2.8 [3]

2.5K 345 34
                                    

"A-ada."

"Oh, ada."

Terus dia gak respon apa-apa lagi. Gue hela napas lega karena dia gak ngelakuin hal yang aneh-aneh. Gue mulai meneliti rumah ini dan mencoba nyari jalan keluar. Di tempat seluas ini, gue bisa aja tersesat kalau gue gak pinter-pinter cari jalan.

"Wonwoo, aku boleh ke kamar? Masih butuh istirahat buat pemulihan luka di perut," kata gue.

"Oh, iya, Kak. Aku anterin."

Gue sama dia jalan sebelahan lewat lorong panjang. Di sana gelap, tapi gue gak takut. Aneh emang, gue lihat ke arah satu ruangan yang pintunya warna merah sendiri. Gue ngerutin kening dan nanya, "Itu pintu apa kalau boleh tahu?"

Wonwoo nengok dan jawab, "Itu kamar dia. Dia gak suka diganggu. Warna merah dikasih jadi tanda warning gitu. Jadi gak sembarangan masuk."

Gue ngangguk-ngangguk paham. Gue bisa membayangkan kemungkinan terburuk karena Wonwoo jawabnya sambil nyembunyiin sesuatu. Tangannya bergerak gelisah gitu. Kita jalan lagi samps akhirnya kembali ke kamar. "Wonwoo, ini kam-"

"Aku keluar dulu, Kak. Ada janji. Jangan kemana-mana." Terus dia pergi gitu aja ninggalin gue. Gue ngeraih hp yang untungny ada di samping kasur dan batrenya sekarat. Gue buka chat bang Minhyun dan shareloc terus kasih pesen "urgent". Gue langsung delete lagi di hp gue biar gak ketahuan kalau gue mainin barusan. Gue tahu kalau gue masukin ke IG, bisa-bisa langsung ketahuan.

Abis itu gue ke pintu. Nempelin kuping gue dan memastikan semuanya aman. Nanti malem gue bakal coba keluar dari sini dan gue yakin kalau Bang Minhyun nungguin di depan. Kalau dia lagi gak bego, sih rencananya gitu. Kalau lagi bego, dia pasti masuk.

Gue memutuskan buat buka-buka laci di kamar dan gak sengaja nemuin satu buku. Gue buka dan baca isinya. Ternyata, itu diari Wonwoo.

-5 Agustus 2019

Hari ini ada anak baru di tempat les. Ternyata dia lebih tua satu tahun dariku. Dia cantik banget. Namanya Y/n, aku gak sengaja denger waktu dia kenalin diri ke temen barunya.
Dari situ, aku percaya kalau jatuh cinta pada pandangan pertama itu nyata.

-29 Agustus 2019

Tadi aku lihat kak Y/n dianterin sama cowok, kira-kira siapanya ya?
Malah itu cowok sok mesra gitu sampe rangkul-rangkul Kak Y/n. Punya hak apa dia? Kesel banget sampe rasanya mau kubikin babak belur.

-11 September 2019

Mulai hari ini, aku pergi ke sekolahnya kak Y/n tiap hari. Aku akan ngawasin keadaan Kak Y/n. Aku juga mulai ngumpulin foto-fotonya yang cantik terus kupajang di kamar biar tiap malem bisa mimpiin dia.
Kenapa, ya aku gak berani ngajak dia ngobrol?

-16 Oktober 2019

Aku marah, berani-beraninya Jisung nembak Kak Y/n. Dia, kan punyaku. Kenapa sih semua orang berusaha ngerebut Kak Y/n dari aku? Wonu aja setuju dan bilang kalau aku harus ngerebut Kak Y/n dan nyembunyiin dia. Biar aku aja yang punya.

-13 November 2019

Mantan pacarnya Kak Y/n ganggu mulu. Usahaku nganterin Kak Y/n pulang jadi gagal, kan. Aku kan mau ketemu abangnya sama orang tuanya. Siapa tahu sekalian bisa minta restu.

-20 Desember

Wonu dan aku akan kasih Kak Y/n kado natal paling keren tanggal 24 Desember nanti.

Gue nelen ludah gue karena ini tanggal 24 Desember. Jangan-jangan maksudnya kado natal itu, dia nyulik gue dan bawa gue ke sini. Apa ini alasannya dia bawa gue ke rumahnya? Wonu siapa? Gue gak lihat siapapun selain dia di rumah ini.

Gue memutuskan untuk keluar dari kamar. Gue jalan sambil nengok kanan-kiri, berdoa semoga Wonwoo gak ada di sini. Gue berhenti pas di depan pintu warna merah yang tadi Wonwoo bilang. Ada bunyi berisik di dalem sana yang bikin gue penasaran. Gue mulai nguping.

"Aku gak bisa biarin kamu nyakitin Kak Y/n apalagi temen-temennya."

"DIAM! KAMU GAK NGERTI APA MAUKU."

"AKU CUMA MAU DIA BAHAGIA. GAK GINI. KENAPA KAMU BIKIN AKU NUSUK DIA? KENAPA KAMU MALAH BIKIN AKU NYAKITIN DIA?"

"JANGAN!!"

Karena gue kaget, gue buka pintu kamarnya. Gue nemuin Wonwoo yang tergeletak di lantai. Gue langsung nepuk-nepuk pipinya. "Wonwoo, Woo, bangun. Kamu kenapa?" Gue panik dan histeris banget. Gue bahkan lupa sama larangan gak boleh masuk ke ruangan yang ternyata serba merah darah. "Woo, ya, ampun."

Gue berdiri, berusaha lari dan keluar buat nyari telepon. Gue berhasil nemu telepon rumah dan langsung nelpon nomor darurat, padahal gue gak tahu alamat rumah ini. Tapi, teleponnya dicabut dan dibanting sampe nabrak salah satu piring cantik yang jadi pajangan. Piring itu jatoh dan pecah. Saat itu juga gue nyesel masuk ke ruangan itu.

"Kamu cuma punya saya. Wonwoo bodoh ini gak mau dengerin saya. Kalau dia sampai ngelepasin kamu, dia yang akan nyesel sendiri." Suara berat Wonwoo menyapa telinga gue dan napasnya di belakang leher gue langsung bikin merinding.

"Wonwoo?"

"Bukan. Saya Wonu."

Badan gue dibalik dan punggung gue dibanting ke tembok. Rasanya sakit banget, apalagi perut gue yang jahitannya masih baru. "Gak, balikin Wonwoo!" teriak gue histeris. Gue takut, tapi gue gak bisa biarin dia ngambil badan orang yang udah baik ke gue.

Dia ngurung gue dan mencengkram pipi gue. "Kamu itu punya saya! Kamu gak denger? Apa yang kurang dari saya?"

Gue jawab, "Yang nyimpen foto saya sebanyak itu... Kamu, kan, Wonu?"

"Iya, itu saya. Saya yang bikin anak bodoh ini tergila-gila sama kamu. Semuanya biar saya bisa milikin kamu."

[Author's POV]
Wonu mendekatkan wajahnya dan mencium leher Y/n. Gadis itu berusaha memberontak. Tapi semakin banyak bergerak, luka di perutnya semakin sakit. Bahkan dia bisa ngerasain kalau darah mulai merembes dari lukanya.

"Wonwoo, bangun. Tolong, Kakak," pinta Y/n. Air matanya udah jatuh.

"Wonwoo udah mati. Sekarang, sisa saya dan kamu gak akan bisa apa-apa selama saya di sini."

Wonwoo, bangun. Tolong bangun, Wonwoo! Siapapun, tolong gue. Jisung, Bang Minhyun, Daniel, Kun, siapapun -y/n

"BRENGSEK!"

seribu satu kerdus

Jisung Cahya Winata

Copyright ⓒ 2019 geanranadiva

Masih ada apdetan, hayo hayooooo
Nanti malem up lagii
Ayo barbar

1OO1 kerdus ; Park Jisung X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang