empat puluh tiga

3.6K 227 21
                                    

Jangan lupakan vote ya.

Sebaiknya kalian bacanya lebih hati-hati karena cerita ini mungkin akan semakin menguras energi kalian untuk lebih fokus pada alur ceritanya.

Ya aku si ngarepnya setelah chap ini kalian ndak bingung lagi ya.

Tak panjang kata lagi.

Happy reading.
.
.
.
.
.

Seokjin segera turun dari kudanya, kemudian berjalan tergesa ke arah sosok yang kini berdiri memunggunginya. "Serenia?!" ia menyentuh bahu orang di balik kerudung itu.

Dengan cepat orang itu membalik badan lalu menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah bingung "Maaf anda siapa?"

"Oh...maaf..." Seokjin tergagap "Sepertinya saya salah orang."

Sekali lagi ia kecewa. Kehilangan Serenia membuatnya jadi linglung dan bodoh. Harusnya ia bisa lebih peka dengam aura yang dipancarkan oleh orang asing itu.

Harusnya ia bisa tau sejak awal kalau tak ada aura Serenia yang terpancar dari sosok yang kini berdiam menatapnya dengan heran. "Maaf, aku kira kau istriku. Maaf.."

"Tidak apa-apa. Istrimu ke mana?" tanya wanita asing itu ingin tau.

Seokjin tersenyum getir. "Kami bertengkar dan dia bilang akan pergi kerumah orang tuanya, tapi saat aku mencarinya ke sana dia tak ada." bohongnya. Karena tak mungkin juga ia menuturkan masalah rumah tangganya pada orang asing. Lagi pula ia dan Serenia memang tak sedang memiliki masalah apapun, hanya saja ia tiba-tiba hilang bagai ditelan bumi.

Setelah berbincang sebentar Seokjin pun memutuskan untuk meninggalkan wanita asing itu dan kembali melanjutkan perjalanannya. Ia menghentak laju kudanya dengan lebih cepat, tak perduli meski kudanya kini kelelahan.

Namun mendadak ia berhenti. Ada sesuatu yang membuatnya harus mempertajam seluruh inderanya.

Dari sana, dari tempat yang begitu jauh dapat ia rasakan aura samar istrinya yang hampir saja membuatnya gila karena sudah seminggu lebih ia menghilang. "Kenapa bisa sejauh itu?" gumamnya. Dari tempatnya yang cukup tinggi sekarang, barulah ia bisa merasakan aura itu yang juga masih tak begitu jelas ia rasakan karena jarak tempuh inderanya merasakan sesuatu juga terbatas. Ia hanya bisa melihat puncak gunung tertinggi yang selalu tertutup kabut itu. Yang letaknya ada di perbatasan barat daya Namkanda. Jaraknya ribuan mil dari tempatnya sekarang berada. Bahkan ia harus menyebrangi lautan untuk bisa kesana. Jika manusia biasa yang ke sana harusnya itu akan memakan waktu hingga hampir satu bulan penuh atau mungkin juga lebih. Maka pantas saja jika ia tak bisa merasakan keberadaan Serenia dan tiga prajurit yang menemaninya. Dan sekarang ia juga mengerti kenapa telepatinya pada tiga prajurit itu tak tersampaikan.

Jika Serenia bisa berada di sana, Seokjin pun mulai menerka bahwa dengan kemampuan dari tiga prajurit yang ia tugaskan paling cepat mereka bisa sampai di Mahaya selama sehari itu pun jika mereka melakukan teleportasi tanpa istirahat. Tapi mengingat Serenia wanita yang sangat baik maka tak mungkin ia memaksakan ketiga prajurit menggunakan seluruh kemampuannya hingga sampai pada batas maksimal, itu artinya Serenia pasti menempuh perjalanan ke sana selama dua hari.

Menerka perhitungannya mungkin benar, Seokjin pun tersenyum simpul "Apa yang kau cari sejauh itu sayang? Apa kau tersesat? Lalu apakah sekarang kau kesulitan untuk pulang?" gumam Seokjin "Apa itu karena bayimu lagi? Awas saja kalau anak itu lahir aku akan menghukumnya karena telah menyusahkanmu."

"Tunggu aku di sana, aku akan menjemputmu." ucapnya sebelum menghilang. Tapi setelah mengirim kudanya untuk kembali ke castlenya dengam teleportasi.

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang