Chapter 17: Our Love? (Pt. 1)

398 52 4
                                    

Last but not least, for those HunHan takes below, please listen to the Background Music : Chen 'Cherry Blossom Love Song'.
























Luhan benar-benar merasa lega. Akhirnya ia berhasil membalas perasaan hati Shixun dengan perasaannya yang sama. Perasaan yang ia harap bukan sekedar perasaan kasihan, namun lebih kepada perasaan cinta.

Berkali-kali gadis itu menampar pelan pipinya, berusaha meyakinkan diri kalau semuanya telah terjadi. Shixun menyukainya, dan ia menerimanya. Semua ini bagaikan mimpi.

"Haah, Yifei. Semua ini sudah terjadi, eh? Seperti mimpi saja, astaga. Jika semua ini adalah mimpi, aku akan meminta agar seorangpun jangan membangunkanku. Jika ini adalah kenyataan, aku akan meminta agar tidak seorangpun membawaku ke dalam alam mimpi. Aaaaah, aku senang sekali!!!" Gadis itu terus mengoceh, tampaknya ia sangat senang hari ini.

🌟

🍁

🍂

"Aku akan pergi ke Korea besok."

Pagi ini di rumah Keluarga Wang dimulai dengan ucapan datar Baixian dan ekspresi suami dan anaknya yang bisa dibilang.. heboh.

"Ke Korea? Besok? Berapa lama Mama akan di sana?" Tanya Shixun.

"Sekiranya seminggu. Besok mungkin Mama akan berangkat. Atau mungkin malam ini jika Mama ingin cepat-cepat tiba di sana."

"Memangnya ada apa lagi sehingga kau harus pergi kesana, Baekhyun?" Tanya Chanli serius.

Baixian mendengus pelan. "Kau lupa kalau besok itu adalah peringatan hari ulang tahun mendiang kakak iparmu. Lalu tiga hari berikutnya adalah peringatan hari ulang tahun mendiang ibu mertuamu. Astaga, kenapa kau bisa lupa begini, sayang?"

"Kenapa seminggu?" Tanya Chanli lagi. Sepertinya ia sedang pikun, efek dari kebanyakan bekerja dan diceramahi habis-habisan oleh Kaisar, sepertinya.

"Astaga, Wang Chanli. Aku harap kau sedang tidak pikun saat ini." Baixian memijit pelipisnya pelan. "Butuh dua hari untuk tiba di Korea. Jika cepat butuh sehari setengah. Kenapa kau bisa sepikun ini, eh?"

"Oh, maaf sayangku. Aku bukannya pikun, hanya lupa saja."

"Ck, Baba memang sudah pikun, Ma. Umurnya saja sudah tua. Tidakkah Mama menyadarinya?" Ucap Shixun santai lalu melahap sayur kubis di hadapannya.

"Wang Shixun, jangan mulai lagi.." Ucap Baixian menegur. "Ayahmu memang sedikit pikun, bukannya sudah pikun, tahu?" Wanita itu berbisik di telinga anaknya, lalu keduanya tertawa geli.

Chanli hanya mendengus sambil melihat istri dan anaknya tengah memojokkannya. Mengatakan kalau dirinya sedikit pikun. Memangnya itu benar?

Saat mendengar dengusan sang ayah, Shixun tahu sudah saatnya ia pergi. Pak tua itu bisa saja membunuhnya sekarang jika ia masih tetap bermesra-mesraan dengan ibunya sendiri.

"Baba, Mama, aku duluan. Sampai jumpa nanti, ya." Pria itu berucap terburu-buru kemudian berlalu dari rumah.

Sementara Baixian hanya memandang tajam ke arah suaminya. Kilatan petir seolah muncul dari manik mungilnya. Apa yang sudah lelaki itu perbuat hingga Shixun memilih untuk keluar secepat ini, itu yang mengganggu pikirannya.

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang