lima puluh dua

3.7K 257 24
                                    

Yang masih degdegan dengan cerita ini, aku up lagi yeey..

Jangan lupakan vote, atau aku tak akan up endingnya.

Biasakan menghargai karya orang lain.

Oke gais.

Happy reading. Semoga kalian makin dugundugun. Seperti aku yang dugundugun liat bang Jhope/ plak (ndak ada hubungannya keles😒😒😒). Oke abaikan. Aku hanya lagi seneng aja liat triller ego kemarin. Uch..uch belum bisa move on sama ketampanan suami aku Hosiki..😘😘😘

Cuzz lanjut, abaikan author yang lagi gila.
.
.
.
.
.

Dua bayangan hitam berkelebat cepat menaiki menara berbentuk kerucut di puncak gunung Nevadra tempat di mana para manusia sering memberikan tumbal bagi makhluk-makhluk immortal yang mengikat perjanjian dengannya.

"Kakak...kau tak apa-apa?" kekhawatiran tampak jelas tergurat di wajah Joonatrius kala melihat sang kakak mengerang kesakitan.

Sementara itu, tak ingin membuat adiknya terlalu memikirkannya Seokjin hanya menggelengkan kepala "Kita harus segera ke tempat Serenia." ucapnya sembari terus melompat dan memegangi dadanya "Akh!" ia mengerang sekali lagi.

Racun sialan itu hampir melumpuhkannya. Padahal ia sangat ingin segera menemukan Serenia, tapi reaksi racun itu sangat mengganggunya, bahkan melemahkan kemampuannya. Hingga  ia tak bisa melakukan teleportasi dengan maksimal, membuatnya berulangkali harus melakukan teleportasi jarak pendek.

Nafasnya pun sedikit terengah, Seokjin merasa tenaganya turun drastis. Mungkin jika ia telah berubah dengan maksimal kekuatannya akan kembali meningkat. Tapi itu berarti ia bisa membunuh siapa saja, tak perduli kawan maupun lawan. Dan yang paling ia takutkan adalah membunuh Serenia dan anaknya.

"Joon, pergilah lebih dulu." nafas Seokjin makin terengah. Ia mengusap dadanya yang terasa semakin nyeri, bahkan kilatan kehijauan di matanya makin tampak jelas. "Akh!" sekali lagi ia menggeram. "Pancing Taeran kemari, aku akan menghabisinya di sini."

"Tapi kakak..apa kau yakin mampu menghadapinya?"

"Kau pergi saja! Lagipula aku sudah memanggil Sebastian, kurasa dia pun akan segera datang."

Sedikit ragu Joonatrius memandang kakaknya sebelum akhirnya melesat pergi menuju ke puncak. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya, saat membayangkan tentang apa yang akan dia lakukan pada kakaknya sebentar lagi. Sungguh ia ragu apakah ia akan mampu membunuh kakaknya sendiri? Dengan cepat ia menghapus bulir bening itu, karena yang lebih penting sekarang adalah bagaimana ia harus menyelamatkan Serenia dan bayi dalam kandungannya.

"Aakkhh!!" jeritan Serenia membuat Joonatrius mempercepat gerakannya. Sekali lagi ia melakukan teleportasinya hingga kini dirinya sudah ada di puncak menara.

Betapa kagetnya ia ketika melihat tubuh Serenia yang tengah hamil besar kini tidur terlentang dengan tangan dan kaki terikat sempurna di antara empat pilar penyangga. Sementara di sisinya tampak Taeran berdiri dengan sebilah senjata yang terbuat dari perak yang berkilauan tertimpa sinar senja.

"Kakak...lepaskan aku, anakku akan segera lahir, ini sakit sekali." rintih Serenia memelas. Tapi Taeran tak perduli. Ia tetap menatap nyalang ke arah Serenia sambil menanti cahaya bulan purnama mencapai puncaknya.

"Sayang sekali aku harus menggangu ritualmu raja brengsek!"

Senyum iblis bertengger di wajah Taeran. Tanpa aba-aba ia menoleh dan langsung menyerang ke arah Joonatrius. Biar bagaimanapun semua gangguan yang akan menghalangi niatnya harus segera dibasmi, sebelum rembualan meninggi.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang