Terhitung sudah ada lima gulungan kertas yang dibacanya, namun Luhan tidak merasa bosan sama sekali.
Gulungan-gulungan kertas itu berserakan di lantai. Luhan terlalu malas untuk memungutnya. Toh, ada orang yang bisa disuruhnya untuk membereskan gulungan-gulungan kertas ini.
Semenjak usianya menginjak dua belas tahun, Luhan menjadi orang yang sangat ingin tahu. Ia banyak membaca buku-buku dan gulungan kertas berisi sejarah dinasti Wu Tian yang ditulis langsung oleh para leluhurnya.
Gadis muda itu sudah diajarkan untuk melindungi dirinya. Ayahnya melatihnya menggunakan pedang jika suatu saat komplek istana sedang dalam keadaan mencekam. Ia juga mengajari Luhan memanah, dengan alasan untuk berjaga-jaga di waktu depan.
TAK!
"Kau disini? Baba sudah mencarimu kemana-mana. Kenapa tadi kau tidak bilang kalau kau mau ke perpustakaan?"
Luhan mengelus kepalanya yang habis dipukul oleh ayahnya. Walaupun pelan-menurut ayahnya, tapi rasanya sangat sakit.
"Ishh, Baba! Memangnya kenapa, sih? Kan sakit.." Ringisnya dengan nada manja.
"Nenek Suri mencarimu. Katanya dia mau berjalan-jalan keluar. Kau temani Nenek Suri sebentar, nanti Baba akan menyusul." Ucap Yifan.
Luhan mendengus pelan. Lalu ia berjalan keluar dari perpustakaan, hendak menemui neneknya. Namun, sebuah tarikan pada ujung bajunya membuat langkah Luhan tertahan.
"Baba! Ada apa lagi?"
Yifan menggeleng. "Hei, Tuan Putri. Kau harus membereskan kekacauan ini. Lihat gulungan-gulungan kertas yang berserakan dilantai. Baba yakin kau yang membacanya, benar? Kau mau menyuruh siapa untuk membereskan semuanya?"
"Tidak mau! Karena ada Baba disini, bagaimana kalau Baba saja yang membereskannya?" Tanya Luhan, mengalihkan perhatian ayahnya.
"Lu-"
"Xiexie, Baba. Ah, pasti Nenek Suri sudah menungguku. Aku harus segera kesana." Ujar Luhan lalu pergi meninggalkan ayahnya.
Yifan hanya bisa mendengus. "Astaga, anak itu. Aku harus bisa lebih bersabar menghadapinya.."
"Permisi, Yang Mulia.."
Ia menoleh, mendapati seorang penjaga perpustakaan yang sudah berdiri dibelakangnya. Penjaga itu tersenyum ramah, lalu melangkah menuju gulungan-gulungan kertas yang berserakan di lantai.
"Biar saya saja yang membereskannya, Kaisar. Tidak apa-apa, anda boleh pergi menemani Putri Luhan."
🌟
🍁
🍂
"Permaisuri.."
Seorang dayang melangkah menghampiri Zitao yang sedang berdiri di gazebo taman. Wajah wanita itu hanya datar, ia hanya melamun sedari tadi.
"Permai-"
"Astaga, Dayang Mi!" Zitao terlonjak. "Ada apa?"
Dayang Mi tersenyum. "Hamba ingin memberitahukan sesuatu kepada Yang Mulia."
"Apa itu?"
"Ada sebuah buntalan yang dikirimkan seseorang untuk Anda. Tapi, dia tidak mencantumkan namanya. Hamba sedikit menaruh curiga dengan kiriman itu." Dayang Mi berujar, ia memelankan suaranya di kata terakhir yang diucapkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/211405782-288-k639582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓
Fanfiction[END] Wu Luhan, seorang putri tunggal keturunan dinasti Wu Tian yang hidup dibawah tekanan berat sebagai seorang penerus takhta. Tak ada yang mau menganggapnya karena kedudukannya yang hanyalah seorang putri. Tantangan hidup berhasil membuatnya ber...