Prolog

278 9 1
                                    

"Ayah aku ingin pergi jalan jalan untuk merayakan kelulusanku" pinta ku pada ayah, "Kemana?" Tanya ayahku, "ketaman kota" jawabku bersemangat, "hmm...baiklah, tapi jika kamu masuk 3 besar" ucap ayah ku, "tentu, lihat saja nanti!" Tegas ku, "kamu memang anak baik ayah yang pintar" puji ayahku sambil mengacak rambutku, "janji?" Permintaanku pada ayah, "iya" jawab ayahku sambil tersenyum, "janji kelingking" ucapku sambil mengangkat cari kelingking ku, kami lalu mengaitkan jari kelingking kami.

20 hari setelah ujian aku lulus dengan peringkat kesatu diantara seluruh siswa yang lulus di SDN X, aku yakin ayah akan bangga dan menuruti permintaanku lalu ibu akan memberiku hadiah.

Seminggu setelah kelulusanku, aku meminta janji yang ayah berikan tapi al hasil ayahku tak bisa karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan ibu juga belum memberiku sebuah hadiah sampai saat ini, 'apa mereka lupa dengan janji mereka?' meskipun aku berulang kali meminta pada mereka tapi tetap saja, semenjak kakak pergi keluar negeri mereka menjadi sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan aku terkadang merasa terlantarkan jika bibi pengasuh tidak masuk.

"Aku hanya ingin tetap bersama kalian, bersenang senang dan merasakan rasa kasih sayang kalian, setidaknya sekali saja dalam hidupku, aku tidak akan meminta lebih"

***

Sebulan kemudian 2 hari sebelum akhirnya masuk musim sekolah, sekarang aku sendirian di rumah tak ada seseorang pun yang menemaniku, rumah ini juga gelap sepertinya karena hujan deras dan juga banyak petir tadi siang, jadi sekarang ada pemadaman listrik masal sepertinya. Tiba tiba  saja aku mendengar suara pintu terbuka, ' siapa itu? '  aku merasa ketakutan, karena aku takut jika itu adalah maling atau pembunuh, jika itu pembunuh aku harus bersembunyi dimana dan berlindung pada siapa, tidak ada seseorang pun yang bisa menyelamatkan ku disini. Lalu aku mencium aroma benda terbakar dan tiba-tiba saja lampunya menyala, disitu aku bersyukur pada Tuhan karena pemadaman listrik sudah berhenti, tanpa pikir panjang aku pergi keruang tamu dan melihat sebuah koper hitam di atas meja yang terlihat tidak asing, kemudian aku merasakan seperti ada sesuatu dibelakang ku yang membuat bulu kudukku berdiri dan aku langsung berinisiatif itu adalah pembunuh yang melihatku dan perlahan mencoba membunuhku, sepertinya dia memegang salah satu pundakku sekarang.

DEG Deg deg

"Happy birthday Rubi" secara tiba-tiba suara ayah dan ibu bersamaan dengan suara balon pecah

Duarr
Deg

Aku berbalik dan melihat ada mereka disini, betapa terharunya aku, aku sangat bahagia sampai menangis didalam dekapan orang tuaku, sungguh aku tak menyangka, ' terimakasih tuhan ', " sayang, apa kamu menangis?" Tanya ibu padaku, "Tidak, bukan begitu" jawabku, "aku merasa sangat senang hari ini sampai aku tak bisa menahan air mataku untuk tidak mengalir" lanjut ku, "maafkan kami sayang, kami jarang menemani mu bahkan hampir tidak pernah sama sekali" ucap ibuku sambil kembali memelukku dengan begitu erat, 'sungguh tuhan ini adalah yang pertama kalinya setelah kakak pergi keluar negeri, bahkan yang datang saat hari kelulusanku adalah bibi Zhan ( pengasuh ku ), jadi tolong tuhan kumohon jangan renggut kembali kebahagiaan yang baru saja kurasakan ini ' "ayo pergi!" Ucap ayahku, aku langsung termenung dan tak bergeming, baru saja aku berhenti menangis dan Sekarang kepada jadi begini?, "Kemana?" Rasanya aku begitu berat untuk mengucapkannya, "apa kamu sudah lupa atas Jan ayah waktu itu?" Ucap ayahku dengan santainya, "apa?" Tanyaku sambil memikirkannya, "apa kamu sudah tidak menginginkannya lagi" ayah bertanya balik padaku, "....", "Ini salah ayah, seharusnya sejak dulu...." Ucap ayahku, wajahnya terlihat merasa bersalah, ' ah aku ingat ', "mari kita pergi ke taman kota!" Ujarku riang, ' tadi itu hampir saja aku menyakiti perasaan ayah ',  ayahku langsung tersenyum, lalu kami (aku, ibu, ayah) pergi ke taman kota.

Di perjalanan menuju taman kota

"Sayang, kenapa kamu ingin ke taman kota?" Tanya ibuku

"Aku ingin bianglala dan melihat seluruh kota dari atas ketinggian, sepertinya menyenangkan" jawabku

"Apa kamu tidak takut ketinggian?" Tanya ayahku

"Tentu saja tidak!" Tegas ku

"Aku ingin ayah dan ibu juga naik bianglala yah, temani aku, kita lihat indahnya kota dari atas sana"

"Baiklah ibu akan ikut untuk menemanimu" ucap ibu sambil tersenyum

"Kenapa ayah diam saja? Apa ayah tidak ingin ikut menemaniku melihat kota bersama ibu!"

"Iya karena dia takut ketinggian" ujar ibu tiba tiba, yang membuat ayah tersipu malu

"Tidak, aku tak takut ketinggian" ucap ayahku

"Lalu kenapa waktu itu kau menolak ajakan ku untuk naik bianglala?" Tanya ibu

"Itu, itu karena...." Jawab ayah langsung

"Kau takut ketinggian" ucap ibu ku, sontak wajah ayah memerah. Kami lalu bersama.

TIIIT
TIIITT
TIIiiitttTtt

Terdengar suara kelakson truk pengangkut pasir di sebrang sana yang melaju begitu kencang kehadapan mobil yang kita kendarai,

BRUkk

Tiba tiba mobil yang dinaiki kami tertabrak oleh truk tersebut, dan okeng lalu menerobos pembatas jalan dan menabrak pohon, kami terluka parah kurasa aku akan mati disini bersama orang tuaku.

' ah tidak siapa dia? Apakah itu ayah?' , "ayyahh.." suaraku terdengar parau dan lemah bersimbah darah dimana mana, "tenang saja nak kau akan baik baik saja" hah suara siapa ini dimana orang tuaku, ada suara ledakan bersamaan dengan ambulance apa mereka yang menolong kami, "cepat segera bawa anak ini kerumahnya sakit dan amankan jasad mereka" suara ini, dan jasad siapa yang dia maksud, ah sepertinya aku mulai sepenuhnya kehilangan kesadaran ku mungkin sekarang aku sedang dilarikan ke RS.

***

"Tuan muda ada kabar duka menenai tuan besar, nyonya besar beserta adik tuan"

"Jangan bicarakan tentang wanita jalang itu lagi, dia sampai sekarang takkan pernah menjadi nyonya besar, dan juga jangan pernah panggil anak haram itu adikku lagi, karena aku tak akan pernah bisa menganggapnya sebagai adikku"

"Maaf tuan"

"Sekarang pesan kan aku tiket pesawat, aku akan pergi ke negara Indonesia kota X"

"Baik tuan"

"Dan kau, ikut bersamaku kesana dan selidiki kecelakaan yang terjadi pada ayah ku"

"Siap laksanakan tuan"

"Dasar anak sialan itu, ternyata anak dan ibu sama saja"

TBC

Hmm kira kira kenapa ya tuan muda itu benci banget sama adik dan ibunya? Dan apakah anak itu masih bisa selamat? Seperti apa kelanjutannya.....

Maaf kalo ada typo

Please vote and comment
Sayang kalian 😘

...

Evolution Of Inner Child [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang