Twenty Eight

207 35 12
                                    

Sesuai janji aku tadi, aku Double up nih















"Siapa yang suruh–, lho Nana kamu ngapain kesini?. Kamu bolos?" tanya pria itu saat mengetahui bahwa yang masuk ke ruangannya adalah Jena.

Jena hanya tersenyum sembari menunjukkan deretan gigi rapinya.

"Hai Ayah" sapa Jena.

Taemin tidak bisa marah karena melihat wajah menggemaskan gadis yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.

"Kamu udah sarapan?" tanya Taemin.

"Belum Yah hehehe" jawab Jena.

Pria itu menggelengkan kepalanya, dia menelpon seseorang.

"Bawakan makanan ke ruangan saya" ucapnya dan langsung menutup teleponnya.

"Jadi bisa kamu jelasin kenapa kamu bolos?" Taemin kembali menatap Jena, kali ini dengan tatapan mengintimidasi.

Jena tampak ragu, tidak mungkin dia menceritakan semuanya.

"Eum, tadi di jalan ban mobil Nana bocor. Terus harus diganti dulu, eh ternyata Nana udah telat jadinya Nana kesini aja" bohong Jena.

Ayah dari Jeno itu tahu bahwa Jena tengah berbohong kepadanya, namun dia tidak ingin memaksakan Jena untuk menceritakan apa yang terjadi jika dia tidak ingin.

"Sekarang coba cek handphone kamu, pasti Jeno nyariin kamu" Jena membelalakkan matanya mendengar itu.

Dia segera membuka handphonenya yang ternyata tengah mode silent. Jena meringis melihat berapa banyak Jeno menelpon dan mengiriminya pesan, tidak hanya Jeno tetapi juga ada teman-temannya yang lain bahkan Hyunjin juga ikut menghubunginya.

"Ayah... gimana nih."

Taemin mengusap kepala Jena pelan "Udah tenang aja, biar Ayah telepon wali kelas kamu nanti" tuturnya membuat Jena tersenyum lega.

"Makasihh Ayah."

"Sekarang mending kamu makan dulu" ujar Taemin saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncullah sekretarisnya dengan membawa nampan berisikan makanan.

•••

Jena menggeliat kecil saat merasakan ada yang meniup-niup wajahnya. Matanya terbuka dan langsung terlihat Jeno yang tengah menatapnya dingin.

"Enak bolosnya cantik?" tanya Jeno dengan suara beratnya.

Gadis itu menatap lelaki dihadapannya kikuk, dia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Liat gue Na, lo gak tau seberapa khawatirnya gue sama yang lain tadi" ucap Jeno tajam.

"Maaf" cicit Jena.

Jeno mengalihkan pandangannya dari Jena, dia menghembuskan nafasnya kasar.

"Kenapa lo gak masuk sekolah tadi?" tanya Jeno berusaha mengontrol emosinya.

Jena tidak menjawab, dia malah memainkan jari-jarinya.

"Nana" desak Jeno agar Jena menjawab pertanyaannya.

Jena menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin menceritakan mengenai kejadian tadi. Dia takut Jeno akan menyakiti Hyunjin, katakanlah bahwa dia bodoh. Tetapi Jena mencintai Hyunjin, dia tidak bisa melihat lelaki itu terluka.

Bullshit [Hhj] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang