[2] 53

228 27 5
                                    

Sebulan setelah acara pernikahan Chenle mereka kembali hidup masing-masing, bahkan sudah jarang mereka berkumpul bareng hanya untuk melepaskan lelah. Terlebih lagi anak-anak mereka yang mulai beranjak dewasa, Ayumi merasa kembali kesepian saat anak-anaknya memilih aktif pada organisasi sekolah.

Bukan berarti ia tidak suka anaknya aktif sekolah, ia hanya merasa sangat kesepian bahkan tidak jarang ia selalu bolak-balik kamar Juna dan Rey hanya untuk melihat-lihat. Rasanya ia ingin kembali mempunyai anak kecil, tetapi tuhan seperti tidak mengizinkan untuk dirinya mempunyai keturunan lagi.

Ayumi mengunci pintu rumah sebelum menuju garasi untuk mengambil mobil, hari ini ia ada acara di sekolah Rey. Sepertinya ada rapat untuk kegiatan study tour, karena Rey satu-satunya anak dia yan tidak satu sekolah dengan anak teman-temannya jadi Ayumi pergi seorang diri. Sebenarnya sedikit malas karena sekolah Rey termasuk sekolah kelas atas, yang dimana saat acara pemanggilan orang tua tak sedikit dari mereka yang berlomba-lomba untuk menunjukkan jabatan mereka.

Ayumi sedikit menyesal memasuki Rey disekolahan ini, tetapi kepintaran Rey tidak bisa ia sia-siakan begitu saja. Bahkan ia tidak menyangka jika Rey bisa bersekolah di SMP terfavorit, bahkan kemungkinan masuk tanpan adanya orang dalam itu sangat kecil. Tetapi anaknya bisa menjadi salah satu yang di terima tanpa bantuan orang dalam, sebenarnya Renjun bisa saja menyuruh bawahannya untuk memasuki Rey tetapi anaknya sudah memiliki kemampuan lebih.

ketika memasuki parkiran Ayumi menghela napas, sudah terlihat beberapa ibu dari murid yang mulai berkumpul, bukannya tidak ingin bergabung ia hanya tidak mau mulutnya tidak bisa di rem dan meroasting orang yang tidak ia suka. Bertahun-tahun hidup dengan Renjun membuatnya tertular akan kepribadian Renjun, bahkan anak-anaknya hampir semua menurun pada Renjun.

Itu juga menjadi salah satu alasan dirinya ingin mempunyai anak lagi, karena kedua anaknya benar-benar mengambil suaminya tidak ada yang mengambil dirinya.

Dering telepon membuat kefokusan Ayumi pada cemilan teralihkan, ia melihat nama Rey berada di layar ponselnya.

"Kenapa, De?"

"Bunda dimana? Acaranya udah mau mulai."

"Iya kah? masih pembukaan kali."

"Udah mulai tauu, lagian ngapain dah di parkiran."

"Males nunggu."

"Bun.... "

"Ahahaha, iya-iya ini bunda kesana."

"Okey, lof yu, Bun."

"Too, sayang." Ayumi terkekeh setelah sambungan telepon terputus, salah satu yang Ayumi harap tidak akan berubah dari kedua anaknya walaupun sudah beranjak dewasa adalah ucapan kasih sayang dari kedua anaknya.

••°°••

Renjun memijat pelipisnya, kepalanya terasa begitu sakit melihat penurunan dratis dari penghasilan sahamnya. Ia beberapa kali mengechek data yang di beri oleh Haechan, entah mengapa beberapa bulan terakhir ini penghasilan dari kantornya selalu bermasalah.

"Njun, karyawan minta gajinya di kirim tepat waktu bulan ini." Renjun melirik Shuhua yang baru saja masuk ruangannya, Renjun langsung menghela napas panjang sembari menidurkan kepalanya di meja.

"Kenapa? Bermasalah lagi kah?"

"Gue gatau, tapi beberapa yang kerjasama membatalkan tiba-tiba, dana pemulihannya ga sedikit dan itu belum nutupin semua biaya ganti rugi pembatalan," Ucap Renjun.

Shuhua menggigit bibirnya, ia tidak masalah jika gajinya terpotong atau di berikan terlambat, tetapi ia tidak tau harus beralasan seperti apa lagi untuk para karyawan kantor ini.

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang