Part 29

2.9K 96 0
                                    

Aku sudah lekas sembuh setelah dua hari rawat inap di Rumah Sakit. Ayah juga sudah merubah sikapnya padaku. Ayah juga sempat menegur tante Irene yang sering kelayapan dan kasar padaku.

Baru saja kemarin aku keluar dari Rumah Sakit. Dan senin nanti aku sudah di izinkan masuk sekolah lagi.

Sekarang kita bertiga ada di meja makan untuk makan malam bersama.

"Kamu mau makan apa? Biar tante ambilin ya" kata Irene

"Gak usah tante, makasih. Aku bisa ambil sendiri aja" jawabku

Irene hanya tersenyum kikuk. Setelah keluar dari RS, Irene sempat minta maaf sama aku. Ya tentu aku maaf kan.

"Makan yang banyak ya. Kamu kurusan sayang, maafin ayah ya gak jaga kamu dengan baik. Malah sibuk kerja aja" kata Ayah

"Iya yah gak papa kok. Udah ya jangan dibahas lagi. Marsya udah maafin ayah dan tante" kataku

"Makasih ya sayang" kata ayah

"Makasih ya Marsya, udah mau maafin tante, udah mau nerima tante, tante cuma takut kamu gak nerima tante aja" kata Irene

"Iya yah, iya tante sama-sama. Gak mungkin lah Marsya gak nerima tante, kan tante udah jadi istri ayah"

"Yaudah cepat abisin makannya terus Marsya istirahat ya. Jangan diulangin lagi ya yang kemarin" kata Ayah

"Gak akan. Tergantung ayah. Ayah jahat ke Marsya lagi atau nggak" jawabku

Ayah hanya tersenyum.

Setelah selesai makan, aku pamit pada ayah dan tante Irene untuk kembali ke kamar.

Kamar sudah bersih tidak berantakan seperti terakhir aku berada di kamar, dan juga sudah tidak ada bekas darah yang bertetesan dimana-mana seperti waktu aku melakukan cutting, bahkan cutternya sudah hilang ntah dibuang kemana.

"Apa gue harus coba mati dulu, supaya ayah peduli sama gue?" tanyaku pada diri sendiri

Aku segera singkirkan fikiran negatif itu dan mencoba tidur. Kali ini sangat nyenyak. Aku seperti tidur bersama Ibu.

Pagi harinya ya badanku memang masih sakit. Tapi aku semangat untuk pergi sekolah. Apalagi bertemu teman-teman dan sahabat ku Willy dan Onad.

"Pagi sayang" sapa ayah padaku saat aku menuruni tangga

Aku sempat terpaku. Aku juga tersenyum mendengarnya. Aneh. Gak kaya biasanya. Aku masih belum terbiasa dengan ayah yang ramah seperti ini.

"Kenapa sayang kok diem?" katanya

Aku melanjutkan jalanku dan duduk bersama mereka.

"Yah aneh aja denger ayah se ramah ini sama aku" jawabku setelah duduk bersama

"Segitu jahat ya ayah sama kamu" katanya

"Ya gitu deh. Tapi gak papa kok yah. Aku seneng kalau ayah ramah kaya tadi. Seenggaknya aku gak takut ayah lagi" kataku

"Udah sekarang kalian sarapan terus berangkat deh" kata Irene

Aku tersenyum padanya "Iya tante"

Dia juga tersenyum padaku.

Keadaan rumah seperti inilah yang aku inginkan sejak dulu. Tapi sayang kenapa baru sekarang? Kenapa gak dulu aja saat Ibu masih ada di sini.

Tapi apapun itu. Aku tetap bersyukur.

Broken Home [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang