Hyunjin yang baru saja kembali dari kantin balik ke kelasnya dan dia terkejut saat menemukan Jena di dalam kelas.
Saat ingin menghampiri kekasihnya, Guru masuk ke dalam kelas membuatnya harus mengurungkan niatnya.
Selama pelajaran berlangsung Hyunjin tidak bisa fokus dengan apa yang tengah dijelaskan oleh guru didepan. Sesekali dia melirik ke arah Jena yang tampak fokus.
Sampai akhirnya setelah melewati 2 mata pelajaran bel istirahat pun berbunyi.
Hyunjin segera menghampiri Jena setelah guru keluar dari kelas.
"Na, Kita perlu bicara" ucap Hyunjin menahan lengan Jena, saat dia hendak keluar kelas.
Jena menatap Hyunjin malas kemudian menganggukkan kepalanya. Tanpa basa-basi Hyunjin menarik Jena menuju taman belakang.
Keduanya saling menatap dan terdiam. Selama hampir 3 tahun mengenal Jena dia tidak pernah melihat tatapan seperti ini dari Jena, gelap dan dingin.
"Kemarin–."
"Ayo putus" Jena menyela perkataan Hyunjin.
"Ya?" Hyunjin bingung mendengarnya.
"Ayo putus, kita sudahi semuanya" ulang Jena mantap.
Hyunjin terperangah mendengarnya, dia tidak pernah berpikir bahwa Jena akan memutuskan hubungan mereka.
"Na please jangan kayak gini, aku gak mau kita pisah" kata Hyunjin menatap mata Jena sendu.
"Kamu egois Jin, kamu gak mau kita pisah tapi kamu juga sama yang lain. Jangan kira aku gak tau apa aja yang udah kalian lakuin" timpal Jena kecewa, sangat.
Hyunjin tentu saja terkejut mendengar penuturan Jena, bagaimana Jena mengetahuinya?.
"Terkejut? Aku gak nyangka Jin kamu bakal ngelakuin hal kayak gitu."
"Tenang aja, aku gak bakal bilang siapapun soal itu" jika Jena mengatakan apa yang telah diperbuat oleh Hyunjin, dapat dipastikan dia akan mendapatkan bogeman setidaknya dari Minhyun dan Jeno.
Lelaki itu terdiam, memikirkan betapa sakitnya Jena saat mengetahui semua perbuatannya.
"Na gak bisa kamu maafin aku? Aku janji bakal berubah" Hyunjin memegang tangan Jena.
"Bullshit Jin, kamu selalu bilang bakal berubah tapi lihat" ucap Jena.
"Kita putus."
Jena menghempaskan tangan Hyunjin dan pergi meninggalkan Hyunjin sendirian.
Sementara Hyunjin hanya terdiam tidak berniat mengejar Jena, karena dia cukup tahu diri sudah membuat orang yang dicintainya merasakan sakit. Rasa sakit yang dia alami sekarang tidak sebanding dengan apa yang telah dirasakan oleh Jena.
"Gue bener-bener bajingan" lirih Hyunjin.
Disisi lain Jena memasuki salah satu bilik toilet, dia mengeluarkan air matanya yang sejak tadi berusaha untuk ditahan.
Sejujurnya berat untuknya memutuskan Hyunjin, dia sungguh mencintai pemuda Hwang itu. Namun dia juga tidak bisa terus bertahan dengan segala rasa sakit itu.
•••
"Gue gak nyangka lo bakal mutusin Hyunjin secepat itu" ujar Jeno melihat Jena disebelahnya.
Jena melirik Jeno sekilas dan tersenyum tipis lalu kembali menatap televisi dihadapannya.
"Sekarang lo mau gimana?" tanya Jeno.
"Setelah UAS nanti gue bakal ke LA, gue lanjut sekolah disana" jawab Jena.
"Kenapa pindah, tinggal satu tahun lagi Na" protes Jeno tidak setuju.
"Ini udah jadi keputusan gue, gue pingin menghindar dari dia."
Jeno menghela nafasnya, satu sisi dia tidak ingin Jena pergi tapi disisi lain dia juga tidak ingin Jena terus-menerus melihat orang yang telah menyakitinya.
"Lucu ya, dulu gue balik kesini untuk ngelupain wanita tapi sekarang gue bakal balik lagi kesana. Apa gue pergi ke tempat lain aja ya" Jena tertawa miris.
"Naa."
"Banyak yang sayang sama gue, tapi karena gue bodoh banyak juga rasa sakit yang gue terima."
Jeno menggelengkan kepalanya, menarik Jena ke dalam dekapannya.
"Setelah lo pergi dari sini, lo pasti akan menemukan kebahagiaan disana percaya sama gue" balas Jeno berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya.
Dia sungguh tidak bisa melihat Jena yang merasakan sakit seperti ini. Banyak rasa sakit yang sudah diterimanya, masa lalunya, kesepian, bahkan kisah cintanya.
Jeno bersyukur karena Jena masih dapat bertahan sampai saat ini, bahkan dapat hidup normal.
"Udah bilang sama Daddy?" tanya Jeno melepaskan pelukannya.
"Belum, mungkin nanti malam" jawab Jena.
Jeno mengacak rambut Jena pelan "Sana ganti baju kita Qtime."
"Siap" Jena tersenyum lalu pergi menuju kamarnya.
•••
Plakk
"Lo bener-bener brengsek Jin!" Yeji menatap Hyunjin emosi.
Mereka tengah berada di dalam kamar Yeji, tiba-tiba Hyunjin datang kepadanya dan mengatakan bahwa dia dan Jena telah putus.
Yeji bingung mengapa kembarannya ini dan Jena bisa putus, namun setelah Hyunjin menceritakan alasannya membuat Yeji tidak bisa menahan amarahnya.
"Lo udah putusin dia?!."
"Udah."
"Lo emang kembaran gue Jin tapi gue itu cewek gue tau gimana perasaan Jena" tutur Yeji.
"Bukan perasaan Jena aja yang harus lo pikirin, tapi Ayah sama Bunda. Gimana perasaan mereka saat tau semua kelakuan lo? Lo udah kecewain orang tua kita Jin" lanjutnya.
Yeji menundukkan kepalanya menangis, dia sungguh tidak bisa marah kepada kembarannya ini.
"Jangan nangis" Hyunjin menghapus air mata Yeji lalu mendekapnya.
Diam-diam Hyunjin juga ikut mengeluarkan air matanya walaupun tanpa isakan, perkataan Yeji tadi sungguh menusuk hatinya.
"Maafin aku Na, maafin Hyunjin Ayah, Bunda" batin Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullshit [Hhj] (✓)
Hayran Kurgu"Bullshit Jin" Jena Tentang seberapa tidak tahu diri seorang Hwang Hyunjin. Sudah mendapatkan yang sempurna, malah ingin lebih.