[1] 37

3.9K 371 9
                                    

Gue dan Renjun tidak jadi berlama-lama di mall, kita hanya mampir ke tempat bahan makanan untuk membeli beberapa bahan untuk di masak.

Ini ide Renjun yang mendadak malas untuk berkeliling mall, jadi kita hanya beli beberapa pakaian dan bahan makanan. Setelah itu kita balik lagi ke rumah, tetapi kali ini kita main di rumah Renjun.

Rumahnya sangat sepi mengingat Renjun adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya bekerja, tentu saja rumahnya sangat sepi di jam-jam segini. Pantas saja Renjun lebih senang pulang menjelang magrib, karena Bundanya pulang sekitar jam lima atau jam setengah enam sore.

Renjun menutup pagar rumahnya dan membawa belanjaan yang kita beli tadi, gue lebih dulu masuk setelah Renjun memberikan kunci rumahnya. Gue mencium aroma khas rumah Renjun yang begitu segar, aroma vanilla yang lebih dominan membuat gue sedikit, ahh lebih tepatnya sangat nyaman berlama-lama di rumah Renjun.

Gue meletakan tas selempang di sofa ruang tengah sebelum akhirnya pergi menuju dapur, dapur Renjun lumayan bersih dan rapih hanya saja ada piring kotor di westafel. Gue yakin itu punya Renjun, karena hanya ada satu piring kotor dan gelas kotor.

"Kenapa ga di cuci?" Renjun melirik westafel yang gue tunjuk.

"Males, nanti aja." Gue menatapnya kesal, gue menguncir rambut sebelum mengambil belanjaan tadi.

Gue mengeluarkan bahan-bahan masakan yang tadi kita beli, lumayan banyak yang kita beli karena Renjun ingin ngegrill di rumah. Padahal lebih enak ngegrill di restoran all you can't eat, tetapi Renjun ini memang sedikit berbeda ya kawan-kawan.

Selama gue membersihkan sayuran-sayuran serta memarinasi daging dengan bumbu sepengetahuan gue yang minim, Renjun mengambil kompor kecil yang sama persis seperti di restorant all you can't eat.

Gue baru tau jika Renjun mempunyai kompor tersebut, gue memperhatikan Renjun menurunkan alas untuk memanggang tanpa berniat untuk membantunya. Ia membersihkan alat itu sedangkan gue lanjut membuat minuman, setelah selesai dengan semua persiapan kita menuju taman belakang.

Taman belakang Renjun adalah tempat paling best untuk bersantai, gue ingin sekali mempunyai taman seperti ini saat besar nanti.

"Ini kuahnya, kurang asem ga sih?" Renjun meniup sesendok kuah tomyam dan menyuapinya ke gue, gue mengangguk karena rasanya sedikit kurang.

Renjun kembali masuk ke dapur untuk mengambil bumbu kuah instan, sengaja kita belinya instan karena kita tidak mengerti apa saja bahan-bahannya.

Setelah itu kita lanjut memasak, lebih tepatnya Renjun yang memasak semua sedangkan gue hanya menunggu Renjun membolak-balikan daging di panggangan.

"Tadi kemana aja sama, Jeno." Gue berhenti meniup daging yang gue ambil sembari meliriknya, Renjun menatap gue dengan mulut terisi.

Astaga... Masih aja di bahas dong.

"Ke makam." Renjun mengerutkan keningnya.

"Makam? Makam siapa?" Gue terdiam, gue belum siap kalo menceritakan semuanya sekarang.

"Orang lah."

"Ga mungkin juga kucing, Ay."

"Mungkin aja sih." Renjun menyerah mendengar jawaban gue yang tidak serius, ia langsung terdiam dan lanjut memakan daging yang sudah matang.

Mungkin lain kali ya, Njun. Engga sekarang.

"Ini sepi banget deh, minta ade gih." Renjun melirik gue.

"Bunda ga bisa hamil lagi."

"Eh." Aduh, mendadak gelap banget.

"Sorry, aku gatau. Emangnya kenapa?" Renjun menyandarkan tubuhnya di meja terdekat, ia mengunyah lalu menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan gue.

ᴇꜱ ʙᴀᴛᴜ | ʜʀᴊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang