Twenty Three

193 27 8
                                    

"Kemana kita harus cari Kak Jena?" tanya Jisung, Park Jisung kepada yang lainnya.

Setelah 1 jam lebih mencari di sekitar tempat itu namun tidak juga menemukan keberadaan Jena, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke cafe Mama nya Felix.

"Lo beneran gak jumpa Nana?" tanya Jeno kepada Hyunjin entah yang ke berapa kali.

Hyunjin menggelengkan kepalanya, karena saat ini dia sungguh tengah frustasi memikirkan Jena dan sedikit merasa bersalah, mungkin.

Jeno menghela nafasnya "Gue ke toilet dulu."

Jeno berjalan memasuki toilet untuk membasuh wajahnya, dia sungguh khawatir dengan sahabatnya itu karena Jena tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi kepalanya namun dengan cepat dia menghilangkan itu.

Pemuda Lee itu memikirkan tempat yang kemungkinan akan didatangi oleh Jena. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, Jeno sedikit heran melihat nama penelpon.

"Halo Bang."

"....."

"Kok bisa Nana disana."

"....."

"Sekarang gue kesana Bang."

"....."

Jeno menghela nafasnya mendengar perkataan orang diseberang sana "Yaudah besok aja gue kesana, tolong jagain Nana ya Bang."

"....."

"Oke Bang" Jeno mematikan panggilan tersebut, akhirnya dia dapat bernafas lega setelah mengetahui dimana keberadaan Jena saat ini.

Ya walaupun belum sepenuhnya karena dia belum mengetahui penyebab Jena bisa berada disana.

Jeno keluar dari toilet dan kembali bergabung bersama yang lainnya.

"Gimana? Ada ide?" tanya Heechan.

Jeno menggeleng "Mending kita balik ke rumah aja, kalian pasti capek kan" katanya.

"Tapi Jena–."

"Nana biar urusan gue gak usah khawatir, mending lo berdua balik pasti capek kan habis lomba" ucap Jeno yang memotong perkataan Hyunjin.

"Bener kata Jeno mending kita semua balik, terutama lo berdua" timpal Bangchan yang menyetujui ucapan Jeno tadi.

•••

Matahari sudah berganti dengan bulan, membuat bagian yang tidak lagi terkena sinarnya menjadi malam.

Seorang laki-laki memasuki sebuah kamar, dia tersenyum lembut saat mendapati penghuni kamar yang sudah terjaga dari alam mimpinya.

Namun penghuni kamar tampak tidak menyadari kehadirannya dan malah menatap ke arah jendela yang sedang menmpakkan hujan yang turun dengan lebat.

"Udah jangan sedih lagi Na" tuturnya lembut dan duduk disamping Jena.

Jena menoleh dan menatap Sang sepupu yang beberapa tahun lebih tua darinya ini.

"Makan ya" tawarnya.

Jena menunduk membuat sepupunya ini menariknya kedalam dekapannya dan Jena menumpahkan air matanya.

"Kamu itu perempuan yang kuat Na, Abang gak suka kamu nangis karena laki-laki brengsek. Air mata kamu terlalu berharga."

"Bang, apa salah Nana? Kenapa Hyunjin tega selingkuhin Nana" lirih Jena.

Bullshit [Hhj] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang