Dua orang dengan setelah serba hitam menghadap sebuah foto seorang lelaki yang sedang tersenyum dengan lebar, foto itu di letakan di antara banyaknya bunga mawar hitam dan sebuah peti yang tak lain adalah mendiangnya.
Dua orang itu baru saja selesai berdoa, dan meletakan bunga mawar putih di tangannya ke tumpukan di bawah foto sana, kemudian dia menunduk santun pada salah satu keluarganya yang berjaga disana.
Setelah itu mereka berdua segera keluar dari ruangan ini, perempuan yang berdiri di samping lelaki yang lebih tinggi darinya itu menoleh, menatap wajah lelaki itu yang begitu sangat murung tak seperti biasanya.
Dia menepuk punggung lelaki itu dengan pelan, dan berhasil membuat lelaki itu menoleh ke arahnya, dia segera melemparkan senyum tipis sebagai asupan semangat untuk lelaki itu.
"Pak..." sapa salah satu perempuan dengan hanbok berwarna hitam, rambut panjang yang sengaja di ikat. Dia tersenyum saat kedua orang itu menoleh ke arahnya.
Tak lupa degan dua anak kecil yang ada di samping perempuan itu.
"Saya Yoon Han-eul, istri mendiang Sangman." Ucap perempuan itu dengan senyum lebarnya, namun matanya sangat terlihat bengkak karena menangis semalaman.
"Dan ini anak saya," lanjutnya, kemudian kedua anak kecil menyapa sembari melambaikan tangannya tersenyum dengan begitu lebar.
Melihat itu, lelaki bernama Jungkook ini sedikit tersentuh, bagaimana tidak? Seorang karyawan setia yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun itu menjadi korban pembunuhan di kantornya, yang ternyata memiliki keluarga, apalagi dua orang anak yang masih kecil, tentu saja mereka berdua begitu sangat membutuhkan peran ayah di sampingnya.
"Terima kasih sudah datang, pak. Saya sangat menghargai kedatangan bapak disini, jangan lupa menikmati hidangan disini dahulu ya, pak." Ucap perempuan itu.
Jungkook melemparkan senyum tipisnya sembari mengangguk dengan pelan, "Terima kasih," jawab nya.
"Serta saya minta maaf sebesar-besarnya untuk kejadian tak terduga ini, saya benar-benar tidaj menyangka akan berujung seperti ini," lanjutnya.
"Tidak, pak. Mungkin ini sudah takdirnya,"
"Suami saya itu orangnya sangat bertanggung jawab, dia senang sekali jika di kasih pekerjaan lalu menuntaskan pekerjaan itu apapun resikonya, meski orang-orang melihat dia dengan sebelah mata,"
"Suami saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan bapak pada saat dia putus asa, saat dia berpikir tak ada cara lain untuk membuat dia bangkit, namun saat itu bapak datang mengulurkan tangan menerima latar belakangnya, sampai akhirnya dia bisa menghidupi saya dan juga kedua anaknya ini,"
"Selama dengan dia, dia bertanggung jawab penuh atas diri saya dan juga anaknya. Dan, sekarang giliran saya untuk bertanggung jawab atas diri saya dan juga anak saya,"
Jungkook menelan ludahnya, menatap mata perempuan itu dengan sangat lekat, sampai dia bisa merasakan kesedihan yang tersimpan dimata perempuan itu, agar dia tetap tegar di depan kedua anaknya ini.
"Saya mencoba iklas menerima semuanya, dan saya hanya minta satu, tolong temukan pelakunya dan hukum dia sesuai dengan perilakunya,"
Matanya mulai berkaca-kaca, Yeri yang berdiri di samping Jungkook segera memegang tangan perempuan yang gemetaran itu.
"Jangan khawatir, bu. Kami akan berusaha sekeras mungkin untuk menangkap pelakunya," ucap Yeri.
"Terima kasih," jawab perempuan itu, sembari melemparkan senyum tipis pada Yeri, dan Yeri menepuk-nepuk bahu perempuan itu agar sedikit tenang.
Mereka berdua memilih untuk menetap disini beberapa waktu, sampai akhirnya mereka berpamitan untuk pulang.
Mereka berdua sudah berada di dalam mobil, Yeri memilih untuk menyetir, karena dia tak ingin ferjadi sesuatu saat Jungkook menyetir dengan banyak pikiran seperti ini.
Sesekali dia menoleh ke arah Jungkook yang tengah menatap jalanan dari jendela mobil yang sengaja dia buka, tatapannya kosong.
"Yeri-ya. Aku harus bagaimana?" ujar Jungkook tanpa menoleh ke arah Yeri sama sekali, tatapannya masih kosong menatap ke arah jalanan.
Yeri menoleh ke arahnya, saat dia menatap wajah murung itu, dia dapat merasakan apa yang temannya ini rasakan.
"Aku tau ini kata-kata basi, tapi---"
Yeri memegang bahu lelaki di sampingnya itu, membuah dia menoleh ke arah Yeri.
"---Aku akan tetap ada di sampingmu, sampai masalah ini tuntas, percaya padaku."
"Jadi, jangan merasa kau mengatasi ini semua sendiri,"
"Aku memang tidak tau bagaimana caranya mengatasi perasaan mu saat ini, karena yang bisa mengatasi kamu adalah dirimu sendiri," ucap Yeri sembari menepuk pelan bahu Jungkook.
Dan tak tau mengapa, setelah mendengar kata itu keluar dari mulut Yeri, hati lelaki yang menatap mata Yeri dengan itu sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
SKIP>>>
Sebuah pisau di kemas rapih oleh pelastik, dan beberapa foto luka serta tempat kejadian dan foto lainnya yang di jadikan bahan bukti, berjejeran di atas meja. Sudah hampir 10 menit ketiga orang yang ada di ruangan ini menatap barang-barang tersebut sembari otaknya berputar.
"Bagaimana dengan DNA?" tanya seorang perempuan berkemeja biru langit yang saat ini menoleh ke arah dua orang lelaki yang duduk tak begitu jauh darinya.
Kedua lelaki itu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku rasa dia seorang pembunuh handal, dan pisau itu sengaja dia tinggalkan untuk menarik perhatian," jawab seorang lelaki bernama Namjoon.
Yeri membuang nafas dengan kasar sembari menyandarkan badannya yang lemas itu ke kursi yang dia duduki.
"Bahkan dia mengenali titik buta cctv dimana, mungkin saja pelakunya adalah orang yang bekerja disana," timpa Taehyung.
Yeri memejamkan matanya mendengarkan penjelasan dari kedua rekan kerjanya itu, sembari berpikir.
"Sangat gila jika pelakunya adalah karyawannya sendiri, karena aku tau Jungkook sebaik itu, dia selalu menjaga hubungan antara dia dan karyawan, jadi aku merasa tidak yakin, " ucap Yeri dia masih memejamkan matanya.
"Mustahil jika tak ada karyawan yang tidak membencinya meskipun dia di kenal sebagai bos yang baik, karena gak semua orang berperilaku baik itu benar-benar baik di belakang," -Namjoon
"Aku setuju, dan mungkin saja kebaikan dia sendiri yang di jadikan umpan oleh sang pelaku karena menganggap Jungkook adalah orang yang lemah," timpa Taehyung.
Yeri membuka matanya, dan segera beranjak dari tempat duduknya.
"Kita harus bertindak lebih cepat dari pada pelaku, sebelum dia kembali merenggut nyawa orang lain," ujar Yeri.
Ujung bibir Namjoon mulai melebar setelah mendengar kata yang keluar dari mulut perempuan yang sedang berdiri itu, dia suka sekali dengan semangat Yeri seperti ini, selalu siaga setiap dia memegang sebuah kasus, meskipun dia sedikit ceroboh namun dia begitu sangat teliti dan cerdik.
"Pemburuan di mulai," gumam Namjoon, dia ikut beranjak dari tempat duduknya.
"AYO!!!" ucap Namjoon sedikit menaikan nada suaranya sembari mengangkat tangannya mengepal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold [Sedang Revisi]
Fanfic[WARNING!] MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN KATA ATAU PUN KALIMAT KARENA CERITA INI SEDANG DI REVISI ✨✨✨ Kebenaran yang selalu di rahasiakan akan terungkap dengan seiiring waktu. Jeon Jungkook adalah CEO dari sebuah perusahaan besar, hidupnya sangat be...