lima puluh

3.8K 241 31
                                    

Seperti biasa jangan lupakan vote dan koment ya. Makasi.

Happy reading.
.
.
.
.
.
.
.

"Kau tak apa-apa, Serenia? Maaf aku datang terlambat."

Serenia menoleh pada presesi seseorang yang tak ia ketahui sejak kapan sudah memeluknya. Setetes air mata pun seketika luruh membasahi pipinya.

"Seokjin...." ia pun tersedu sembari memeluk erat tubuh suaminya.
.
.
.
.
.

Senyum manis Seokjin mengembang. Ia menatap istrinya dengan perut buncitnya. "Maafkan aku Serenia, aku___"

"Ssssttt!" segera satu jari Serenia menyentuh bibir tebal Seokjin, memintanya untuk berhenti bicara. "Aku sudah tau semuanya, Sebastian sudah menceritakannya, maaf. Harusnya aku mempercayaimu seperti yang dikatakan ibu dalam mimpiku waktu itu, tapi aku malah meragukanmu..maaf.."

"Aku mencintaimu." Serenia merasakan pelukan suaminya yang semakin erat. "Aku merindukanmu Serenia,"

Tak bisa berucap apapun lagi Serenia hanya menangis tersedu-sedu dalam pelukan erat suaminya. "Aku juga sangat merindukanmu Seokjin, aku juga sangat mencintaimu, maafkan kebodohanku." suara Serenia terdengar serak.  Ingusnya yang mengalir bersama lelehan air matanya ia biarkan begitu saja mengenai pakaian Seokjin, malah ia sengaja menggosok-gosokan hidungnya di sana membuat Seokjin terkekeh melihat tingkahnya. "Kau ini lucu sekali. Kenapa kau gosokkan ingusmu di bajuku, heum?"

Serenia tak perduli, bukannya berhenti ia malah makin menangis sambil memukul dada Seokjin dengan manja "Kau jahat, kenapa tak menjelaskan apapun padaku, kenapa meninggalkanku, kenapa__?"

"Ssstt.." kali ini Seokjin yang menghentikan Serenia berbicara. Ia mengurai pelukannya lalu menangkup wajah Serenia yang berlinang air mata. "Maafkan aku...." bisik Seokjin sembari menundukkan wajahnya dan mendekatkan kedua bibir mereka. Manik mata Serenia seketika terpejam kala merasakan sapuan bibir Seokjin pada bibirnya. Ia menikmati sentuhan demi sentuhan bibir tebal itu yang membuat hatinya menghangat seketika.

"Aku belum meminta maaf pada anakku." bisik Seokjin kemudian, sembari mengunci obsidian istrinya dalam manik miliknya. Sang wanita tersenyum "Kurasa ia tengah menunggu kau menyentuhnya."

Maka perlahan Seokjin mengelus lembut perut besar Serenia, yang langsung disambut gerakan dari dalam rahim wanitanya "Sepertinya ia benar-benar merindukanmu, ia menendangku berulang kali."

"Kau benar, dia sangat aktif, terimakasih sudah menjaganya." Seokjin menjatuhkan satu kecupan hangat di kening istrinya sebelum ia merendahkan tubuhnya dan berjongkok di hadapan istrinya "Sayang, terimakasih kau sudah menjaga ibu, ayah menyayangimu." ia pun mencium perut buncit istrinya, membuat Serenia tersenyum simpul dengan wajah merona malu. Suaminya memang semanis itu, ia menyukainya.

"Ekhm! Jadi sampai kapan aku harus menyaksikan hal menjijikan ini? Rasanya tanganku sudah sangat gatal ingin segera menghabisi kalian."

Serenia menoleh ke arah datangnya suara. Sementara Seokjin masih terlihat acuh dan tetap sibuk berbicara dengan calon bayinya yang sebentar lagi akan lahir. Hingga kemudian terdengar satu helaan nafas ringan darinya barulah Serenia kembali menoleh suaminya. "Serenia pergilah dengan Joonatrius, aku harus membereskan gangguan kecil yang akan mengganggu proses kelahiran anak kita."

"Joon..tolong bawa istriku pergi, ia harus mempersiapkan dirinya untuk kelahiran putra kami."

Joonatrius berkelebat dari tempatnya langsung berdiri di samping Serenia. "Ayo kakak ipar."

My Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang