Thirty Two

230 30 6
                                    


Sebuah mobil berwarna merah berhenti didepan sebuah rumah yang akan membuat siapapun berdecak kagum melihatnya.

Seorang gadis turun dari mobil tersebut, kakinya melenggang masuk ke dalam rumah itu. Matanya membola saat melihat siapa saja yang berada di ruang tengah.

"Sejak kapan kalian disini?" tanyanya membuat semua yang ada disana menatapnya.

"Eh kamu udah pulang, sini duduk" ucap seorang pria yang tidak bisa dikatakan muda lagi.

Gadis itu menurut, dengan wajah bingung dia duduk disamping pria tadi.

"Ada apa ini? Kenapa kalian semua disini? Terus kenapa gak bilang sama Nana kalau kalian disini?" tanya Jena bertubi-tubi membuat yang lainnya merasa gemas melihat wajah bingungnya.

"Kalau nanya jangan keroyokan Na" celetuk Jeno.

Wajah Jena memberengut kesal mendengarnya.

"Ini Siyeon katanya kangen sama kamu, makanya kita semua kesini" jelas Naeun.

Gadis itu menatap wanita yang berada disamping Jeno dengan senyumannya.

"Ih sekangen itu lo sama gue sampe jadi ngidam segala" tutur Jena geli beranjak duduk disamping Siyeon dan dengan kasar mendorong tubuh Jeno.

"Bukan gue yang kangen, tapi anak gue" balas Siyeon memutar bola matanya.

Sudah 5 tahun sejak Jena meninggalkan negara kelahirannya. Kini dia sudah lulus kuliah dan berhasil menjadi seorang arsitek. Sementara Jeno kini mejadi seorang CEO dari perusahaan kecil yang diberikan oleh Taemin untuk dia kembangkan. Dan dia sudah berhasil membuat kemajuan besar terhadap perusahaannya.

Sekitar 1 tahun yang lalu Jeno dan Siyeon menikah. Dan kini Siyeon tengah mengandung buah hati mereka yang beberapa bulan lagi akan lahir ke dunia.

"Tapi kenapa Ayah sama Bunda ikut juga?."

"Kepo" sahut Jeno membuatnya mendelik kesal.

"Masih sama aja mereka" bisik Taemin kepada Sehun.

•••

Matahari sudah terbenam sejak beberapa jam yang lalu, dalam keadaan kamar dengan pencahayaan minim Jena tengah berkutat dengan sebuah kertas yang berisikan sketsa bangunan yang sedang dia rancang.

Tiba-tiba lampu di kamarnya menyala, gadis menoleh ke arah pintu dia tersenyum saat melihat bahwa itu merupakan ulah sahabatnya.

"Kebiasaan banget nulis gelap-gelapan" decak Jeno mendekatinya.

"Hehehe."

"Lagi apa?" Jeno menumpukan kedua telapak tangannya di atas mejanya.

"Ini projek baru lo?."

"Iya, gimana menurut lo?" ujar Jena semangat.

"Bagus, ayo ke bawah kita makan malam udah ditungguin sama yang lain" balas Jeno.

"Duluan aja, gue beresin ini dulu" ucap Jena yang dibalas dengan anggukan oleh Jeno.

"Jangan lama-lama" kata Jeno sebelum keluar dari kamarnya.

Jena membereskan mejanya yang penuh dengan kertas dan berbagai macam benda lainnya yang dia pakai untuk menggambar sketsa gedung yang tengah dirancangnya. Tiba-tiba dia tidak sengaja menjatuhkan sebuah kotak, Jena menunduk untuk mengambilnya.

Bullshit [Hhj] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang