Chapter 11: Away From The Comfort Zone

508 62 13
                                    

"Bawa semua mayat-mayat ini pergi dari hadapanku!"

Semua pengawal segera bergegas melakukan perintah Permaisuri setelah penghukuman keji itu selesai dilaksanakan. Ia kembali menggulir bola matanya menatap seluruh rakyat yang sepertinya sudah kembali ke tempatnya masing-masing setelah melakukan hukuman rajam tadi.

"Terimakasih untuk izinmu, Yang Mulia." Ucapnya, kembali menyerahkan cincin meterai itu kepada sang suami.

Yifan mengangguk, mengambil kembali cincin meterainya dari Zitao. "Tak perlu berterimakasih, Permaisuriku. Justru sebaliknya, aku hanya ingin agar apa yang kuperbuat ini mampu menebus dosaku atas Luhan."

Kemudian, Kaisar Cina itu beranjak dari singgasananya. Berdiri menghadap ke arah rakyat lalu kembali berujar. Hendak mengembalikan hak nama serta jabatan yang sempat dicabutnya dari sang anak.

"Aku, Wu Yifan selaku Kaisar Cina dan pemegang otoritas tertinggi di atas seluruh wilayah di negeri ini. Disini, dengan berdirinya kedua kakiku serta tegapnya kepalaku hendak mengatakan kepada kalian semua bahwa seperti yang kukatakan sebelum ini- putriku, Wu Luhan sama sekali tidak terlibat dalam perencanaan pembunuhan atas Permaisuriku Wu Zitao." Ucapnya, kemudian kembali menarik pedang dari sakunya.

"Dan dengan ini, aku, Wu Yifan selaku Kaisar Cina dan pemegang otoritas tertinggi atas seluruh wilayah di negeri ini. Aku hendak memberitahukan kepada kalian bahwa kedudukan Putri Mahkota dan Calon Ratu serta gelar keturunan Dinasti Wu Tian yang sempat kucabut atas Luhan telah kukembalikan secara resmi. Mulai hari ini, namanya adalah Wu Luhan. Putri Mahkota sekaligus satu-satunya kandidat Calon Ratu atas Kekaisaran Cina!" Lanjutnya, lalu menancapkan pedangnya ke tanah, yang artinya ucapannya adalah mutlak. Ucapannya tidak bisa dibantah oleh apapun dan siapapun.

Keterdiaman rakyat berganti dengan sorak-sorai berbalasan. Merasa lega karena hak serta gelar calon penguasa baru mereka telah dikembalikan. Setidaknya dengan ini mereka telah menebus kesalahan mereka.

"HIDUP YANG MULIA KAISAR! HIDUP YANG MULIA PERMAISURI! HIDUP YANG MULIA PUTRI LUHAN!" Sorak mereka bersahut-sahutan.

🌟

🍁

🍂

Luhan tidak pernah sekritis ini dalam mengambil keputusan.

Kemarin, setelah eksekusi mengerikan itu dilaksanakan, Luhan memantapkan hatinya untuk pergi. Pergi dari zona nyamannya, pergi dari segala kemewahannya sebagai calon ratu dan hidup sebagai rakyat biasa.

Ya, Luhan benar-benar memutuskan untuk pergi dari istana.

Dan jika kalian ingin tahu, pada dasarnya Luhan dibentuk dengan karakter yang bertanggung jawab. Gadis itu tidak pernah lari dari tugas dan tanggung jawabnya. Selalu memiliki pelindung luar angkuh dan sifat tulus seperti yang diajarkan leluhurnya secara turun-temurun.

Secarik kertas berisikan ungkapan hatinya telah terpaku pada dinding kamar. Dengan cepat namun tanpa suara ia melangkah menuju kandang kuda. Disana, ia memilih mengambil kuda milik salah satu pengawal daripada kudanya. Luhan tidak mau dikenal banyak orang karena akan memperbesar resiko dirinya ditemukan. Toh, kuda itu juga bukan kuda yang sering dipakai pengawal istana.

"Anak muda, apa yang sedang engkau lakukan disini?"

Luhan terlonjak berikut kudanya. Terkejut kala mendengar sayup-sayup suara dalam kegelapan hutan di malam itu. Ia terjatuh dengan tidak elitnya ke atas tanah. Untung saja kudanya tidak melarikan diri.

Luhan mengambil sebuah ranting, mengayunkannya ke sembarang arah. "Si-siapa itu? Siapa?" Ujarnya.

"Anak muda, tenanglah." Ucap suara itu lagi. "Ini hanya aku, seorang nenek tua yang sedang mencari jerami."

𝐒𝐡𝐨𝐰 𝐘𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟 «ʜᴜɴʜᴀɴ» ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang