[1] 21

4.7K 442 22
                                    

Gue dan Renjun telah sampai di kediaman keluarga Chenle. Sedari awal masuk gerbang, gue benar-benar terpukau dengan nuansa rumah Chenle. Ahh, mungkin lebih tepat di sebut istana dari pada rumah.

Setelah memarkirkan motor di garasi Renjun membantu gue melepaskan helm, gue lihat sudah ada motor Jeno dan Jaemin serta mobil Haechan. Tumben sekali orang itu bawa mobil, biasanya dia selalu bawa motor bahkan perjalanan jauh sekalipun.

"Anak ceweknya, baru gue doang kayaknya." Renjun yang tadinya fokus pada ponsel, kini melirik gue sembari menggelengkan kepala. Renjun memperlihatkan room chat grub anak lelaki, isinya Renjun bertanya ada siapa saja di dalam.

Dan ternyata sudah ada Somi dan Herin, tetapi gue tidak melihat kendaraan keduanya.

"Yaudah yok masuk, yang lain udah pada nyiapin buat malem." Gue mengangguk menjawab perkataan Renjun. Tangan gue di genggam olehnya, gue menahan senyum saat tangan gue merasakan hangatnya genggaman tangan Renjun.

Walaupun ini bukan yang pertama kalinya, tetapi jantung gue masih berdebar jika Renjun secara tiba-tiba memberikan kontak fisik.

Butuh beberapa menit untuk tiba di daerah dapur belakang. Gue tidak paham ada berapa dapur di rumah Chenle, tetapi saat Renjun bilang mereka ada di dapur belakang membuat gue berpikir ada lebih dari satu dapur.

Heyy, tentu saja jika ada lebih dari satu dapur. Rumahnya saja seperti istana kerajaan, tidak mungkin hanya ada satu dapur. Gue jadi penasaran, di rumah sebesar ini, siapa saja yang menempatinya?

"Ayy!!" Aku tersadar dari lamunan gue melihat Somi tengah memotong beberapa sayuran, gue melambai tangan dan berlari kecil menghampirinya.

"Kirain bakalan bareng Hina." Gue menggeleng menjawab perkataan Herin.

"Lo, sama siapa kesini?" Tanya gue sembari menatap Somi dan Herin secara bergantian.

"Kalo gue bareng Haechan, si Herin di anterin abangnya." Ucap Somi lalu bangkit sembari membawa satu platik hitam berisi sampah.

"Ayamnya udah di ungkep?" Tanya Jaemin yang baru datang entah dari mana.

"Ayam ada di Jisung, nanti dia yang bawa ayamnya." Ucap Chenle sembari memperlihatkan room chatnya dengan Jisung.

"Sendirin?? Bisa ga tuh anak?" Tanya Jeno.

"Ga sendiri, ada bang Mark." Ucap Haechan tanpa melihat kearah kita, matanya fokus pada ponsel. Gue bisa menebak dari suaranya, pasti sedang bermain game.

"Ini apa ga kebanyakan? Tom yam terus ayam bakar sama ada ikannya juga, belum lagi tadi Haechan bawa jagung sama sosis-sosisan gitu." Ucap Herin sembari melihat kearah anak lelaki.

"Ga lah, kita banyakan anjir. Anak laki aja ada gue, Jeno, Jaemin, Chenle, Jisung sama bang Mark. Terus anak ceweknya, Ayumi, lo, Hina, Somi, Lami sama ka Koeun." Ucap Haechan sembari menghitung keseluruhan yang ikut hadir.

"Iya sih, kita juga ga mungkin makan sedikit, Rin. Yang di bawa Haechan mah itungan aja buat cemilan setelah jam dua belas teng." Ucap gue, Herin mengangguk setuju pada akhirnya.

"Ini nanti bakar-bakarnya dimana??" Tanya ku

"Belakang, Ay. Lo harus liat, bagus banget!!" Herin menarik lengan gue, gue meletakan tas selempang gue secara asal. Gue mengikuti kemana arah Herin menarik, akhirnya kita berenti di pintu menuju belakang.

Gue terdiam. Benar kata Herin, ini sangat indah sekali. Wahh, bahaya kalo gue tidak mau pulang setelah ini.

"Bagus kan?" Gue mengangguk mantap, sangat bagus dan nyaman untuk berkumpul.

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang