Broken Home [Complete]

Part 9

Sudah 3 bulan, Ibu pergi.

Rumah rasanya seperti neraka.

Tidak ada canda tawa lagi, tidak ada kebahagiaan lagi, dan tidak ada IBU.

Yang ada hanyaa..

Ayah yang sering kali emosi dan memukul aku.

Ayah yang sering membawa pulang wanita lain kerumah.

Ayah yang sering membentak aku.

Ayah yang sering melupakan aku.

Aku bingung harus pergi kemana? Aku takut sama Ayah tapi aku punya janji ke Ibu, untuk patuh sama Ayah, janji itu buat aku gak bisa lepas dari ayah.

Tapi aku gak bisa apa-apa, mungkin takdir aku seperti ini.

Sebentar lagi UN.

Dan aku belum siapin apa-apa.

Temanku yang lain mereka Les dan dapat dukungan keluarganya yang utuh.

Sedangkan aku?

Hanya dirumah, belajar pun akan sia-sia karna tak ada sedikitpun materi yang masuk ke otakku.

Yang ada diotakku hanya ada Ibu.

Aku butuh Ibu.

Aku kangen Ibu.

Aku sayang Ibu.

Aku mau bareng Ibu.

Pintu kamar ku dibuka.

"KAMU NGAPAIN AJA DIKAMAR!!! MALAH LIATIN FOTO IBU KAMU YANG UDAH MATI!!!  BELAJAR!!! BENTAR LAGI KAN UN KAMU MAU MALU-MALU IN AYAH!!! AWAS AJA KALAU NILAI UN KAMU JELEK YA" Ancam Ayah sambil menjewer kupingku

"Aw sakit Yah" ucapku

"DENGAR GAK? BELAJAR!" bentaknya

"Iya yah, Marsya belajar"

Ayah melepaskan jewerannya dan keluar dari kamar ku.

"Sakit hiks hiks, Buu, Ayah kenapa berubah? Ayah udah gak sayang Marsya Bu!" ucapku pada foto Ibu

Ku peluk foto Ibu erat.

Belajar hingga larut malam membuat perutku yang tidak teratur makan ini lapar.

Aku turun kebawah untuk mencari makanan.

Saat aku di dapur, aku tidak sengaja menyenggol gelas yang baru saja aku taruh di meja makan.

Alhasil suara gelas pecah itu membuat Ayah terbangun dan turun menghampiri aku.

"Apa-apaan sih udah malem gini bikin ribut! Gak bisa ya bikin Ayah tenang dikit aja! Cari gara-gara mulu ya kerjaan kamu!" Ayah datang untuk membentak aku, ia juga memukul lengan kiriku.

"Maaf yah, Marsya gak sengaja" ucapku sambil memengangi lengan kiriku yang sakit akibat ulah Ayah

Tapi Ayah langsung pergi ke kamarnya lagi dan tidak merespon permintaan maaf aku.