun ia datang untuk membawa Serenia pulang bersamanya dan bukan membunuh para manusia di hadapannya. Apalagi ketika ia tau para manusia itu adalah anak buah raja Taeran. Kakak dari Serenia sendiri.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang