Twenty Nine

221 32 1
                                    

Saran putar lagu Imagine Dragons - Bad Liar versi Anna Hamilton. Di mulmed juga ada aku taruh.




Hari yang mungkin terlihat menakutkan bagi sebagian murid atau bahkan terlihat biasa saja bagi murid lainnya sudah datang. Ujian akhir semester akan dimulai mulai hari ini. Setelah sebelumnya para murid tingkat akhir menjalani ujian kelulusan.

Seorang lelaki berseragam SMA turun dari motornya bersama seorang gadis yang duduk dibelakangnya. Keduanya berjalan menelusuri koridor sekolah yang tidak bisa dikatakan sepi.

"Ryuu! Kita satu ruangan kan?!" tanya gadis itu sedikit berteriak karena orang yang ditanyainya masih berjarak beberapa meter darinya.

"Yeji berisik!" ketus Ryujin menatap sepupunya kesal.

Yeji yang sudah berada didepan Ryujin hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Kembaran lo nih" ucap Ryujin kepada lelaki disamping Yeji.

Lelaki itu hanya mengendikkan bahunya dan tertawa pelan, membuat Sang kembaran menyenggol lengannya.

"Pergi sana, cari temen-temen lo jangan ngekorin gue mulu."

"Siapa juga yang ngikutin lo, udah gue mau kumpul sama anak-anak" balasnya.

Hyunjin mengacak rambut Yeji dan Ryujin sebelum berjalan dari sana, niatnya ingin pergi ke kantin untuk menemui teman-temannya.

Tak sengaja netranya menangkap sosok gadis yang sempat mengisi hari-harinya selama hampir 2 tahun terakhir. Dia juga menatapnya dan tersenyum tipis sebelum berlalu melewatinya begitu saja.

Hal tersebut tak luput dari perhatian murid-murid yang berada disekitarnya. Mereka menatap miris dua orang yang dulu pernah membuat mereka iri atas hubungan keduanya. Namun kini, keduanya terlihat seperti orang yang tak pernah dekat sebelumnya.

Hyunjin meneruskan langkah dengan wajah dinginnya. Walaupun hatinya merasakan sakit mengingat kejadian tadi.

Hyunjin merindukan Jena yang selalu tersenyum manis kepadanya. Jena dengan tatapan menggemaskan bersikap manja kepadanya. Jena yang selalu memberikan perhatian tulus kepadanya. Dan Jena yang selalu mencintainya.

Kata 'menyesal' selalu berputar dibenaknya setiap saat dia melihat dan mengingat seorang Jung Jena.

Dia selalu bertekad untuk berubah agar bisa mendapatkan Jena kembali.

•••

Ujian hari pertama sudah usai, seluruh murid mulai meninggalkan area sekolah. Jena memasuki mobilnya, saat hendak menghidupkan mesin mobil dia melihat Hyunjin yang sepertinya hendak kembali ke rumah bersama Yeji.

Jena menghembuskan nafasnya pelan, dia tidak bisa berbohong bahwa dia merindukan seorang Hwang Hyunjin. Beberapa kali dia pernah berpikir untuk menerima Hyunjin kembali, namun dia urungkan karena masih takut hal serupa akan terjadi lagi.

Walaupun dia bisa melihat bahwa Hyunjin sudah mulai berubah, dia sangat jarang berinteraksi dengan perempuan selain Yeji, Ryujin dan Siyeon di sekolah. Bahkan sifatnya menjadi dingin kepada perempuan lain.

Jika dengannya sudah pasti Hyunjin jarang berinteraksi, karena seperti ada sebuah penghalang untuk keduanya kembali mendekat.

Jena menggelengkan kepalanya pelan lalu menghidupkan mesin mobilnya dan mulai meninggalkan sekolah yang sudah tampak sepi karena terlalu larut dalam lamunannya.

Tiba-tiba handphonenya berbunyi tanda bahwa ada yang menelponnya. Dia menepikan mobilnya untuk mengangkat telepon tersebut.

"Halo."

"Halo Na, lo udah sampe rumah?" tanya si penelpon.

"Belum masih di jalan, kenapa?" balas Jena.

"Bisa ketemu sebentar? Ada yang mau gue omongin."

Jena tampak berpikir sesaat "Bisa, dimana?."

"Di cafe xxxx aja" ucap si penelpon.

"Oke."

Panggilan tersebut terputus, Jena kembali melajukan mobilnya menuju tempat dimana dirinya akan bertemu dengan orang yang menelponnya tadi.

Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, membuat Jena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke tempat itu. Secara perlahan dia memarkirkan mobilnya dan setelahnya dia keluar.

Suara lonceng yang berbunyi tanda bahwa ada yang membuka pintu cafe, Jena mengedarkan matanya ke sekeliling untuk mencari orang yang akan ditemuinya.

Seorang laki-laki melambaikan tangannya kepada Jena, dia menghampirinya.

"Udah lama?" tanya Jena menarik kursi untuknya duduk.

"Lumayan, dari pulang sekolah gue udah disini" jawab lelaki itu.

Jena hanya menganggukkan kepalanya dan seorang waiters datang untuk menanyai pesanannya. Setelah Jena menyebutkan pesanannya, waiters itu pun pergi.

"Jadi lo mau omongin apa Fel?" Jena menatap Felix penuh tanda tanya.

Felix menghembuskan nafasnya, dia gugup padahal tadi dia sudah memantapkan hatinya untuk berbicara dengan Jena.

"Gue harap lo jangan motong omongan gue, sampai gue selesai jelasin semuanya" ujar Felix.

Jena mengangguk tanda akan mematuhi perkataan Felix tadi.

"Gue orang yang selama ini selalu ngirim foto Hyunjin sama cewek lain ke lo, tentang percakapan gue waktu itu sama Hyunjin gue juga sengaja nelpon lo."

"Itu semua gue lakuin karena gue merasa bersalah sama lo udah nutupin perselingkuhan Hyunjin. Diantara yang lainnya, cuma gue yang tau Hyunjin selingkuh dan gue diam aja tanpa menghentikan perbuatan dia. Gue ngirim lo foto-foto itu supaya lo tau gimana kelakuan dia di belakang lo, gue harap lo bisa ngasih dia pelajaran. Tapi ternyata lo malah diam aja seolah-olah gak terjadi apa-apa" ungkap Felix, Jena masih setia mendengarkannya walaupun tidak bisa dipungkiri dia terkejut dengan perkataan Felix.

"Puncaknya waktu gue kalau lo udah ngeliat dia ciuman sama cewek lain, gue rasa gue gak bisa nunjukin itu secara diam-diam lagi. Makanya gue nelpon lo waktu itu, supaya lo bisa dengar semua perbuatan Hyunjin langsung dari orangnya sendiri" lanjutnya.

Jena terdiam, dia melihat lelaki itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun Felix dapat melihat ada tatapan kecewa disana.

Waiters datang membawa pesanan Jena dan meletakkannya di atas meja, setelah Jena mengucapkan terimakasih diapun pergi.

"Gue gak tau mau bilang apa, gue kecewa. Seharusnya dari dulu lo langsung ngasih tau sama gue kalau Hyunjin selingkuh. Tapi disatu sisi gue ngerti kalau lo dalam posisi yang sulit karena Hyunjin itu sahabat lo" balas Jena setelah terdiam beberapa saat.

"Dan gue juga bodoh karena diam aja ngeliat foto Hyunjin sama cewek lain."

"Maaf" tutur Felix.

"Tapi terimakasih karena lo udah mau jujur, mungkin kalau bukan karena lo selamanya gue akan terus terjebak dalam sifat Hyunjin yang kayak gitu" ucap Jena tersenyum lembut.

"Ini cukup jadi rahasia kita berdua" kata Jena.

"Ini cukup jadi rahasia kita berdua" kata Jena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa part lagi sebelum ending.

Bullshit [Hhj] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang