29 : Hari Buruk

64 4 1
                                    

"langsung pulang ya,mama di rumah sakit"

perkataan Febri selalu terngiang di pikiran vannisa.
vannisa yang tengah belajar kelompok harus pulang terlebih dahulu daripada teman kelompoknya yang lain.
Aisyah yang merupakan salah satu rekan kelompoknya berkali-kali menawarkan diri untuk mengantar vannisa,tapi vannisa lebih memilih untuk menggunakan ojek online.
kata Febri tadi mama pingsan saat masak di dapur, perasaan vannisa tidak enak saat berada di jalan.ia takut moment yang paling dia takuti menjadi kenyataan, kehilangan seorang ibu bukanlah perkara mudah untuk vannisa,apalagi vannisa selama ini dekat sekali dengan mamanya.vannisa selalu berbagi cerita dengan mamanya,vannisa selalu bermanja dengan mamanya.dia belum siap untuk kehilangan sosok terpenting dalam hidupnya itu.

sesampainya di rumah sakit, vannisa langsung berlari menuju ruang UGD untuk menemui keluarganya itu.terlihat 2 pria kesayangannya sedang menunggu di luar ruang UGD dengan ekspresi cemas,mata berkaca-kaca dan mulut komat-kamit menghantarkan doa.vannisa berlari,memeluk papanya
"papa,hikss"tangis vannisa pecah di pelukan papanya
"tenang nak,kita berdoa bareng-bareng buat mama ya"Bima mengusap kepala putrinya itu.
"sini dek sama abang"ucap Febri menarik adiknya untuk beralih memeluk dirinya,vannisa menurut.
"berdoa aja ya jangan mikirin yang aneh-aneh"ucap febri mengecup puncak kepala vannisa.vannisa hanya mengangguk.

tidak lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD tempat Fitri di rawat,dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak.Bima langsung berdiri menghadap dokter rizky dan menanyakan kondisi istrinya.
"gimana dok?"tanya bima dengan raut wajah khawatir,dokter rizky hanya menggelengkan kepalanya.
"ternyata selama ini nyonya Fitri mengidap penyakit kanker darah,dan sudah stadium 4.sebenarnya nyonya Fitri pasti sudah merasakan gejala-gejala nya,hanya saja beliau membiarkan dan menganggap sepele gejala tersebut.hingga.."dokter rizky menggantungkan ucapannya
"hingga apa dok?"kini Febri angkat biacara
"hingga kini nyawanya tidak tertolong"lanjut dokter rizky dengan nada bicara yang lemah.
"a-apa?"febri melemas,sendi lutut nya mengendur hingga tidak bisa menopang berat tubuhnya.febri ambruk, berlutut di depan ruang UGD
"ma-ma"ucap Febri terbata

sementara vannisa masih terdiam di duduknya,dengan airmata yang mengalir deras mendengar pernyataan dari dokter.vannisa menggeleng,vannisa masih tidak percaya wanita itu telah tiada.
"mmm.. ma-ma"ucap vannisa ikut berlutut.
"mama gamungkin.."
"mama gamungkin meninggal!!!"vannisa mengacak-acak rambutnya.
Bima yang melihat kedua putranya rapuh itu pun berusaha tegar meskipun menyakitkan,dia tetap menangis,tapi dia tidak mau terlihat lemah.kalau bukan dia siapa lagi yang akan menguatkan kedua anaknya ini?Bima ikutan berlutut,merangkul kedua anaknya dan memeluknya.
"sudah,ikhlasin mama"ucap Bima pada kedua anaknya.saat ini Bima menjadi orang munafik di depan kedua anaknya.vannisa memeluk Bima erat,menangis sejadi-jadinya di pelukan papanya.
"pa.. bilang kalau dokter tadi bercanda, mama gamungkin meninggal pa,mama masih ada"ucap vannisa memukul-mukul lemah dada papanya.Bima memeluk putrinya itu dengan erat,penuh dengan kasih sayang.

Febri masuk ke ruang UGD, menghampiri mamanya yang tengah terbaring lemah.wanita yang selalu menyiapkan sarapan untuknya dan adiknya,wanita kuat yang telah berhasil melahirkan dan membuat dia menjadi seorang pesepakbola profesional seperti sekarang ini,wanita tangguh yang tidak pernah menangis didepan anak-anaknya,wanita yang menjadi motivasi hidupnya,kini tengah terbaring tanpa nyawa di brankar rumah sakit,dengan kain putih yang menutupi tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Perlahan Febri membuka kain putih yang menutupi wajah cantik mamanya itu, mamanya masih terlihat cantik meski dengan bibir pucat mayat.
"mah"ucap Febri lirih
"ini anak sulung mamah"
"mamah kenapa?mamah kenapa ga bilang kalau mamah punya penyakit kanker darah?"ucap febri mengusap pipi mamanya yang sudah terasa dingin
"mamah kenapa ga cerita sama kita?"
febri menarik nafas panjang,menahan perihnya kenyataan untuknya,dan tersenyum getir.
"sekarang mamah sudah sembuh total.mamah tidak akan ngerasa kesakitan lagi.mamah yang tenang di sana,abang bakal jagain adek dan papah.abang gabakalan ngledekin adek lagi,bikin adek marah,abang janji gabakal nglakuin itu semua lagi."Febri memeluk mayat mamanya dengan penuh airmata
"maafin abang ya mah,abang selalu bikin rusuh di rumah,Abang selalu bikin mamah marah,Abang selalu bikin mamah khawatir,Abang selalu bantah saat mamah nasehatin,Abang selalu nakal sama adek,Abang sering nyakitin hati mamah juga.abang minta maaf"Febri tetap memeluk mayat mamanya
"Abang,adek dan papah sayang sama mamah.walaupun kita berada di dunia yang berbeda,tapi mamah selalu ada di hati kita semua"Febri bangkit dan mengusap wajah mamanya.
"selamat tinggal mamah,Abang bangga punya mamah Fitri.terimakasih untuk segalanya,mungkin kesempatan abang untuk bahagiain mamah di dunia hanya sampai di sini.tapi semoga Abang bisa bahagiain mamah di akhirat nanti"Febri dengan badan gemetar mencium kening mamanya untuk terakhir kali.

"MAMAHHHH"vannisa berlari menuju fitri.
"mamah kenapa ninggalin adekk mahh,kenapaaa"vannisa menangis histeris memeluk tubuh dingin mamanya.
"adek belum siap kehilangan mamah,nanti siapa yang mau nyiapin sarapan buat kita,nanti,nanti siapa yang mau dengerin cerita dari adek,nanti siapa yang ngomelin adek kalo adek buat salah?"vannisa masih tetap menangis.
"Mamah bangun mahh,bangunnn!adek kangen mamahh"vannisa mengguncangkan tubuh Fitri
"dek udah dek,ikhlasin mama,biarin mama bahagia di atas sana"ucap Febri menahan adiknya itu,vannisa memberontak dan memeluk mamanya lagi.
"mungkin Abang bener,adek harus ikhlas atas kepergian mamah,tapi,tapi itu gaakan pernah bisa adek lakuin mah.mamah segalanya buat adek,mamah pendidikan pertama adek,mamah yang ngajarin adek tentang kerasnya dunia,mamah yang terpenting buat adekk"vannisa menangis sejadi-jadinya
"Hikss..mah bangunn"suara vannisa melemah,
"mamah,vannisa pengen diomelin mamah lagi"

"sudah ya pak, jenazah nya harus cepat dimandikan dan dibawa pulang untuk dikuburkan"ucap perawat pada Bima,Bima mengangguk dan menghampiri kedua anaknya itu.
"sudah,mamah harus dimandikan dan dibawa pulang"ucap bima,Bima menghampiri jenazah istrinya.
"selamat jalan sayang,aku bangga dan bahagia punya istri kuat seperti kamu.semoga kita bisa ketemu di surga nanti"ucap Bima lalu mencium kening istrinya untuk terakhir kali.begitupun juga vannisa,vannisa mencium pipi mamanya untuk terakhir kali.
"selamat jalan mah,adek sayang mamah selamanya.semoga adek cepat ketemu mamah di akhirat"ucap Vannisa.
tubuh Fitri kembali ditutup dengan kain putih,vannisa kembali menjerit sedangkan Febri sudah cukup dewasa untuk menenangkan adiknya itu.


JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT ❤️

My IqbalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang