Ujian akhir semester baru saja usai, kini para murid bisa sedikit bernafas lega karena telah melewati hari-hari yang sulit. Mereka tinggal menunggu pembagian hasil dari apa yang mereka lakukan selama ini."Na."
"Hm" Jena berdehem pelan untuk membalas panggilan orang yang baru saja duduk disampingnya.
"Lo bener-bener bakalan pindah?" tanya orang disampingnya.
"Hm" lagi-lagi Jena hanya berdehem, membuat orang itu mendengus kesal.
"Siyeon!" teriak Jena tak terima saat Siyeon tiba-tiba menarik handphone dari genggamannya.
"Makanya kalau ada yang ngomong itu diperhatiin."
"Iya-iya, mau ngomong apa sih Nona Siyeon yang cantik" ucap Jena dengan tersenyum terpaksa.
"Lo beneran mau pindah?" ulang Siyeon.
"Iya, Minggu depan gue ke NYC selesai ambil rapot" jawab Jena yang mengingat perkataan Sehun beberapa hari lalu.
Siyeon menatap Jena kaget "Lho lo gak tinggal di LA? Kok ke New York sih?."
Jena menggelengkan kepalanya "Gue bakal tinggal di NYC sama Bang Jae, karena Bang Jae bakal ngurusin cabang yang ada disana. Daddy bakal tetap di LA" jelasnya.
"Jadi lo gak bakal tinggal sama Om Sehun juga?."
"Enggak, lagian kami masih satu negara. Mungkin sekitar 5 atau 6 jam kalau pake pesawat" balas Jena.
"Iya juga sih, ish tapi lo jangan pindah aja deh nanggung tinggal setahun lagi. Disini ajaa, nanti temen gue siapa lagi coba" pinta Siyeon dengan wajah memelas.
"Masih ada Ryujin sama Yeji Yeon, lagian keputusan gue udah bulat buat tinggal disana" tutur Jena, dia memang sudah memikirkan matang-matang mengenai keputusannya ini.
"Awas aja kalau ketemu si Hyunjin, gue bikin makin lebar bibirnya. Gara-gara dia lo jadi pindah" gerutu Siyeon.
Gadis itu tertawa pelan mendengar apa yang temannya ini katakan. Yah walaupun memang benar perkataannya, mengenai alasan mengapa dia memutuskan untuk pindah.
Jena hanya tidak ingin kembali jatuh ke lubang yang sama. Sudah cukup selama hampir 2 tahun dia merasakannya.
•••
"Lo ngambil penerbangan jam berapa?" tanya Yeji kepada Jena yang tengah menyeruput minumannya.
"Besok pagi jam lima" jawab Jena.
"Yahh kita gak bisa nganterin dong" Yeji mencebikkan bibirnya.
Jena dan teman-temannya tengah berada di kantin, sembari menunggu orang tua mereka yang tengah mengambil rapot.
"Gimana kalau hari ini kita Qtime?" usul Ryujin.
"Yah itung-itung perpisahan gituu" sambungnya.
"Setuju! Mau ya Na" timpal Siyeon.
Gadis berambut sebahu itu tampak berpikir sesaat "Nanti gue izin sama Bunda dulu deh."
"Tenang aja, Bunda pasti izinin" ucap Siyeon.
"Berempat aja nih?" Ryujin tampak berpikir mendengar pertanyaan sepupunya.
"Ajak anak-anak Mimpi sama Skz gimana?" tawar Ryujin.
Mereka semua serempak menatap ke arah Jena, bermaksud meminta persetujuan karena salah satu dari para lelaki itu adalah Hyunjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bullshit [Hhj] (✓)
Fanfiction"Bullshit Jin" Jena Tentang seberapa tidak tahu diri seorang Hwang Hyunjin. Sudah mendapatkan yang sempurna, malah ingin lebih.