Prolog.

35.4K 926 59
                                    

"Mulai sekarang kau tinggal dengan ku," ucap Alvito, ia menatap tajam.

Pingkan Agustina kerap disapa dengan nama Pita itu hanya terdiam.

Ia senang, ia diterima di universitas paling bergengsi yang paling banyak diminati. Oxford university, ya dia disana kuliah dengan jurusan psikologi. Luar biasa bukan?

"Apa harus?" tanya Pita dengan bahasa Inggris nya yang fasih. Ia malas berurusan dengan pria sombong di depannya ini.

Alvito mengangguk singkat. "aku tidak ingin kau mencari tempat untuk kau tinggali selain dirumahku, lagipula ini bentuk balas budiku kepada keluargamu. Kau tidak ingin mengeluarkan biaya untuk menyewa tempat tinggal kan?" tanyanya.

Ah ngomong-ngomong keluarga, Pita anak pertama pasangan paruh baya yang hidup sederhana yang tidak berkecukupan seperti yang lain. Namun Pita bersyukur akan hal itu ia di berikan keluarga yang harmonis, itu sudah membuat Pita senang.

Dia bersungguh-sungguh ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Pria yang di depannya ini awalnya ia dan orang tuanya bertemu karena sebuah insiden yang Pita tidak ketahui.

Pria tampan yang satu ini ingin membalas budi kedua orangtuanya dengan menampungnya sementara disini hingga ia wisuda.

"Ini, pakailah kartu kredit ini. Kau bisa memakainya," ucap Alvito sambil menunjukan kartu kredit bewarna hitam, black card.

Pita menatap kartu kredit yang bewarna hitam itu dengan diam, kenapa semua orang kaya selalu saja memberikan hal yang berlebihan padanya, padahal ia tidak mengemis apapun. Benar-benar menyebalkan!

"Tidak usah," tolak halus Pita. Ia mendengus kecil.

"Aku tidak terima penolakan!!" ucap Alvito dingin dengan nada bossy.

"Dasar orang kaya!!" gerutu Pita dengan bahasa Indonesia. "Dikit-dikit uang. Dikit-dikit kekayaan,"

"Apa yang kau katakan tadi?" tanya Alvito penuh selidik, matanya memicing.

Pita tersenyum kikuk baginya anugrah karena Alvito tidak mengerti bahasa yang ia lontarkan. Jadi ia bisa mengumpat sesuka hati tanpa Alvito tau artinya.

"Tidak ada," balas Pita sambil tersenyum tipis.

"Kau tinggal disini harus mengikuti peraturan ku," ucap Alvito, ia menyerahkan selembar kertas.

Pita menatap Alvito bingung, ia pun mengambil kertas tersebut. "Peraturan apa?" tanya nya sambil membaca peraturan yang tertera di kertas. Pita membulatkan matanya, tunggu dulu, kenapa peraturannya sangat ketat?

"Tidur tidak lewat dari jam 9 malam, makan teratur, tidak boleh pulang larut malam. Tidak bangun telat dan pulang kuliah kau harus belajar," ucap Alvito membuat Pita melongo.

Tidur jam 9? Hei, dia bukan anak kecil yang harus di ingatkan. Belajar? Untuk apa ia sekolah kalau dirumah masih belajar. Makan teratur? Ah itu tidak usah di ingatkan. Pulang tidak boleh larut? Apa dia berpikir ia adalah gadis yang sering keluar malam.

Menyebalkan, umpat Pita.

Setelah itu Alvito pergi dari hadapan Pita yang masih terdiam menatap gemas dirinya, jika saja ia bukan orang yang menampungnya dengan senang hati Pita akan menendang bokong pria tampan itu.

"DASAR ORANG SINTING!!" tak lupa ia mengumpat mengunakan bahasa Indonesia agar Alvito tidak mengerti yang ia katakan.

"Untung cakep tuh anak," gumam Pita sambil terkekeh pelan.

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang