[2] 64

219 33 28
                                    

"Dingin, Bun?" Ayumi tersentak ketika mendengar suara Juna dari belakang tubuhnya, ia menoleh kebelakang untuk memastikan suara anaknya itu berwujud atau tidak. Ternyata berwujud, Ayumi langsung menghembuskan napas lega melihat itu.

"Ga, emang kamu ngerasa dingin?" Juna menggelengkan kepala, ia mengambil tempe goreng tepung yang baru saja Ayumi letakan di piring.

"Lah, terus? Kenapa bilang kayak gitu?" Ayumi meletakan spatula serta saringan yang sedari tadi ia pegang.

"Bunda make turtleneck, jadi aku mikirnya begitu." Wajah Ayumi seketika memanas, ia lupa jika anaknya ini sangat peka apapun perubahan pada dirinya.

"Gapapa, lagi pengen aja." Juna menahan tawa mendengar jawaban Ayumi, padahal sedari awal ia sudah mengerti mengapa bundanya memakai turtleneck.

"Perut, Bunda. Jadi makin keliatan." Ayumi menghentikan kegiatan memasak lalu melirik perutnya, ia tersenyum lalu mengusap pelan perutnya.

"Iya, tinggal sebulan lagi adik kamu liat kakak-kakaknya yang ganteng." Juna terdiam, bahkan kunyahan mulutnya pun ikut berhenti mendengar jawaban Ayumi.

"Bun.... " Ayumi menjawab dengan dehaman tanpa menoleh kearah Juna, ia tetap memasak sembari menunggu kelanjutan dari ucapan Juna.

"Jangan tinggalin, Juna. Ya? Juna, ga bisa bayangin harus apa di kehidupan selanjutkan kalo ga ada, Bunda." Hening, kini dapur menjadi sangat hening setelah Juna melanjutkan ucapannya.

"Bunda ga akan kemana-mana, sejauh apapun, Bunda. Bunda tetap bisa liat kamu, bahkan kamu juga bisa ngerasain kehadiran, Bunda." Juna menatap punggung Ayumi tanpa kedip, ia belum begitu paham apa maksud dari perkataan Ayumi barusan.

"BUNDAAAAA, AYAHNYA NIHHHH." Di tengah-tengah sunyinya dapur, teriakan Rey tiba-tiba menggelegar. Mungkin bisa saja terdengar seisi rumah.

Ayumi dan Juna melirik kearah jendela dapur, mereka melihat Rey yang lari dan tak lama ada Renjun yang mengejarnya. Ayumi dan Juna saling tatap, merasa heran dengan apa yang Renjun lakukan hingga Rey lari terbirit-birit seperti itu.

Ayumi segera mematikan kompor dan mengangkat tempe yang kebetulan sudah matang, ia berjalan perlahan menuju halaman depan. Ayumi jalan dibantu Juna tentunya.

Begitu sampai depan pintu, mereka terkejut melihat wajah Rey yang penuh lumpur. Bahkan, baju Renjun tak kalah kotornya dari wajah Rey. Okey, Ayumi bis simpulkan dengan cepat.

Rey memulai peperangan ini, dengan memeperkan tangannya yang kotor ke baju Renjun. Renjun yang notabennya tidak ingin kalah dengan siapapun itu, langsung membalas berkali lipat. Alhasil muka Rey yang menjadi sasaran.

Juna tak mampu menahan tawanya, begitu melihat wajah penuh lumpur Rey serta ekspresi Rey yang seperti bocah ingusan mau nangis.

"YaAllah, ini ga bapak ga anak sama aja. MANDI KALIAN!" Rey dan Renjun dengan cepat berlari ke kamar mandi, awalnya mereka hendak lewat pintu utama. Tetapi mereka mengurungkannya begitu melihat Ayumi melototi mereka dan menunjuk jalan samping, mereka langsung belomba-lomba menuju kamar mandi belakang.

"Hadehh, setres bunda liat tingkah kalian." Ayumi memijat keningnya sembari berjalan tertatih memasuki rumah, sedangkan Juna masih asik tertawa di teras sambil melihat balap lari antara ayah dan adiknya.

•••°°°•••

"Udah semua?" Renjun mengecheck bagasi mobil. Juna dan Rey yang bertugas memasuki barang ke bagasi mengajungkan jempol mereka, Renjun menganggukkan kepala.

"Yaudah, cepet masuk. Jangan lupa tutup!" Renjun jalan lebih dulu meninggalkan kedua anaknya, begitu di dalam mobil Renjun melirik Ayumi yang sedang memeriksa tas selempangnya.

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang