Six

294 33 5
                                    


Sinar matahari masuk dari celah-celah gorden kamar yang terbuka. Membuat gadis itu menggeliat dalam tidurnya tanda bahwa dia terganggu. Perlahan-lahan kedua kelopak mata indah itu terbuka, mengembalikan kesadarannya.

Jena meraba-raba area kepalanya saat merasakan ada sesuatu disana. Saat diambil ternyata itu adalah handuk kecil yang sepertinya berfungsi untuk mengompresnya semalam. Pasti Jeno yang melakukan ini pikirnya.

Cklekk

Pintu kamarnya terbuka menampakkan Jeno yang membawa nampan berisi air putih dan juga bubur.

"Ternyata lo udah bangun" ucap Jeno saat melihat Jena yang sudah bersender pada headboard. Lalu dia meletakkan nampan tersebut di atas nakas.

"Makan dulu, hari ini lo gak usah masuk. Biar gue yang ngurus festival hari ini" Jeno duduk di dekat Jena.

"Gue gak papa No. Gue sekolah ya, lagian kan lo harus tampil masa juga ngurusin festival" mohon Jena dengan wajah memelasnya.

"Enggak, badan udah sebelas dua belas sama minyak panas. Atau lo mau gue aduin sama Daddy hm?" ancam Jeno yang membuat Jena mencebikkan bibirnya kesal.

"Ish, lo mah mainnya anceman"

"Biarin, sekalian aja biar lo di bawa ke Amrik lagi sama Daddy atau Bang Jae" ucap Jeno santai.

"Iya-iya gue di rumah aja. Gak asik lo" Jena hanya bisa mengalah. Percuma berdebat dengan sahabatnya ini.

"Yee malah ngatain. Nanti gue suruh Siyeon supaya nemenin lo disini" kata Jeno.

"Enggak-enggak, gue sendiri aja gak papa. Siyeon biar bantuin lo aja" tolak Jena.

"Beneran? Lo yakin?" tanya Jeno memastikan.

"Iya Jeno..." jawab Jena.

"Yaudah makan dulu. Gue mau mandi bentar."

"Dimana?"

"Dikamar Bang Jae, semalam gue tidur di situ" balas Jeno.

"Oh, gue kirain lo tidur di lantai. Hehe" Jena menunjukkan cengirannya.

"Dasar" Jeno mengusak rambut sahabatnya itu sebelum melangkah keluar dari sana.

Sekitar 20 menit kemudian Jeno telah selesai dengan ritual mandinya dan telah memakai pakaian yang akan digunakan saat tampil nanti.

Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar sahabatnya itu. Dilihatnya gadis itu yang sepertinya sudah tertidur dengan buburnya yang masih tersisa sedikit. Jeno duduk didekat Jena.

"Na..." panggilnya dengan sedikit mengguncang tubuh tersebut.

Jena membuka matanya akibat panggilan tersebut. "Lo mau pergi?"

"Iya, jangan kemana-mana. Kalau ada apa-apa telepon gue aja. Siang nanti Bunda pulang, gue udah bilang kalau lo sakit" ucap Jeno yang menatap Jena lembut.

"Iya gue ngerti. Semangat kembaranku! Penampilan lo nanti pasti keren" Jena tersenyum manis.

"Pasti dong, lebih keren dari pacar lo mah" balas Jeno.

"Gak percaya, pacar gue paling keren"

"Serah lu dah. Gue berangkat, inget pesen gue tadi" Jeno bangkit dari duduknya.

"Iya bawel" Jeno mengusak pelan Surai hitam milik Jena lalu berjalan keluar dari sana.

•••


"Jen, Nana mana? Kok aku gak ngeliat dia? Sebentar lagi acaranya mulai" tanya Siyeon yang menghampiri Jeno yang tengah memainkan ponselnya di belakang panggung.

Bullshit [Hhj] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang